Suka Berderma (Dermawan) & Memberi
Suka Berderma merupakan akhlak seorang muslim, dan suka memberi merupakan ciri khasnya. Seorang muslim bukanlah seorang yang bakhil dan pelit. Sebab, kebakhilan dan pelit merupakan dua sifat tercela yang pangkalnya adalah keburukan jiwa dan kegelapan hati. Dengan keimanannya dan amal shalehnya, jiwa seorang muslim suci dan hatinya bercahaya. Maka, kesucian jiwanya dan kebersihan hatinya, bertentangan dengan sifat pelit dan bakhil, sehingga ia tidak bakhil dan tidak pelit.
Walaupun sifat pelit merupakan penyakit hati yang secara umum menimpa seluruh anak manusia, namun seorang muslim dengan keimanannya dan amal shalehnya seperti zakat dan shalat, Allah SWT menjaganya dari keburukan penyakit berbahaya yang satu ini agar demi mempersiapkannya mendapatkan kemenangan dan memperoleh keuntungan di akhirat kelak. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)." (Surat al-Maarij: 19-25) Dan firman-Nya, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka." (Surat al-Taubah: 103) Dan firman-Nya, "Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung." (Surat al-Hasyr: 9)
Akhlak yang mulia, diperoleh dengan Riyadhah dan Tarbiyah. Maka, seorang muslim berusaha menumbuhkan akhlak baik yang ingin dijadikannya sebagai akhlaknya, dengan cara selalu memikirkan Targhib (dorongan) untuk berhiaskan akhlak mulia dan Tarhib (ancaman) dari akhlak buruk yang terdapat dalam syariat yang lurus. Untuk menumbuhkan sifat dermawan di dalam dirinya, ia menyimpuhkan hatinya untuk merenungi dan mentadabburi semisal firman Allah SWT, “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" (Surat al-Munafiqun: 10) Dan firman-Nya, "Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa." (Surat al-Lail: 5-11) Dan firman-Nya, "Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi?" (Surat al-Hadid: 10) Dan firman-Nya, "Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan). " (Surat al-Baqarah: 272) Dan sabda Rasulullah Saw, “Sesungguhnya Allah SWT itu Maha Pemberi dan suka sifat derma. Dia mencintai akhlak-akhlak yang mulia dan membenci akhlak-akhlak yang rendah/ hina.”(1) Dan sabda Rasulullah Saw, “Tidak ada kedengkian kecuali dalam dua hal; seseorang yang diberikan harta oleh Allah SWT, kemudian ia menggunakannya dalam kebenaran; seseorang yang Allah SWT berikan hikmah, kemudian ia mengamalkannya dan mengajarkannya.”(2) Dan sabdanya, “Manakah yang paling disukai di antara kalian; harta warisannya atau hartanya sendiri?” Para sahabat menjawab, “Wahai Rasulullah, tidak ada seorang pun di antara kami kecuali hartanya lebih dicintainya.” Beliau menjawab, “Hartanya itu adalah apa yang terdahulu, dan harta warisannya adalah apa yang terakhir.”(3) Dan sabdanya, “Takutlah dengan Neraka, walaupun dengan sepotong kurma.”(4) Dan sabdanya, “Tidaklah para hamba berada di pagi hari, kecuali ada dua malaikat yang turun. Salah seorang di antara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti kepada yang berinfak.’ Dan yang lainnya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah kehancuran bagi yang tidak mau berinfak.”(5) Dan sabdanya, “Takutkanlah dengan kekikiran, sebab kikir itu sudah menghancurkan orang-orang sebelum kalian, menggiring mereka untuk menumpahkan darah di antara mereka, dan menghalalkan hal-hal yang diharamkan kepada mereka.”(6) Dan sabdanya, “Semuanya tersisa kecuali bahunya.” Ini diucapkan oleh Aisyah radhiyallahu anha ketika ditanya tentang apa yang tersisa dari domba yang mereka sembelih. Maka, ia menjawab bahwa tidak ada yang tersisa kecuali bahunya. Maksudnya, ia sudah menyedekahkan semuanya dan tidak ada dagingnya yang tersisa kecuali bahunya. Dan sabda Rasulullah Saw, “Siapa yang bersedekah setara dengan sebuah kurma dari hasil usahanya yang baik, dan Allah SWT tidak menerima kecuali yang baik, maka Allah SWT akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya, kemudian menumbuhkannya untuk pemiliknya sebagaimana salah seorang di antara kalian menumbuhkan ternaknya sampai seperti gunung.”(7)
Di antara Bentuk Kedermawanan
1. Seseorang memberikan sesuatu tanpa meyebut-menyebut dan menyakiti orang yang diberinya.
2. Orang yang memberi, merasa senang dengan orang yang meminta kepadanya, dan bahagia memberikannya.
3. Orang yang bersedekah , tidak berlebihan dan tidak juga kikir.
4. Orang yang memiliki banyak harta, memberi dengan jumlah yang banyak. Dan orang yang memiliki sedikit harta, memberi dengan jumlah yang sedikit, dengan jiwa yang ridha dan wajah ceria, serta kata-kata yang baik.
Di antara Contoh Mulia Kedermawanan
1. Diriwayatkan, bahwa Muawiyah radhiyallahu anhu mengirim utusan kepada Aisyah radhiyallahu anha dengan membawa uang yang jumlahnya sekitar 180.000 dirham. Kemudian, ia membuat jamuan dan membaginya kepada orang-orang. Ketika sudah sore, maka ia berkata kepada budak perempuannya, “Bawakanlah sajian berbukaku.” Maka, budak perempuannya itu membawakan roti dan zait. Aisyah berkata, “Apakah engkau tidak bisa membeli daging dengan uang yang engkau bagikan hari ini, sedirham saja agar kita bisa menyajikanya untuk berbuka?” Ia menjawab, “Jikalau engkau tadi mengingatkanku untuk begitu, maka saya akan melakukannya.”
2. Diriwayatkan, bahwa Abdullah bin Amr membeli rumah Khalid bin Utbah bin Mu’ith yang berada di pasar Makkah seharga 70.000 dirham. Ketika malam hari, Abdullah mendengar tangisan keluarga Khalid. Ia pun bertanya mengenai hal itu, dan dikatakan kepadanya, “Mereka menangisi dirham.” Kemudian ia berkata kepada budaknya, “Datangi mereka dan beritahukan bahwa rumah dan dirhamnya, semuanya untuk mereka.”
3. Diriwayatkan, bahwa ketika al-Imam al-Syafii rahimahullah sakit yang menyebabkan kematiannya, ia berwasiat agar dimandikan oleh Fulan. Ketika meninggal, maka orang-orang memanggil orang yang namanya diwasiatkan tadi untuk memandikannya. Ketika hadir, ia berkata, “Berikan kepadaku surat wasiatnya.” Maka, mereka memberikannya kepada laki-laki tersebut. Ternyata, dalam surat wasiatnya itu ada hutang yang harus dibayarkan oleh al-Imam al-Syafii yang jumlahnya 70.000 dirham. Kemudian laki-laki tadi menulisnya agar dilunasi kepada para pemiliknya. Setelahnya ia berkata, “Inilah cara saya memandikannya.” Dan ia pun pergi.
4. Diriwayatkan, bahwa taktala Rasulullah Saw bersiap untuk memerangi Rum. Ketika itu, kaum muslimin berada dalam kesempitan yang nyata dan kesulitan yang tidak terhinggakan, sehingga pasukan Rasulullah Saw dinamakan dengan Jaisy al-‘Usrah (pasukan yang kesulitan). Kemudian, Utsman bin Affan radhiyallahu anhu bersedekah sejumlah 10.000 dinar, 300 unta dengan pelananya dan perlengkapannya, ditambah 50 kuda. Dengan itu, ia sudah menyiapkan setengah pasukan.
Catatan Kaki:
(1) Disebutkan oleh Ibn Hajar dalam Fath al-Bari (1/30), disebutkan juga dalam Kanz al-Ummal (275057, dan disebutkan juga oleh al-Suyuthi dalam Jam’ al-Jawami’ (4784)
(2) Diriwayatkan oleh al-Bukhari (1/28), (2/134)
(3) Disebutkan oleh Ibn Hajar dalam Fath al-Bari (11/260), kemudian juga disebutkan dalam al-Targhib wa al-Tarhib (2/7)
(4) Diriwayatkan oleh al-Bukhari (2/146), (4/24)
(5) Diriwayatkan oleh al-Bukhari (2/142)
(6) Diriwayatkan oleh Muslim (4)
(7) Diriwayatkan oleh al-Bukhari (2/134), (9/154), dan al-Imam Ahmad (2/331)
Tidak ada komentar