Sunnah Tahmid & Shalawat Sebelum Berdoa

Sunnah Tahmid & Shalawat Sebelum Berdoa


Doa adalah salah satu ibadah agung dalam Islam. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari al-Nu'man bin al-Basyir dijelaskan bahwa doa itu adalah ibadah. Satu kesatuan. 
Makanya, doa itu ada seni dan adabnya yang perlu kita perhatikan. Salah satunya, sebagaimana diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Fudhalah bin Ubaid, suatu hari ketika Rasulullah Saw sedang duduk-duduk di Masjid, masuklah seorang laki-laki, kemudian ia shalat dan berdoa, "Ya Allah, ampunilah dosaku dan kasihanilah aku."
Mendengar itu, Nabi Saw bersabda: 
عجِلتَ أيُّها المصلِّي ، إذا صلَّيتَ فقعدتَ فاحمَدِ اللهَ بما هو أهلُه ، ثمَّ صَلِّ عليَّ ، ثمَّ ادْعُه
"Anda tergesa-gesa wahai orang yang sedang shalat. Jikalau Anda shalat, kemudian Anda duduk (berdoa), maka pujilah (Tahmid) Allah SWT dengan pujian yang layak bagi-Nya, kemudian bershalawatlah kepadaku, kemudian (barulah) berdoa kepada-Nya." 
Tidak lama setelahnya, datanglah laki-laki lainnya, kemudian ia memuji Allah SWT (Tahmid), dan bershalawat kepada Nabi Saw. Maka, Nabi pun berkata: 
أيُّها المصلِّي ادْعُ تُجَبْ
"Wahai orang yang shalat, berdoalah, maka akan diberikan kepada Anda (apa yang Anda minta." []
Sunnah Tasbih, Tahmid, dan Takbir Setelah Shalat

Sunnah Tasbih, Tahmid, dan Takbir Setelah Shalat


Ketika shalat, kita menghadapkan diri kepada Allah SWT. Bermunajat dan mengadu kepada-Nya. Masa-masa seperti ini, dalam ungkapannya DR. Raghib al-Sirjani, dikenal dengan nama al-Liqa' al-Imani al-Kabir (Pertemuan Keimanan yang Maha Agung). 
Ketika selesai melakukannya, sebelum kembali melakukan rutinitas pekerjaan sehari-hari, selama tidak ada kepentingan darurat, ada baiknya kita duduk sejenak berzikir kepada-Nya. Ini dikenal dengan al-Fatrah al-Intiqaliyah (Masa Peralihan) antara "Pertemuan Keimanan" dengan Aktifitas sehari-hari. 
Diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah Saw bersabda: 
مَن سبَّح الله دُبُر كل صلاة ثلاثا وثلاثين، وحَمِد الله ثلاثا وثلاثين، وكَبَّر الله ثلاثا وثلاثين، فتِلك تِسْعَةٌ وتِسْعُونَ، وقال تَمَام المائة: لا إله إلا الله وحْدَه لا شريك له، له المُلك، وله الحَمد، وهو على كلِّ شيء قَدِير، غُفِرَت خَطَايَاه، وإن كانت مثل زَبَدِ البَحْرِ
"Siapa yang bertasbih setiap selesai shalat sebanyak 33 kali, bertahmid sebanyak 33 kali, dan bertakbir sebanyak 33 kali, kemudian ia mengatakan untuk menyempurnakan seratus: 
 لا إله إلا الله وحْدَه لا شريك له، له المُلك، وله الحَمد، وهو على كلِّ شيء قَدِير
(Tidak ada Ilah kecuali Allah SWT semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kekuataan. Bagi-Nya segala pujian. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu)
Maka, diampunkan dosa-dosanya, walaupun seperti buih di lautan." 
Subhanallah. Walhamdulillah. Allahu Akbar.[]
Sunnah 12 Rakaat

Sunnah 12 Rakaat


Mau rumah di surga? Rasulullah Saw menjelaskan jalannya, yaitu dengan mengerjakan shalat sunnah rawatib yang hukumnya sunnah muakkadah sebanyak 12 rakaat di sepanjang siang dan malam. 
Diriwayatkan oleh Muslim, dari Umm Habibah radhiyallahu anha; istri Nabi Saw, "Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: 
مَن صلَّى اثنتَي عشرةَ ركعةً في يومٍ وليلةٍ؛ بُنِي له بهن بيتٌ في الجنة
"Siapa yang mengerjakan shalat 12 rakaat di sepanjang siang dan malam, maka dibangunkan baginya rumah di surga." 
Kemudian Umm Habibah berkata, "Saya tidak pernah meninggalkannya semenjak saya mendengarnya dari Rasulullah Saw." 
Kemudian berkata juga 'Anbasah bin Abi Sufyan, yang meriwayatkan hadits ini dari Umm Habibah, "Saya tidak pernah meninggalkannya semenjak saya mendengarnya dari Umm Habibah." 
Kemudian berkata juga Amru bin Aus, yang meriwayatkan hadits ini dari 'Anbasah bin Abi Sufyan, "Saya tidak pernah meninggalkannya semenjak saya mendengarnya dari 'Anbasah." 
Kemudian berkata juga al-Nukman bin Salim, yang meriwayatkan hadits ini dari Amru bin Aus, "Saya tidak pernah meninggalkannya semenjak saya mendengarnya dari dari Amru bin Aus." 
Subhanallah...
Apa saja yang 12 rakaat itu? 
Dijelaskan oleh Hadits riwayat al-Nasai, dari Aisyah radhiyallahu anha, Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang bersabar menjalankan 12 rakaat, maka dibangunkan baginya rumah di surga, yaitu 4 rakaat sebelum shalat Zuhur, 2 rakaat sesudah Shalat Zuhur, 2 rakaat setelah shalat Maghrib, 2 rakaat setelah shalat Isya, dan 2 rakaat sebelum shalat Fajar."
Semoga kita diberikan semangat besar dalam menjalankannya seperti Umm Habibah, 'Anbasah bin Abi Sufyan, Amru bin Aus, dan al-Nukmah bin Salim." []
Sunnah Tahlil

Sunnah Tahlil


"Siapa yang mengucapkan: 
لا إلهَ إلاَّ اللَّه وحْدهُ لاَ شَرِيكَ لهُ، لَهُ المُلْكُ، ولَهُ الحمْدُ، وَهُو عَلَى كُلِّ شَيءٍ قَدِيرٌ
'Tidak ada Ilah melainkan Allah SWT semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala pujian. Dan Dia Kuasa atas segala sesuatu.' 
Dalam sehari sebanyak 100 kali, maka pahalanya setara dengan memerdekakan 10 budak; ditetapkan baginya 100 kebaikan; dihapuskan darinya 100 keburukan; dan ia memiliki penjaga dari Setan di hari tersebut sampai sore. Tidak ada seorang pun yang melakukan perbuatan lebih baik darinya, kecuali orang yang melakukannya lebih banyak." (HR al-Bukhari dan Muslim)
Kalimat Tahlil ini adalah Sunnah luar biasa, pahalanya tidak terhingga, dan mudah dilakukan. Bayangkan saja jikalau setiap hari kita mampu menjaganya. 
Bahkan, dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Amr bin al-Ashr radhiyallahu anhuma, Rasulullah Saw menegaskan bahwa kalimat Tahlil adalah adalah sebaik-baik diucapkannya dan diucapkan para Nabi sebelumnya. 
Dalam sehari, 100 kali kalimat Tahlil ini kira-kira membutuhkan berapa menit , ya?[]
Sunnah I'tikaf

Sunnah I'tikaf


Dunia, dengan segala problematikannya, seringkali memenuhi akal dan pikiran kita. Kita tenggelam dalam buaian-buaian keindahannya. Sehingga, kita lupa akhirat, lupa akan kemana ujung kehidupan kita. 
Maka, sesekali kita butuh menyendiri dari dunia dengan segala hiruk-pikuknya, kemudian merenung dan memuhasabah diri untuk kembali menata hati. 
Dan, ruang terbaik untuk melakukannya adalah rumah Allah SWT; Masjid. Kita mengenalnya dengan istilah I'tikaf. Amalan terbaik yang bisa kita lakukan ketika itu adalah shalat, zikir, dan membaca al-Quran. 
Rasulullah Saw, suka melakukannya di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari,  dari Aisyah radhiyallahu anha; istri Nabi Saw, bahwa Nabi Saw beritikaf di 10 terakhir bulan Ramadhan sampai wafatnya, kemudian para istrinya beritikaf setelahnya.
Biasanya, beliau memulai Itikaf sebelum terbenamnya matahari di hari ke-20 bulan Ramadhan, yaitu masuk di hari ke-21 Ramadhan setelah terbenamnya matahari, kemudian selesai setelah tsubutnya hilal Syawwal. Jikalau tidak mampu Itikaf dengan penuh, maka berItikaflah sesuai kemampuan. 
Itu di Bulan Ramadhan. 
Di luar Ramadhan, tidak ada masalahnya kita meluangkan waktu sejenak setelah Subuh selama beberapa menit untuk ber-Itikaf, atau bisa juga di akhir pekan, untuk menata hati, meluruskan orientasi diri. []