Kewajiban Kepada Para Ulil Amri (Pemimpin)
Sedangkan Kepada Para Ulil Amri, Seorang Muslim:
1- Berpandangan wajibnya menaati mereka, berdasarkan firman Allah SWT, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu." (Surat al-Nisâ’: 59) dan sabda Rasulullah Saw, “Dengarkanlah dan taatilah, walaupun yang memimpin kalian adalah budak Habsyah yang seakan-akan kepalanya zabibah (buah anggur kering).”(1) Dan sabdanya, “Siapa yang menaatiku, maka ia menaati Allah SWT. Siapa yang bermaksiat kepadaku, maka ia bermaksiat kepada Allah SWT. Siapa yang menaati amirku, maka ia menaatiku. Siapa yang bermaksiat kepada amirku, maka ia bermaksiat kepadaku.”(2)
Ia berpandangan, tidak wajib menaati mereka dalam hal bermaksiat kepada Allah SWT. Sebab, ketaatan kepada-Nya didahulukan dari ketaatan kepada mereka, sebagaimana firman-Nya, “Dan mereka tidak memaksiati-Mu dalam yang ma’ruf.” (Surat al-Mumtahanah: 12) Sebab Rasulullah Saw bersabda, “Ketaatan itu dalam yang ma’ruf.”(3) Dan sabdanya, “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Sang Pencipta.”(4) Dan sabdanya, “Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Allah SWT.”(5) Dan sabdanya juga, “Mendengarkan dan menaati, wajib bagi seorang muslim dalam hal yang disukai dan dibenci selama tidak diperintahkan bermaksiat. Jikalau diperintahkan bermaksiat, maka tidak usah mendengarkan dan tidak ada ketaatan.”(6)
2-Ia berpandangan haramnya melakukan pemberontakan terhadap mereka atau menyiarkan kemaksiatan yang mereka lakukan. Sebab hal itu akan menghancurkan tongkat ketaatan kepada penguasa kaum muslimin, berdasarkan sabda Rasulullah Saw, “Siapa yang membenci sesuatu dari amirnya, maka hendaklah ia bersabar. Sebab, siapa yang keluar dari dari penguasa sejengkal saja, maka ia meninggal dalam jahiliyyah.”(7) Dan sabdanya, “Siapa yang menghinakan penguasa, maka Allah SWT akan menghinakannya.”(8)
3-Ia mendoakan kebaikan dan kebenaran bagi mereka, mendapatkan taufik dan terjaga dari keburukan, serta terjerumus ke dalam kesalahan. Sebab, kebaikan umat itu tergantung dengan kebaikan mereka, dan rusaknya umat tergantung dengan kerusakan mereka. Ia menasehati mereka tanpa merendahkan dan mengurangi kemuliaan mereka, berdasarkan sabda Rasulullah Saw, “Agama itu nasehat.” Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Untuk Allah dan Kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, para Imam kaum muslimin dan mereka semuanya.”(9)
4-Ia berjihad bersama mereka dan shalat di belakang mereka; walaupun mereka fasik dan melakukan hal-hal yang diharamkan, selama bukan kekufuran. Ini berdasarkan sabda Rasulullah Saw kepada orang yang bertanya mengenai para amir yang buruk, “Dengarkanlah dan taatilah. Bagi mereka yang mereka pikul, dan bagi kalian yang kalian pikul.” (10)
Dan berdasarkan ucapan Ubâdah bin al-Shâmit, “Kami membaiat Rasulullah Saw untuk mendengarkan dan menaati dalam rajinnya kami, bencinya kami, sulitnya kami, dan mudahnya kami, serta tidak menentang perintahnya.” Kemudian berkata, “Kecuali kalian melihat kekufuran nyata, yang kalian memiliki burhan (keterangan) dari Allah SWT mengenai hal itu.” (11)
Catatan Kaki:
(1) Diriwayatkan oleh al-Bukhâri (9/78)
(2) Diriwayatkan oleh al-Bukhâri (9/77)
(3) Diriwayatkan oleh al-Bukhâri (9/89), diriwayatkan oleh Muslim (39, 40) Kitab al-Imârah
(4) Diriwayatkan oleh al-Bukhâri (9/109) dan Muslim dalam Kitab al-Imârah (9)
(5) Diriwayatkan oleh al-Imâm Ahmad (1/131, 409) dan (5/66)
(6) Diriwayatkan oleh al-Bukhâri (9/78), Abu Daud (2626), al-Turmudzi (7/17) dan al-Imâm Ahmad (2/17)
(7) Diriwayatkan oleh al-Bukhâri (9/59) dan diriwayatkan oleh Muslim (506) Kitab al-Imârah
(8) Diriwayatkan oleh al-Turmudzi (2224) dan dihasankannya.
(9) Diriwayatkan oleh Muslim (23) Kitab al-Imârah
(10) Diriwayatkan oleh Muslim (49, 50) Kitab al-Imârah
(11) Diriwayatkan oleh al-Imâm Muslim (42) Kitab al-Imârah
Tidak ada komentar