Orang-Orang yang Berhak & Tidak Berhak Menerima Zakat Fitrah Menurut Mazhab Syafii

Orang-Orang yang Berhak & Tidak Berhak Menerima Zakat Fitrah Menurut Mazhab Syafii


(Orang-Orang yang Berhak & Tidak Berhak Menerima Zakat Fitrah Menurut Mazhab Syafii, berdasarkan Kitab Matan Abi Syuja’)


( Pasal ) Zakat diberikan kepada delapan golongan yang disebutkan oleh Allah Swt dalam Kitab-Nya yang mulia, yaitu dalam firman-Nya : 

“ Sesungguhnya zakat - zakat itu, hanyalah untuk orang - orang fakir, orang - orang miskin, pengurus - pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk ( memerdekakan ) budak, orang - orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan “.(1)

Diberikan kepada orang – orang yang ada di antara mereka. Tidak cukup hanya dengan memberikan kurang dari tiga orang dari setiap golongan, kecuali ‘Amil ( pengurus zakat ). 

Lima golongan yang tidak boleh diberikan zakat kepada mereka : Orang yang kaya harta atau mata pencaharian,(2) hamba sahaya, Bani Hasyim dan Bani Mutthalib,(3) orang kafir,(4) orang yang nafkahnya menjadi tanggungan orang yang berzakat ; maka zakat tidak dibayarkan kepada mereka atas nama orang – orang fakir dan miskin.(5)


(Syarh Syeikh DR. Musthafa Dibb al-Bugha)


(1) At Taubah : 60. 

Orang – orang fakir adalah orang – orang yang tidak mampu memenuhi sesuatu yang merupakan bagian dari kebutuhan mereka. Seperti orang yang membutuhkan sepuluh, akan tetapi dirinya hanya mampu memenuhi dua, atau tidak mampu sama sekali. 

Orang – orang miskin adalah orang – orang yang tidak mampu mendapatkan sesuatu yang akan mencukupi mereka. Seperti orang yang membutuhkan sepuluh, akan tetapi dirinya hanya mendapatkan delapan. 

Pengurus – pengurus zakat adalah orang – orang yang membantu Imam untuk mengumpulkan zakat dan membagikannya. 

Para Mu’allaf yang dibujuk hatinya adalah orang yang masih lemah ke-Islamannya dan selainnya. 

Untuk memerdekakan budak : Yaitu, Al Mukatab ( budak yang sedang berusaha memerdekakan dirinya, akan tetapi pembayarannya belum tunai ) dan memerdekakan hamba. 

Orang – orang yang berhutang adalah orang – orang yang tidak mampu melunasi hutang mereka. 

 

(2) Di jalan Allah : Maksudnya, orang – orang yang berperang untuk membela Islam dan tidak ada kompensasi bagi mereka dari Baitul Mal. 

Untuk mereka yang sedang dalam perjalanan : Maksudnya, Musafir yang ingin kembali ke negerinya. Biaya perjalanan yang akan mengantarnya telah hilang. 

  

(3) Berdasarkan sabda Rasulullah Saw, “ Zakat itu tidak halal untuk orang kaya, dan tidak juga untuk orang kuat yang mampu berusaha “. Dalam riwayat Abu Daud ( 1633 ), “ Dan tidak juga untuk orang kuat yang mampu berusaha “. 

  

(3) Berdasarkan sabda Rasululah Saw, “ Zakat ini adalah kotoran manusia. Tidak halal untuk Muhammad dan keluarga Muhammad “ [ Diriwayatkan oleh Muslim ( 1072 ) ]. Diriwayatkan oleh Al Bukhari ( 1420 ) dan Muslim ( 1069 ) dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “ Al Hasan bin Ali mengambil sebuah Tamar zakat dan memasukkan ke dalam mulutnya. Maka Nabi Saw bersabda, ‘ Hentikan, hentikan – agar dibuangnya “. Kemudian berkata, “ Apakah engkau tidak merasa, bahwa kita tidak memakan zakat “.  

Maksud keluarga Muhammad Saw adalah Bani Hasyim dan Bani Mutthalib. Sebagai ganti pengharaman zakat, maka mereka diberi seperlima dari seperlima ( 0,04 ) dari Ghanimah, sebagaimana akan dijelaskan dalam Kitab Jihad.

  

(4) Berdasarkan sabda Rasulullah Saw kepada Mu’adz Radhiyallahu ‘Anhu, “ Ajarkan kepada mereka, bahwa mereka memiliki kewajiban zakat. Diambil dari orang – orang kaya mereka dan diberikan kepada orang – orang fakir di antara merreka “. Maksudnya adalah orang – orang kaya kaum muslimin dan orang – orang fakir di antara mereka. Sebagaimana zakat itu tidak diambil dari orang – orang kaya yang kafir, maka ia juga tidak diberikan kepada orang – orang kafir di antara mereka. [ Lihatlah halaman 90 catatan kaki ke-1 ].

 

(5) Artinya, tidak boleh membayarkannya kepada mereka ; jikalau mereka orang – orang fakir dan miskin, karena mereka cukup dengan nafkah wajib yang diberikan oleh orang yang berzakat ( Muzakki ). Boleh membayarkannya kepada mereka ; jikalau tidak ada kedua sifat ini. Seperti jikalau mereka orang – orang berhutang atau mujahid dan selainnya. Lihatlah orang – orang yang nafkahnya menjadi tanggungan mereka dalam Pasal “ Nafkah dalam nikah “.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.