Sunnah Mendapatkan Waktu Mustajab di Hari Jumat

Sunnah Mendapatkan Waktu Mustajab di Hari Jumat


Dalam seminggu, ada 7 hari yang Allah SWT berikan kepada kita; Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Ahad. Di antara hari-hari tersebut, hari paling mulia adalah hari Jumat. 

Apa alasannya? Di antara jawabanya dijelaskan dalam riwayat Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda: 
خَيْرُ يَومٍ طَلَعَتْ عليه الشَّمْسُ يَوْمُ الجُمُعَةِ، فيه خُلِقَ آدَمُ، وفيهِ أُدْخِلَ الجَنَّةَ، وفيهِ أُخْرِجَ مِنْها
"Sebaik-baik hari yang matahari terbit di hari tersebut adalah Hari Jumat. Ketika itu Adam diciptakan, dimasukkan ke dalam surga, dan dikeluarkan darinya."

Allah SWT menginginkan kaum muslimin untuk mengoptimalkan hari ini dengan sebaik-baiknya, mengoptimalkan ibadah-ibadah wajib dan memperbanyak ibadah-ibadah sunnah yang akan meninggikan derajatnya dan menggugurkan dosanya. Kemudian, Allah SWT menjadikan di hari yang mulia ini waktu yang mustajab untuk berdoa. 

Diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, suatu hari Rasulullah Saw berbucara tentang Hari Jumat, kemudian beliau menyebutkan: 
فيه ساعةٌ لا يُوافِقُها عبدٌ مسلمٌ وهو قائمٌ يُصلِّي يسأل اللهَ شيئًا إلا أعطاه إيَّاه
"Padanya ada suatu waktu yang tidak seorang hamba Muslim pun bertepatan dengannya, ketika ia sedang berqiyam-shalat, meminta sesuatu kepada Allah SWT, kecuali Dia akan memberikannya kepadanya (apa yang dimintanya)." 

Kapankah waktu mustajab tersebut? 
Para Ulama berbeda pendapat mengenai waktu tepatnya. Salah satu hikmahnya, agar kita bisa lebih banyak beramal, lebih banyak berdoa, dan lebih semangat mengisinya dengan kebajikan dan ketaatan. 

Ada sejumlah riwayat yang menjelaskan waktunya. Salah satunya dari Abu Burdah bin Abu Musa al-Asy'ari radhiyallahu anhuma, berkata kepadaku Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, 'Apakah engkau pernah mendengar bapakmu menghaditskan dari Rasulullah Saw tentang waktu (mustajab) di hari Jumat?' Aku menjawab, 'Ya, aku mendengarnya mengatakan, 'Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: 
هيِ ما بينَ أن يجلسَ الإمامُ إلى أن تُقضَى الصلاةُ
"Ia di antara Imam duduk, sampai shalat selesai." 

Ada riwayat-riwayat lainnya. Tapi intinya, seorang Muslim memahami dan mengetahui waktu yang mulia ini, kemudian mengisi sebagian besar waktunya untuk beribadah dan berdoa kepada Allah SWT untuk kebaikan dunia dan akhirat. [] 
Manusia yang Paling Dicintai Setan

Manusia yang Paling Dicintai Setan


ليس من بَنِي آدم أحبّ إلى شيْطانِهِ من النؤوم الأكول

Tidak ada dari Bani Adam yang Lebih Dicintai Setannya Melebihi Orang yang Banyak Tidur lagi Banyak Makan


Wahab bin Munabbih

Kitab Hilyah al-Auliya' (4/ 58)

***


Point Pertama

Manusia yang dicintai Setan itu bermacam-macam. Ada yang dicintai Setan di salah satu perbuatannya saja, dan ada yang dicintai setan untuk seluruh perbuatannya. Kalau sudah masuk ke kategori "cinta seutuhnya", setan tidak perlu menggodanya lagi; sudah menjadi sahabat; satu frekuensi. 


Semakin buruk seseorang, maka semakin ia menjadi kekasih Setan. Semakin baik, maka setan akan semakin jauh darinya dan akan semakin menjadi musuhnya. 


Kita berada di mana? 

Masing-masing kita yang tahu. 


Point Kedua

Tidur itu penting. Tapi kalau tidur terus, sampai melalaikan kewajiban, itu sudah keluar dari jalan yang lurus, masuk ke tracknya Setan. Kalau tidak mawas diri, lama-lama bisa menjadi teman baiknya. 


Tidurlah secukupnya. Jangan berlebihan. Tapi, jangan sampai kurang juga. Dalam riwayat dijelaskan, segala sesuatu ada haknya. Dan badan juga ada haknya; hak untuk istirahat. 


Point Ketiga

Makan juga penting. Tapi makan berlebihan, melebihi batasnya, bukan saja berbahaya, namun juga dilarang dalam Syariat. Makanlah secukupnya, agar badan kita kuat beribadah kepada Allah SWT . []

Allah SWT Menampakkan Maksiat di Wajah dan Lisan

Allah SWT Menampakkan Maksiat di Wajah dan Lisan


ما أسر أحد سريرة إلا أبداها الله

على صفحات وجهه، وفلتات لسانه

Tidaklah Seseorang Menyembunyikan Sebuah Rahasia, Kecuali Allah SWT Tampakkan di Roman Wajahnya dan Ketegelinciran Lisannya


Utsman bin Affan

(Kitab Tafsir Ibn Katsir: 7/ 297)


Maksudnya, Rahasia keburukan. 

Sekuat apapun seseorang menyembunyikannya, Allah SWT akan menampakkan di roman wajahnya, seolah-olah wajahnya itu menggambarkan maksiat yang disembunyikanya. Kecuali ia bertaubat dan memohon ampunan Allah SWT, serta meninggalkan perbuatan maksiatnya, maka roman itu akan terhapus dengan izin-Nya. 


Kemudian, ia juga akan Allah SWT tampakkan di ketegelinciran lisannya. Bisa jadi, tanpa sengaja, ia berbicara tentang maksiat yang disembunyikan.Tanpa ia inginkan. Dan itu mudah bagi Allah SWT. 


Ibn Taimiyah dalam Kitab al-Istiqamah (1/ 355) menjelaskan: 

إنَّ ما ﻓﻲ القلب ﻣﻦ ﺍﻟﻨﻮﺭ ﻭﺍﻟﻈﻠﻤﺔ، ﻭﺍﻟﺨﻴﺮ ﻭﺍﻟﺸﺮ، ﻳﺴﺮﻱ ﻛﺜﻴﺮًﺍ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻮﺟﻪ ﻭﺍﻟﻌﻴﻦ، ﻭﻫﻤﺎ ﺃﻋﻈﻢ ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ ﺍﺭﺗﺒﺎﻃًﺎ ﺑﺎﻟﻘﻠﺐ

Di hati itu ada cahaya dan kegelapan, kebaikan dan keburukan, yang seringkali menjalar ke wajah dan mata. Dan keduanya sesuatu yang paling kuat ikatannya dengan hati. []

Maqbulnya Doa Ahmad bin Hanbal

Maqbulnya Doa Ahmad bin Hanbal


Suatu Hari, seseorang datang kepada Imam Ahmad dan berkata: 

"Ibuku difabel yang hanya bisa duduk di kursinya semenjak 20 tahun yang lalu. Ia mengutusku kepadamu, agar engkau mendoakan kebaikannya kepada Allah SWT." 


Wajah Imam Ahmad berubah, seolah-olah menunjukkan ketidaksukaannya atau ketidaknyamanannya, kemudian berkata: 

نحن أحوج أن تدعو هي لنا

"Kita lebih membutuhkan doa ibumu itu untuk kebaikan kita." 

Kemudian, Imam Ahmad berdoa kepada Allah SWT untuk kebaikan ibunya. 


Laki-laki pun pulang ke rumahnya, kemudian mengetuk pintu. 

Dan keluarlah ibunya menghampirinya, berdiri dengan kedua kakinya seraya berkata: 

 قد وهبني الله العافية

"Allah SWT sudah memberikan kesembuhan kepadaku."

(Kitab al-Bidayah wa al-Nihayah: 14/ 393)


Semoga Allah SWT merahmati Imam Ahmad bin Hanbal, merahmati kita semuanya. 


Yahya bin Main pernah berkata begini: 

أراد الناس منا أن نكون مثل أحمد بن حنبل ، لا والله ما نقوى على ما يقوى عليه أحمد، ولا على طريقة أحمد

Ada sekelompok orang di antara kami yang ingin seperti Ahmad bin Hanbal. Tidak demi Allah SWT, kita tidak akan kuat melakukan apa yang Imam Ahmad kuat melakukannya, dan tidak (juga tidak akan kuat) menempuh jalan Imam Ahmad." []

Ukhuwah Islamiyah: Ibarat Mata dan Tangan

Ukhuwah Islamiyah: Ibarat Mata dan Tangan


مثل الأخوة في الله ڪمثل اليد والعين فإذا دمعت العين مسحت اليد دمعها وإذا تألمت اليد بڪت العين لأجلها

Pemisalan Ukhuwwah di (jalan) Allah SWT, seperti Tangan dan Mata. Jikalau Mata Menangis, Maka Tangan akan Mengusap Air Matanya. Dan Jikalau Tangan Kesakitan, Maka Mata akan Menangis Karenanya

Syeikh al-Islam Ibn Taimiyah
(Kitab Majmu' al-Fatawa: 8/ 203)
***

Ukhuwwah; Persaudaraan di Jalan Allah SWT, tingkatan paling rendahnya adalah Salamah al-Shadr; hati selamat dari segala bentuk penyakit yang menyertainya. Tidak ada rasa iri, tidak ada rasa dengki, tidak ada rasa benci, dan lain-lain. 

Dan tingkatan paling tingginya adalah al-Itsar; kita mendahulukan saudara muslim lainnya dari diri sendiri. Salah satu contoh nyatanya adalah Itsar kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin. 

Maka, belumlah kita sampai ke tingkatan Ukhuwwah, sampai hati ini selamat dari penyakitnya terhadap Muslimnya. Jikalau masih ada dengki; iri; benci; dendam, al-Ghil, maka hak Ukhuwwah paling rendah pun belum terlaksana. []