Pinjam-Meminjam (al-‘Ariyah) Menurut Mazhab Syafii
Pinjam-Meminjam (al-‘Ariyah) Menurut Mazhab Syafii
(Pinjam-Meminjam (al-‘Ariyah) Menurut Mazhab Syafii, berdasarkan Kitab Matan Abi Syuja’)
( Pasal ) Segala sesuatu yang mungkin dimamfa’atkan dan barangnya tetap utuh, maka boleh meminjamkannya(1) ; jikalau mamfa’atnya itu adalah atsarnya ( tidak lansung kepada barangnya )(2)
Peminjaman boleh dilakukan secara bebas atau terikat oleh waktu. Musta’iir bertanggung jawab terhadap harganya ; jikalau rusak.(3)
(Syarh Syeikh DR. Musthafa Dibb al-Bugha)
(1) Dasarnya adalah firman Allah Swt, “ Dan enggan ( menolong dengan ) barang berguna “. [ Al Ma’un : 7 ] Maksudnya, sesuatu yang dipinjam oleh para tentangga ; sebahagiannya kepada sebahagian lainnya. Ini ditafsirkan oleh Jumhur.
Diriwayatkan oleh Al Bukhari ( 2474 ) dan Muslim ( 2307 ), bahwa Rasulullah Saw meminjam kuda dari Abu Thalhah Radhiyallahu ‘Anhu, kemudian beliau menungganginya.
(2) Pendapat yang paling benar : Boleh meminjamkan sesuatu yang mamfa’atnya itu adalah ‘ain-nya ( lansung barang tersebut ) , seperti meminjam pohon untuk memakan buahnya. Akan tetapi tidak sah meminjam sesuatu yang akan hancur ‘ain-nya ; jikalau dipakai, seperti lilin dan selainnya. [ Nihayah ]
(3) Diriwayatkan oleh Abu Daud ( 3561 ) dan At Turmudzi ( 1266 ) dari Samurah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Saw meminjamkan baju besi dari Shafwan bin Umayyah ketika perang Hunain, maka dia berkata kepadanya, “ Apakah perampasan wahai Muhammad ? “. Beliau menjawab, “ Bukan, akan tetapi peminjaman yang dijamin “.
Tidak ada komentar