Tawaf; Syarat, Sunnah & Adab-Adabnya
Tawaf; Syarat, Sunnah & Adab-Adabnya
Tawaf adalah mengelilingi Kabah sebanyak tujuh kali. Ada syarat-syaratnya, sunnah-sunnahnya, dan adab-adabnya, yang menjadi inti hakikatnya.
Syarat-Syaratnya
1) Niat ketika melakukannya, sebab amalan-amalan itu tergantung niatnya. Orang yang Tawaf harus berniat Tawaf, yaitu azzam hati bertawaf dalam rangka beribadah kepada Allah SWT dan taat kepada-Nya.
2) Suci dari Najis dan Hadats, berdasarkan khabar, “Tawaf di sekeliling Baitullah seperti shalat.”
3) Menutup Aurat. Sebab Tawaf itu seperti shalat, berdasarkan sabda Rasulullah Saw, “Tawaf di sekeliling Baitullah seperti shalat, kecuali ketika melakukannya kalian boleh berbicara. Maka, siapa yang berbicara, maka janganlah berbicara kecuali yang baik.”(1) Orang yang bertawaf tanpa niat, atau bertawaf dalam kondisi berhadast, atau bernajis, atau bertawaf dengan aurat terbuka, maka Tawafnya rusak dan harus diulang lagi.
4) Tawaf dilakukan di Baitullah di dalam Masjid, walaupun jauh dari Baitullah.
5) Baitullah berada di bagian kiri orang yang ber-Tawaf.
6) Tawaf dilakukan sebanyak tujuh kali, dimulai dari al-Hajar al-Aswad, dan berakhir disitu juga. Sebab Rasulullah Saw melakukannya seperti itu, sebagaimana terdapat dalam al-Shahih.
7) Berurutan (al-Muwalah) antara Tawaf yang satu dengan Tawaf yang lainnya, tidak memisahkan di antara Tawaf-Tawaf tersebut kecuali karena darurat. Jikalau orang yang Tawaf itu memisahkan di antara Tawaf-Tawafnya dan tidak berurutan tanpa ada kedaruratan, maka Tawafnya batal dan wajib diulang lagi.
Sunnah-Sunnahnya
1) Al-Raml, sunnah bagi para lelaki yang memiliki kemampuan, dan tidak bagi para wanita. Hakikat al-Raml adalah orang yang bertawaf mempercepat jalannya dengan langkah yang berdekatan. Ia tidak disunnahkan kecuali dalam Tawaf Qudum (tawaf kedatangan), yaitu di tiga kali tawaf pertama saja.
2) Al-Idhtiba’, yaitu membuka bahu paling kanan, tidak disunnahkan kecuali ketika Tawaf Qudum khususnya, bagi laki-laki saja bukan perempuan, dan secara umum disunnahkan di ketujuh kali Tawaf.
3) Mencium al-Hajar al-Aswad ketika memulai Tawaf jikalau hal itu memungkinkan. Jikalau tidak, maka cukup dengan menyentuhnya dengan tangan atau memberikan isyarat jikalau tidak memungkinkan, sebab begitulah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.
4) Mengucapkan:
بِاسْمِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُمَّ إِيمَانًا بِكَ وَتَصْدِيقًا بِكِتَابِكَ وَوَفَاءً بِعَهْدِكَ وَاتِّبَاعًا لِسُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Dengan nama Allah, Allah Maha Besar. Ya Allah, ini adalah bentuk keimanan kepada-Mu, membenarkan kitab-Mu, menunaikan janji kepada-Mu, dan mengikuti sunnah Nabi-Mu Muhammad Saw.”
Dibaca ketika memulai Tawaf untuk pertama kalinya.
5) Berdoa ketika Tawaf, tidak ditentukan dan tidak dibatasi, bahkan setiap kelompok bisa berdoa dengan sesuatu yang akan Allah SWT kabulkan baginya. Hanya saja ia disunnahkan untuk menutup setiap kali putaran Tawaf dengan membaca:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat. Dan jagalah kami dari Neraka.”
6) Al-Istilam (memberi isyarat dengan tangan) dengan tangan terhadap al-Rukun al-Yamani, dan mencium al-Hajar al-Aswad setiap kali melewati keduanya dalam Tawaf. Sebab, begitulah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw sebagaimana terdapat dalam al-Shahih.
7) Berdoa di al-Multazam ketika selesai Tawaf, merupakan tempat yang berada di antara pintu Baitullah dengan al-Hajar al-Aswad. Sebab, begitulah yang dilakukan oleh Ibn Abbas radhiyallahu anhu.
8) Shalat sebanyak dua rakaat setelah selesai Tawaf di belakang Maqam Ibrahim, di kedua rakaatnya membaca Surat al-Kafirun dan Surat al-Ikhlas setelah bacaan Surat al-Fatihah, berdasarkan firman Allah SWT, “Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat.” (Surat al-Baqarah: 125)
9) Minum air Zamzam dan memuaskan dahaga dengannya setelah selesai mengerjakan shalat sebanyak dua rakaat.
10) Kembali lagi untuk Istilam ke al-Hajar al-Aswad setelah beranjak ke tempat Sa’i
[Perhatian] Dalil semua yang di atas adalah amalan Rasulullah Saw yang dijelaskan ketika Haji Wada’ (haji perpisahan)
Adab-Adabnya
1) Tawaf dilakukan dengan khusyu’ dan menghadirkan hati, merasakan keagungan Allah SWT dan rasa takut kepada-Nya, serta berharap apa yang ada di sisi-Nya.
2) Orang yang Tawaf hendaklah tidak berbicara kecuali karena darurat. Dan kalau pun berbicara, maka berbicaralah dengan yang baik, berdasarkan sabda Rasulullah Saw, “Siapa yang berbicara, maka janganlah berbicara kecuali dengan baik.”
3) Tidak menyakiti seorang pun dengan perkataan maupun dengan perbuatan. Sebab, menyakiti seorang itu diharamkan, apalagi dilakukan di Baitullah.
4) Memperbanyak zikir, doa, dan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.
Catatan Kaki:
(1) Diriwayatkan oleh al-Turmudzi (960)
Tidak ada komentar