Sunnah Shalat Dhuha

Sunnah Shalat Dhuha


Diriwayatkan oleh Muslim, dari Abu Dzar radhiyallahu anhu, dari Nabi Muhammad Saw bersabda: 

يُصْبِحُ علَى كُلِّ سُلَامَى مِن أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ، فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ، وَأَمْرٌ بالمَعروفِ صَدَقَةٌ، وَنَهْيٌ عَنِ المُنْكَرِ صَدَقَةٌ، وَيُجْزِئُ مِن ذلكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُما مِنَ الضُّحَى

“Di pagi hari, setiap sendi salah seorang di antara kalian ada sedekahnya. Setiap Tasbih adalah sedekah. Setiap Tahmid adalah sedekah. Setiap Tahlil adalah sedekah. Setiap Takbir adalah sedekah. Amar Ma’ruf adalah sedekah. Nahi Mungkar adalah sedekah. Dan itu cukup (untuk semuanya) dengan dua rakaat yang dikerjakan di waktu Dhuha.”

Pada dasarnya, nikmat yang Allah SWT karuniakan kepada kita, jumlahnya sangat banyak; tidak terhitung. Dalam al-Quran dijelaskan: 

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." 

(Surat al-Nahl: 18)

Jikalau kita memperhatikan riwayat Muslim di atas, maka kita mendapati bahwa ketika kita berada di pagi hari; bangun dari tidur, setiap sendi tubuh kita ini ada kewajiban sedekahnya. Dalam riwayat lainnya dijelaskan, jumlahnya ada 360 sendi. Bisa dengan Tasbih, atau Tahmid, atau Tahlil, atau Takbir, atau Amar Makruf, atau Nahi Mungkar. 

Dan, Rasulullah Saw memberikan kepada kita jalan yang ringan untuk “menutupi” semua sedekah di atas dengan dua rakaat Dhuha. Dan itu juga salah satu bentuk syukur kita kepada Allah SWT. 

Saking pentingnya, dalam beberapa riwayat, Rasulullah Saw menasehati para sahabatnya untuk menjaganya. Dari Abu al-Darda’ radhiyallahu anhu, sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim: 

أَوْصَانِي حَبِيبِي صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ بثَلَاثٍ، لَنْ أَدَعَهُنَّ ما عِشْتُ: بصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِن كُلِّ شَهْرٍ، وَصَلَاةِ الضُّحَى، وَبِأَنْ لا أَنَامَ حتَّى أُوتِرَ

“Kekasihku Rasulullah Saw menasehatiku dengan tiga perkara. Aku tidak akan meninggalkan ketiganya selama aku masih hidup: Berpuasa selama tiga hari di setiap bulannya; Shalat Dhuha; dan tidak tidur sampai saya mengerjakan shalat witir.” 

Dalam riwayat Muslim lainnya, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dijelaskan: 

ثلاثٌ أوصاني بهنَّ حبيبي صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ سجدتينِ قبلَ الصبحِ وسجدتيْ الضحى والوترِ بعدَ العشاءِ

“Tiga hal yang kekasihku Rasulullah Saw menasehatiku dengannya; dua rakaat sebelum Subuh; dua rakaat Dhuha; dan Witir sesudah Isya.” 

Kita bisa mengerjakan shalat Dhuha setelah masuknya waktu Syuruq, sampai sekitar 10-15 menit sebelum Zuhur. Kita bisa mengerjakannya dua rakaat, atau empat rakaat, atau enam rakaat, atau delapan rakaat, atau dua belas rakaat dalam riwayat lainnya. 

Intinya, jangan sampai waktu Dhuha berlalu, tanpa ada Shalat Dhuha yang kita kerjakan. Semoga Allah SWT memudahkan kita untuk mengamalkannya. []

Sunnah Membaca Surat al-Ikhlas & al-Mu'awwidzatain Di Pagi Dan Sore Hari

Sunnah Membaca Surat al-Ikhlas & al-Mu'awwidzatain Di Pagi Dan Sore Hari


Setiap hari, banyak hal yang mengancam hidup kita. Bisa jadi ancaman itu datang dari kalangan manusia, bisa jadi dari kalangan binatang, dan bisa jadi juga dari kalangan Jin. Atau bisa jadi dari kalangan lainnya. Apa yang tidak kita lihat dengan kedua mata kita, lebih banyak dari apa yang kita lihat. 

Maka, Rasulullah Saw mengajarkan sesuatu yang bisa menjaga kita dari semua itu. 

Diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Abdullah bin Khubaib radhiyallahu anhu, di suatu malam yang hujan lebat dan gelap-gulita ia mendatangi Rasulullah Saw untuk shalat bersama para sahabat. 
Ketika bertemu, Beliau berkata, "Bacalah!" Namun, Abdullah bin Khubaib tidak membaca apapun. 
"Bacalah!" Beliau mengulangnya lagi. Namun, ia tetap tidak membaca apapun. 
"Bacalah!" Kata beliau lagi. 
"Apa yang aku baca?" Tanyanya
Jawabnya: 
قل قل هو الله أحد، والمعوذتين حين تُمسِي وَتُصْبِحُ ثلاث مرات تكفيك من كل شيء
"Ucapkanlah: Qul Huwallahu Ahad dan al-Mu'awwidzatain (Qul A'dzubi Rabbil Falaq dan Qul A'udzubi Rabbin Nas) ketika engkau berada di sore hari dan pagi hari, sebanyak tiga kali, maka itu akan cukup bagimu (baca: menjagamu) dari segala sesuatu."

Berdasarkan hadits ini, dengan membaca ketiga surat tersebut, sebanyak tiga kali di pagi dan sore hari, Allah SWT memberikan jaminan penjagaan kepada kita dari segala bentuk kejahatan sepanjang hari yang kita jalani. 

Ringan dan mudah; tidak butuh tenaga dan biaya. []
Sunnah Memberikan Hak Jalan

Sunnah Memberikan Hak Jalan


Rasulullah Saw melarang umatnya untuk tidak mengganggu atau menyakiti orang lain. Salah satu bentuknya, beliau melarang sahabatnya (yang hukumnya juga berlaku buat kita) untuk duduk-duduk di jalanan atau tempat umum yang dilalui oleh orang banyak. Sebab, hal ini akan membuat mereka tidak nyaman. 

Namun, jikalau kadangkala tidak ada pilihan lain kecuali di situ, maka beliau menjelaskan beberapa syarat yang perlu dijaga agar mudharat yang dikhawatirkan terjadi, bisa disingkirkan. 

Diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu, dari Nabi Muhammad Saw bersabda, "Jangan kalian duduk-duduk di jalanan." 
"Kami tidak punya pilihan lain. Itu Majelis kami yang kami berbincang-bincang disitu." Jawab mereka
"Jikalau kalian enggan, kecuali bermajelis itu. Maka, berikanlah hak jalan!." 
"Apa hak jalan tersebut? Tanya mereka
Nabi Saw menjawab: 
غَضُّ الْبَصَرِ، وَكَفُّ الْأَذَى، وَرَدُّ السَّلَامِ، وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ، وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ
"Menundukkan pandangan, tidak menyakiti (menganggu), menjawab salam, memerintahkan yang makruf, mencegah yang mungkar."

Jadi, pada dasarnya dalam sunnah Nabi Muhammad Saw, kaum muslimin dilarang untuk duduk-duduk (nongkrong) di jalan-jalan yang dilalui khalayak. Namun, jikalau terpaksa melakukannya, tidak ada pilihan lain, perhatikan syarat-syarat yang dijelaskan dalam hadits Nabi di atas. Selain akan memberikan kenyamanan bagi diri sendiri dan orang lain, juga yang jauh lebih penting Menjalankan Sunnah Nabi. []
Sunnah Membangun Masjid

Sunnah Membangun Masjid


Hal pertama yang dilakukan oleh Rasulullah Saw ketika sampai di Madinah adalah membangun Masjid. Kenapa? Sebab membangun Masjid adalah amalan yang paling mulia, sebagaimana Masjid sendiri adalah tempat yang paling agung dan paling dicintai oleh Allah SWT. Diriwayatkan oleh Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda: 
أحب البلاد إلى اللهِ مَسَاجِدُهَا، وَأبْغَضُ البِلادِ إِلَى اللهِ أَسْوَاقُهَا
"(Bagian dari) Negeri yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah Masjidnya, dan (bagian dari) Negeri yang paling dibenci Allah SWT adalah pasar-pasarnya." 

Maka, pahala membangun Masjid sangat besar. Diriwayatkan oleh Muslim, dari Utsman bin Affan radhiyallahu anhu, "Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: 
من بنى مَسْجِدًا لِلَّهِ بنى اللهُ لَهُ فِي الْجَنَّةِ مِثْلَهُ
"Siapa yang membangun Masjid karena Allah SWT, maka Allah SWT bangunkan baginya di surga semisalnya." 

Pahala yang luar biasa!

Mungkin akan muncul pertanyaan selanjutnya: Membangun Masjid itu kan butuh biaya besar?

Jawabannya sudah dijelaskan oleh Rasulullah Saw dalam riwayat Ibn Majah, dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda: 
من بنى مسجدًا لله كمفخص قطاةٍ، أو أصْغَرَ، بنى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الجنة
"Siapa yang membangun Masjid karena Allah SWT, seperti sarang Quthah atau lebih kecil, maka Allah SWT bangunkan baginya rumah di surga." 
Quthah itu adalah jenis burung yang lebih kecil dari burung pipit. 

Artinya, ketika seseorang berkontribusi dalam pembangunan Masjid, walaupun hanya untuk seukuran sarang burung yang kecil sekali, yang secara logika tidak mungkin orang shalat disitu, maka Allah SWT tetap memberikan ganjaran pahala yang sama. Sehingga, pintu kebaikan ini bukan hanya dibuka bagi yang berharta banyak, namun juga dibuka bagi yang hartanya pas-pasan. []
Sunnah al-Tayamun Dalam Memakai Sandal

Sunnah al-Tayamun Dalam Memakai Sandal


Al-Tayamun artinya berkanan-kanan. Maksudnya, memulai segala sesuatu dengan bagian kanan. Dan ini merupakan salah satu Sunnah Nabi Muhammad Saw. Beliau biasanya memulai segala sesuatu dengan bagian kanan. Kalau pun ada yang dimulai dengan bagian kiri, itu hanyalah dalam kondisi-kondisi tertentu saja. 

Aisyah radhiyallahu anha, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, suka memulai dengan bagian kanan ketika memakai sandalnya, berjalan, bersuci, dan segala urusannya. 

Kemudian dalam riwayat lainnya oleh al-Nasai, dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa Nabi Muhammad Saw suka berkanan-kanan sesuai dengan kemampuannya, ketika bersuci, memakai sandal, dan berjalan. 

Detailnya, ketika memakai sandal dimulai dengan bagian kanan, dan dilepaskan di bagian kiri terlebih dahulu. Hal ini berdasarkan riwayat al-Bukhari, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda: 
  إِذَا انْتَعَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ باليَمِينِ، وإذَا نَزَعَ فَلْيَبْدَأْ بالشِّمَالِ، لِيَكُنِ اليُمْنَى أَوَّلَهُما تُنْعَلُ، وَآخِرَهُما تُنْزَعُ
"Jikalau salah seorang di antara memakai sandal, maka mulailah dengan bagian kanan. Jikalau ia melepas, maka mulailah dari bagian kiri. Hendaklah bagian kanan dijadikan sebagai bagian yang pertama dipakai, dan bagian terakhir dilepas." 

Sunnah yang mudah, Insya Allah. Berkanan-kanan (al-Tayamun) dalam seluruh kebaikan. Bahkan dalam urusan memakai sandal sekali pun, yang mungkin kadangkala sepele dalam pandangan kita. Begitulah Islam, ada tuntunannya dalam segala sesuatu. Semoga kita dimudahkan oleh Allah SWT untuk melaziminya dalam kehidupan sehari-hari. []
Sunnah Berdoa Ketika Menyaksikan Hilal

Sunnah Berdoa Ketika Menyaksikan Hilal


Dalam al-Quran al-Karim dijelaskan, tidak ada satu makhluk pun di Alam Semesta ini kecuali bertasbih kepada Allah SWT. Hanya saja, kita tidak memahami Tasbih mereka. 
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." (Surat al-Isra': 44)

Dan Rasulullah Saw merasakan hal itu. Makanya, dalam beberapa riwayat dijelaskan, beliau berbicara kepada makhluk yang tidak berakal (bukan manusia) dan memberitahu bahwa beliau dan orang-orang beriman menyembah Allah SWT. 

Salah satu bentuknya, ketika berada di awal bulan Hijriyah (bulan Arab); ketika menyaksikan Hilal, sebagaimana diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu anhu, beliau membaca: 
اللَّهُمَّ أهلّهُ عَلَيْنَا بِاليُمْنِ وَالإِيمَانِ، وَالسَّلاَمَةِ وَالإِسْلاَمِ، رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ
"Ya Allah, berikanlah kepada kami keberkahan, keimanan, keselamatan, dan Islam. Rabbku dan Rabbmu adalah Allah SWT." 

Jikalau dalam setahun, ada 12 bulan. Artinya, dalam setahun, beliau membaca doa ini sebanyak 12 kali. Memulai awal bukan dengan memohon keberkahan dari Allah SWT, keimanan, keselamatan, dan konsistensi dalam berislam. Dalam riwayat lainnya "memohon keamanan". Selain itu, sunnah ini juga mendorong kaum Muslimin untuk selalu memperhatikan waktu. 

Semoga kita bisa menjaga Sunnah ini. Allah SWT berikan keberkahan kepada kita semuanya. Allah SWT kokohkan kita di atas keimanan dan keislaman. []
Sunnah Berlindung dari Kejahatan Makhluk

Sunnah Berlindung dari Kejahatan Makhluk


Pada dasarnya, banyak sekali kejahatan yang mengintai kita. Tidak saja dari kalangan manusia, namun juga dari kalangan jin. Bahkan juga dari binatang melata, binatang buas, dan makhkuk Allah SWT lainnya. 

Maka, Rasulullah Saw mengajarkan kita cari paling tepat untuk menjaga diri dari semua kejahatan tersebut, dengan berlindung kepada Allah SWT; Zat yang menciptakan semua makhluk dan Zat yang Hanya Dialah yang mampu mencegah kejahatan mereka. 

Diriwayatkan oleh Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, seseorang mendatangi Rasulullah Saw dan berkata, "Wahai Rasulullah, aku tidak mendapati kalajengking yang kemarin malam menggigitku."

"Jikalau kamu membaca ketika berada di sore hari: 

أَعُوذُ بكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِن شَرِّ ما خَلَقَ

'Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk.'

Maka, ia tidak akan memudharatkanmu." 

Dalam riwayat al-Turmudzi, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dijelaskan bahwa beliau mengulangkan tiga kali: 

"Siapa yang membaca di sore hari sebanyak tiga kali: 

أَعُوذُ بكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِن شَرِّ ما خَلَقَ

Maka tidak akan memudharatkannya 'Humah' di malam itu."

Maksud 'Humah' adalah bisa kalajengking dan sejenisnya. 

Doa ini bukan sekadar dibaca ketika sore saja, tapi juga dibaca ketika kita singgah di tempat yang tidak kita kenali, seperti istirahat di suatu tempat dalam safar atau tempat-tempat buka, dan lain sebagainya. 

Hal ini berdasarkan riwayat Muslim, dari Khaulah binti Hakim radhiyallahu anha, ia mendengar Rasulullah Saw bersabda, "Jikalau suatu singgah di suatu tempat, maka bacalah: 

أَعُوذُ بكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِن شَرِّ ما خَلَقَ

Maka, tidak akan memudharatkannya sesuatu pun sampai ia pergi meninggalkannya." 

Mari kita hafalkan doanya. Kita baca. Yakinlah dengan penjagaan Allah SWT. 

Al-Turmudzi menjelaskan, bahwa Suhail bin Abi Shaleh; salah seorang yang meriwayatkan hadits ini mengatakan, "Keluarga kami mempelajarinya dan mengucapkannya setiap malam, kemudian salah seorang anak perempuan mereka disengat (kalajengking), namun ia tidak merasakan kesakitan apapun."  []

Sunnah Berobat dengan Madu

Sunnah Berobat dengan Madu


Berobat, merupakan salah satu sunnah Nabi Muhammad Saw. Bentuknya beraneka ragam, merujuk hadits Nabi. Dan salah satunya dengan Madu Lebah, khususnya yang berkaitan dengan sakit perut. 
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhu, Nabi Muhammad Saw bersabda: 
لِكُلِّ داءٍ دَواءٌ، فإذا أُصِيبَ دَواءُ الدَّاءِ بَرَأَ بإذْنِ اللهِ عزَّ وجلَّ
"Setiap penyakit ada obatnya. Jikalau benar obat penyakitnya, ia akan sembuh dengan izin Allah SWT." 
Diriwayat juga oleh al-Bukhari, dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu, ada seseorang mendatangi Nabi Muhammad Saw dan berkata:
"Saudaraku mengeluhkan perutnya (sakit)." 
"Berilah ia minum madu," Jawab Nabi. 
Kemudian datang lagi dan mengadukan hal yang sama. 
"Berilah ia minum madu," Jawab Nabi lagi. 
Kemudian datang lagi ketiga kalinya dengan aduan yang sama, dan jawaban Nabi juga sama. 
"Berilah ia minum madu." 
Kemudian ia datang lagi dan berkata: 
"Aku sudah melakukannya." 
Nabi Muhammad Saw berkata: 
صَدَقَ اللَّهُ، وكَذَبَ بَطْنُ أخِيكَ، اسْقِهِ عَسَلًا
"Maha Benar Allah SWT. Dan sungguh dusta perut saudaramu. Berilah ia minum madu."
Maka, ia (kembali) memberikan minum Madu ke saudaranya, dan sembuh. 
DR. Raghib al-Sirjani menjelaskan, "Nampaknya, pada awalnya, orang yang sakit perut, yang diadukan saudaranya itu, tidak puas dan tidak yakin dengan efek madu tersebut, sehingga bekas pengobatannya tidak terlihat. Ketika saudaranya menyampaikan kepadanya penegasan Nabi Muhammad Saw untuk meminumnya, maka ia pun meyakini efeknya, dan Allah SWT berikan kesembuhan. Apalagi Rasulullah Saw mengaitkannya dengan keimanan yang benar (al-Iman al-Shadiq) kepada Allah SWT, dengan mengatakan "Maha Benar Allah SWT". Ini merujuk firman Allah SWT: 
يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ
Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia
(Surat al-Nahl: 69)
Maka, marilah kita konsumsi Madu untuk pengobatan. Kita yakin ada kesembuhan di baliknya, dengan izin Allah SWT. Tapi, jangan sampai hal ini membuat kita tidak mau ke dokter dan mengkonsumsi obat-obatan yang sudah ditentukan oleh pakarnya. Merujuk ahli adalah sebuah kewajiban. []
Sunnah Doa Ketika Kesempitan; Semua Jalan Terasa Buntu

Sunnah Doa Ketika Kesempitan; Semua Jalan Terasa Buntu


Akan selalu ada masalah-masalah yang menghampiri kita dalam hidup. Selesai satu masalah, datang lagi masalah lainnya. Kadangkala, kondisi tersebut menimbulkan kegelisahan, membuat kita merasa hidup ini berat dan sulit. 
Dalam al-Quran dijelaskan: 
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah." (Surat al-Balad: 4)
Ada yang melarikan diri dari masalah hidupnya dengan bermabuk-mabukan. Ada juga yang melarikan diri dari masalah hidupnya dengan berjudi, melakukan berbagai kemaksiatan lainnya. Itu bukanlah solusi. Itu hanya akan menyebabkan masalah semakin runyam, semakin ruwet. 
Rasulullah Saw mengajarkan kita, ketika berada dalam kondisi seperti ini untuk kembali kepada Allah SWT. Hanya Dialah yang mampu menyelesaikan masalah apapun, sesusah dan seruwet apapun. 
Dalam al-Quran dijelaskan: 
قُلِ اللَّهُ يُنَجِّيكُمْ مِنْهَا وَمِنْ كُلِّ كَرْبٍ
 Katakanlah: "Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan." (Surat al-An'am: 64)
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma, Nabi Muhammad Saw membaca ketika kesusahan dan kesempitan: 
 لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ العَلِيمُ الحَلِيمُ، لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ رَبُّ العَرْشِ العَظِيمِ، لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ ورَبُّ الأرْضِ رَبُّ العَرْشِ الكَرِيمِ
"Tidak ada Ilah kecuali Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Lemah Lembut. Tidak ada Ilah kecuali Allah; Rabb 'Arsy yang mulia. Tidak ada Ilah kecuali Allah; Rabb langit, Rabb bumi, dan Rabb 'Arsy yang mulia." 
Doa ini mengingatkan kita, Allah SWT yang menguasai segala sesuatu. Dan Hanya Dialah yang mampu menyelesaikan masalah kita. Dia yang akan mengilhamkan solusinya dan memberikan jalan keluarnya. []
Sunnah Menulis Wasiat

Sunnah Menulis Wasiat


Di tengah kesibukan kita mencari dunia untuk memenuhi kebutuhan hidup, Islam mendorong kita untuk selalu mengingat kematian. 
Kenapa? 
Agar kita selalu punya orientasi akhirat, berusaha untuk mendapatkan ampunan Allah SWT atas dosa-dosa yang pernah kita lakukan, taubat dan kembali kepada-Nya, memperbaiki amal perbuatan kita, mengembalikan hak orang lain jikalau ada di tangan kita, dan meminta maaf jikalau ada kata dan perbatan kita yang menyakiti orang lain. 
Diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda: 
أكثِرُوا ذكرَ هادِمِ اللذَّاتِ
"Banyak-banyaklah mengingat penghancur kenikmatan." 
Maksudnya, kematian
Salah satu wasilah mengingat kematian itu adalah menulis wasiat, apalagi jikalau kita memiliki harta berlebih, atau memiliki hutang atau piutang, atau memilii kerjasama keuangan dengan pihak lainnya. Ini juga dilakukan terkait penjagaan amanah dan pemeliharaan hak. 
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Abdullah bin Umar bin al-Khattab radhiyallahu anhuma, Rasulullah Saw bersabda: 
ما حَقُّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ له شيءٌ يُوصِي فِيهِ، يَبِيتُ لَيْلَتَيْنِ إلَّا ووَصِيَّتُهُ مَكْتُوبَةٌ عِنْدَهُ
"Tidaklah hak (benar) seorang Muslim yang memiliki sesuatu untuk diwasiatkan, bermalam dua malam kecuali wasiatnya tertulis di dekatnya." 
Ini merupakan salah satu sunnah Nabi yang penting diperhatikan. Semoga bermanfaat bagi kita semua. []