Kematian Pasti Menghampiri
Kematian merupakan sebuah keniscayaan. Suka maupun tidak, kaya maupun miskin, pejabat maupun rakyat biasa, semua akan merasakannya. Tidak ada seorang pun yang mampu menghalanginya; walaupuna ia seorang presiden dengan prestasi melangit, maupun seorang raja dengan kekuasaan dan kekayaan yang melimpah ruah.
Bahkan, benteng paling kokoh sekalipun, tidak akan mampu menghalangi kemampuan menghampiri jiwa yang sudah tiba ajalnya. Hal ini ditegaskan Allah Swt dalam firman-Nya:
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." [Ali Imran: 185]
Dalam ayat lainnya ditegaskan:
"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. mereka berkata: "Ya Tuhan Kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada Kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun." [An-Nisa: 77]
Ada sebuah kisah menarik yang menceritakan, bagaimana seorang yang kaya raya berusaha menghindari kematian.
Ada seorang laki-laki yang mengumpulkan harta dan menjaganya dengan sebenar-sebenarnya. Semua jenis harta dikumpulkannya, baik emas, perak, permatan, intan, berlian dan lain-lainnya. Selain itu, dia juga membangun istana megah dan membuatkan dua buah pintu kokoh sebagai pintu masuknya. Dia mengumpulkan seluruh budaknya untuk melakukan penjagaan. Kemudian, dia mengumpulkan seluruh keluarganya dan menghindangkan makanan. Dia duduk di atas singgasananya dan mengangkat salah satu kakinya; sedangkan keluarganya sedang menikmati makanan. Ketika mereka selesai, maka dia berkata, "Wahai jiwa, bersenang-senanglah selama beberapa tahun. Saya telah mengumpulkan semua yang akan mencukupimu."
Ketika dia selesai berbicara, maka tiba-tiba di luar istananya, muncullah Malaikat Maut dalam bentuk seorang laki-laki yang memakai pakaian compang-camping, layaknya seorang fakir miskin. Kemudian, laki-laki ini mengetuk pintuk keras sekali, sehingga membuat tuan rumah terkejut ketika dia sedang asyik-asyiknya di atas singgasananya.
Para penjaga bertanya, "Apa yang engkau inginkan?" Dia menjawab, "Panggilkan tuan kalian untukku." Mereka berkata, "Tuan kami tidak akan mau menemui orang sepertimu." Dia berkata, "Baiklah." Kemudian para penjaga tadi memberitahu tuannya apa yang terjadi.
Tidak berselang alma, dia kembali menghampiri istana tersebut, dan mengetuk pintunya lebih keras dari sebelumnya. Para penjaga menghampirinya, dan dia berkata, "Beritahu tuan kalian, bahwa saya adalah Malaikat Maut. Ketika mereka mendengarnya, mereka ketakutan. Begitu juga dengan tuannya, dia merinding dan ketakutan. Laki-laki kaya tadi memerintahkan kepada para penjaga, "Berbicaralah kepadanya dengan lemah-lembut."
Kemudian Malaikat Maut menemuinya dan berkata, "Perbuatlah sesuka hatimua dengan semua hartamu ini. Engkau tidak akan bisa melakukan apapun. Saya tidak akan keluar, sampai memisahkan antara jiwamu dengan badanmu."
Kemudian, laki-laki kaya tadi memerintahkan para budaknya untuk mengumpulkan semua hartanya di hadapannya, dan dia berkata, "Semoga Allah melaknat-mu wahai harta. Engkau melalaikanku untuk menyembah Tuhanku, menghalangiku untuk berkhalwat dengan Tuhanku." Allah Swt mengizinkan harta tersebut untuk bicara, dan dia menjawab, "Kenapa engkau mencelaku seperti ini? Bukankah engkau bisa menemui para penguasa karena diriku; paradal mereka menolak kedatangan orang-orang bertakwa. Engkau bisa menikahi para wanita cantik karena diriku. Engkau bisa duduk bersama raja-raja karena diriku. Engkau membelanjakanku di jalan keburukan, akan tetapi saya tidak enggan. Jikalau seandainya dulu engkau menafkanku di jalan kebaikan, tentu saya akan memberikan mamfaat untukmu?."
Kematian pasti menjelang, walaupun Anda seorang pelari kelas dunia yang mampu berlari dengan kecepatan luar biasa. Tidak, Anda tidak akan pernah bisa menyelamatkan diri darinya. Kematian adalah sebuah kepastian. Ibarat hitungan matematika, maka hasilnya adalah sebuah kepastian. Tidak ada pendapat, tidak ada interpretasi.
Allah Swt berfirman:
"Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." [Al-Jumu'ah: 8]
Jangan sampai Anda menjadi orang-orang merugi, yaitu seorang laki-laki yang mengingat kematian, tetapi malah makin jauh dari Allah Swt. Baginya, mengingat kematian hanyalah ajang untuk menghitung-hitung, berapa banyak lagi jumlah harta yang bisa dikumpulkannya.
Jadilah golongan orang-orang beruntung, yaitu sosok yang mengingat kematian dan mengantarnya menjadi ahli ibadah, memperbaiki diri dan mempersiapkan bekal hidup menyonsong hari kematian. Jadilah orang yang selalu rindu bertemu Allah Swt, maka Dia pun akan rindu bertemu Anda.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ
Artinya:
"Barangsiapa yang ingin bertemu Allah, maka Dia pun ingin bertemu dengannya. Barangsiapa yang tidak ingin bertemu dengan-Nya, maka Dia pun tidak ingin menemuinya." [Muttafaq 'Alaih]
Orang yang ingin bertemu Allah Swt tercermin dalam kesiapannya menghadapi kematian. Ibarat perjalanan, maka semua bekal telah disiapkannya. Dia tidak sabar lagi melihat wajah kekasih yang selama ini dirindukannya. []
Tidak ada komentar