Jikalau Berbagai Kesulitan Menimpa

Jikalau Berbagai Kesulitan Menimpa

 

Hikmah Keseratus Tujuh Puluh Enam

Jikalau Berbagai Kesulitan Menimpa

وُرُوْدُ الْفَاقَاتِ أَعْيَادُ الْمُرِيْدِيْنَ

“Datangnya berbagai kesulitan adalah hari raya bagi para murid.” 


Ibn Athaillah al-Sakandari

Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari


Jikalau Anda ditimpa berbagai musibah dan kesulitan, maka ketahuilah bahwa itu adalah masa-masa yang baik bagi orang-orang yang ingin mendekatkan dirinya kepada Allah Swt. Bukanlah ketika itu hati Anda akan patah dan diliputi kesedihan? Dan kepada siapakah Anda mengadu pada waktu itu? 

Yah, Anda akan menghampiri-Nya dengan segenap hati Anda. Tidak ada lagi rasa egois. Anda akan merasa hina-dina di hadapan-Nya. Pada waktu itu, hati Anda akan bersih dari segala bentuk Ubudiyyah kepada selain-Nya. 

Cobalah Anda perhatikan orang yang terdampar di lautan luas. Tidak ada lagi yang mampu menyelamatkan mereka, kecuali kematian. Apakah yang akan mereka lakukan pada waktu itu? 

Tidak ada yang bisa diucapkannya dan dilakukannya, kecuali menyerahkan dirinya sepenuh hati kepada Rabb-Nya. Ia akan menangis dan mengikhlaskan seganap usahanya kepada-Nya, seraya berharap mudah-mudahan masih ada baginya kehidupan di hari esok. 

Begitulah hari raya yang dimaksud dalam bait kata-kata ini, yaitu hari ketika Anda menyerahkan diri sepenuhnya kepada Zat yang Maha Pencipta. 

Sunnah al-Tayamun Dalam Memakai Sandal

Sunnah al-Tayamun Dalam Memakai Sandal


Al-Tayamun artinya berkanan-kanan. Maksudnya, memulai segala sesuatu dengan bagian kanan. Dan ini merupakan salah satu Sunnah Nabi Muhammad Saw. Beliau biasanya memulai segala sesuatu dengan bagian kanan. Kalau pun ada yang dimulai dengan bagian kiri, itu hanyalah dalam kondisi-kondisi tertentu saja. 

Aisyah radhiyallahu anha, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, suka memulai dengan bagian kanan ketika memakai sandalnya, berjalan, bersuci, dan segala urusannya. 

Kemudian dalam riwayat lainnya oleh al-Nasai, dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa Nabi Muhammad Saw suka berkanan-kanan sesuai dengan kemampuannya, ketika bersuci, memakai sandal, dan berjalan. 

Detailnya, ketika memakai sandal dimulai dengan bagian kanan, dan dilepaskan di bagian kiri terlebih dahulu. Hal ini berdasarkan riwayat al-Bukhari, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda: 
  إِذَا انْتَعَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ باليَمِينِ، وإذَا نَزَعَ فَلْيَبْدَأْ بالشِّمَالِ، لِيَكُنِ اليُمْنَى أَوَّلَهُما تُنْعَلُ، وَآخِرَهُما تُنْزَعُ
"Jikalau salah seorang di antara memakai sandal, maka mulailah dengan bagian kanan. Jikalau ia melepas, maka mulailah dari bagian kiri. Hendaklah bagian kanan dijadikan sebagai bagian yang pertama dipakai, dan bagian terakhir dilepas." 

Sunnah yang mudah, Insya Allah. Berkanan-kanan (al-Tayamun) dalam seluruh kebaikan. Bahkan dalam urusan memakai sandal sekali pun, yang mungkin kadangkala sepele dalam pandangan kita. Begitulah Islam, ada tuntunannya dalam segala sesuatu. Semoga kita dimudahkan oleh Allah SWT untuk melaziminya dalam kehidupan sehari-hari. []
Sunnah Berdoa Ketika Menyaksikan Hilal

Sunnah Berdoa Ketika Menyaksikan Hilal


Dalam al-Quran al-Karim dijelaskan, tidak ada satu makhluk pun di Alam Semesta ini kecuali bertasbih kepada Allah SWT. Hanya saja, kita tidak memahami Tasbih mereka. 
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." (Surat al-Isra': 44)

Dan Rasulullah Saw merasakan hal itu. Makanya, dalam beberapa riwayat dijelaskan, beliau berbicara kepada makhluk yang tidak berakal (bukan manusia) dan memberitahu bahwa beliau dan orang-orang beriman menyembah Allah SWT. 

Salah satu bentuknya, ketika berada di awal bulan Hijriyah (bulan Arab); ketika menyaksikan Hilal, sebagaimana diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu anhu, beliau membaca: 
اللَّهُمَّ أهلّهُ عَلَيْنَا بِاليُمْنِ وَالإِيمَانِ، وَالسَّلاَمَةِ وَالإِسْلاَمِ، رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ
"Ya Allah, berikanlah kepada kami keberkahan, keimanan, keselamatan, dan Islam. Rabbku dan Rabbmu adalah Allah SWT." 

Jikalau dalam setahun, ada 12 bulan. Artinya, dalam setahun, beliau membaca doa ini sebanyak 12 kali. Memulai awal bukan dengan memohon keberkahan dari Allah SWT, keimanan, keselamatan, dan konsistensi dalam berislam. Dalam riwayat lainnya "memohon keamanan". Selain itu, sunnah ini juga mendorong kaum Muslimin untuk selalu memperhatikan waktu. 

Semoga kita bisa menjaga Sunnah ini. Allah SWT berikan keberkahan kepada kita semuanya. Allah SWT kokohkan kita di atas keimanan dan keislaman. []
Sunnah Berlindung dari Kejahatan Makhluk

Sunnah Berlindung dari Kejahatan Makhluk


Pada dasarnya, banyak sekali kejahatan yang mengintai kita. Tidak saja dari kalangan manusia, namun juga dari kalangan jin. Bahkan juga dari binatang melata, binatang buas, dan makhkuk Allah SWT lainnya. 

Maka, Rasulullah Saw mengajarkan kita cari paling tepat untuk menjaga diri dari semua kejahatan tersebut, dengan berlindung kepada Allah SWT; Zat yang menciptakan semua makhluk dan Zat yang Hanya Dialah yang mampu mencegah kejahatan mereka. 

Diriwayatkan oleh Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, seseorang mendatangi Rasulullah Saw dan berkata, "Wahai Rasulullah, aku tidak mendapati kalajengking yang kemarin malam menggigitku."

"Jikalau kamu membaca ketika berada di sore hari: 

أَعُوذُ بكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِن شَرِّ ما خَلَقَ

'Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk.'

Maka, ia tidak akan memudharatkanmu." 

Dalam riwayat al-Turmudzi, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dijelaskan bahwa beliau mengulangkan tiga kali: 

"Siapa yang membaca di sore hari sebanyak tiga kali: 

أَعُوذُ بكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِن شَرِّ ما خَلَقَ

Maka tidak akan memudharatkannya 'Humah' di malam itu."

Maksud 'Humah' adalah bisa kalajengking dan sejenisnya. 

Doa ini bukan sekadar dibaca ketika sore saja, tapi juga dibaca ketika kita singgah di tempat yang tidak kita kenali, seperti istirahat di suatu tempat dalam safar atau tempat-tempat buka, dan lain sebagainya. 

Hal ini berdasarkan riwayat Muslim, dari Khaulah binti Hakim radhiyallahu anha, ia mendengar Rasulullah Saw bersabda, "Jikalau suatu singgah di suatu tempat, maka bacalah: 

أَعُوذُ بكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِن شَرِّ ما خَلَقَ

Maka, tidak akan memudharatkannya sesuatu pun sampai ia pergi meninggalkannya." 

Mari kita hafalkan doanya. Kita baca. Yakinlah dengan penjagaan Allah SWT. 

Al-Turmudzi menjelaskan, bahwa Suhail bin Abi Shaleh; salah seorang yang meriwayatkan hadits ini mengatakan, "Keluarga kami mempelajarinya dan mengucapkannya setiap malam, kemudian salah seorang anak perempuan mereka disengat (kalajengking), namun ia tidak merasakan kesakitan apapun."  []

Sunnah Berobat dengan Madu

Sunnah Berobat dengan Madu


Berobat, merupakan salah satu sunnah Nabi Muhammad Saw. Bentuknya beraneka ragam, merujuk hadits Nabi. Dan salah satunya dengan Madu Lebah, khususnya yang berkaitan dengan sakit perut. 
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhu, Nabi Muhammad Saw bersabda: 
لِكُلِّ داءٍ دَواءٌ، فإذا أُصِيبَ دَواءُ الدَّاءِ بَرَأَ بإذْنِ اللهِ عزَّ وجلَّ
"Setiap penyakit ada obatnya. Jikalau benar obat penyakitnya, ia akan sembuh dengan izin Allah SWT." 
Diriwayat juga oleh al-Bukhari, dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu, ada seseorang mendatangi Nabi Muhammad Saw dan berkata:
"Saudaraku mengeluhkan perutnya (sakit)." 
"Berilah ia minum madu," Jawab Nabi. 
Kemudian datang lagi dan mengadukan hal yang sama. 
"Berilah ia minum madu," Jawab Nabi lagi. 
Kemudian datang lagi ketiga kalinya dengan aduan yang sama, dan jawaban Nabi juga sama. 
"Berilah ia minum madu." 
Kemudian ia datang lagi dan berkata: 
"Aku sudah melakukannya." 
Nabi Muhammad Saw berkata: 
صَدَقَ اللَّهُ، وكَذَبَ بَطْنُ أخِيكَ، اسْقِهِ عَسَلًا
"Maha Benar Allah SWT. Dan sungguh dusta perut saudaramu. Berilah ia minum madu."
Maka, ia (kembali) memberikan minum Madu ke saudaranya, dan sembuh. 
DR. Raghib al-Sirjani menjelaskan, "Nampaknya, pada awalnya, orang yang sakit perut, yang diadukan saudaranya itu, tidak puas dan tidak yakin dengan efek madu tersebut, sehingga bekas pengobatannya tidak terlihat. Ketika saudaranya menyampaikan kepadanya penegasan Nabi Muhammad Saw untuk meminumnya, maka ia pun meyakini efeknya, dan Allah SWT berikan kesembuhan. Apalagi Rasulullah Saw mengaitkannya dengan keimanan yang benar (al-Iman al-Shadiq) kepada Allah SWT, dengan mengatakan "Maha Benar Allah SWT". Ini merujuk firman Allah SWT: 
يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ
Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia
(Surat al-Nahl: 69)
Maka, marilah kita konsumsi Madu untuk pengobatan. Kita yakin ada kesembuhan di baliknya, dengan izin Allah SWT. Tapi, jangan sampai hal ini membuat kita tidak mau ke dokter dan mengkonsumsi obat-obatan yang sudah ditentukan oleh pakarnya. Merujuk ahli adalah sebuah kewajiban. []