Ibadah dan Usaha Harus Seimbang

Ibadah dan Usaha Harus Seimbang


Hikmah Kedua

إِرَادَتُكَ التَّجْرِيْدَ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ فِي الْأَسْبَابِ مِنَ الشَّهْوَة الْخَفِيَّةِ. وَإِرَادَتُكَ الْأَسْبَابَ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ فِي التَّجْرِيْدِ انْحِطَاطُ عَنِ الْهِمَّةِ الْعَلِيَّةِ

”Keinginanmu berkonsentrasi (Ibadah) kepada Allah Swt, padahal Dia telah mengaturmu tetap berusaha, merupakan bagian dari syahwat tersembunyi. Keinginanmu berusaha, padahal Dia mengaturmu untuk konsentrasi beribadah merupakan bentuk penurunan semangat yang tinggi.” 

(Ibn Athaillah al-Sakandary dalam al-Hikam)

***

Keinginanmu untuk mengkonsentrasikan diri beribadah menyembah Allah Swt dan melepaskan dari dari segala usaha, pekerjaan dan tindakan yang sebenarnya tidak terlarang secara Syara’, bahkan tidak pula Makruh merupakan bagian di syahwat tersembunyi.

Allah Swt yang Maha Bijaksana telah mengatur segala urusan hamba-Nya, baik yang kecil maupun yang besar, baik yang nyata maupun yang tersembunyi. Tidak ada seorang manusiapun di dunia, kecuali ia berada di bawah pengaturan-Nya; walaupuan ia kafir sekalipun.

Walaupun Anda mengkonsentrasikan diri untuk beribadah kepada Allah Swt, akan tetapi Anda tetap harus berusaha dan bekerja demi menghidupi diri sendiri dan keluarga. Dia sudah menentukan, bahwa rezki itu tidak datang dengan sendirinya, akan tetapi ia harus dicari dan diusahakan. Jikalau kerjanya hanya di Mesjid saja, maka tidak ada rezki yang menghampirinya. 

Sebagaimana perkata Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu ’Anhu: 

”Sesungguhnya langit tidak menurunkan hujan emas dan perak.” 

Keinginan seorang hamba menyelisihi ketentuan-Nya dalam syariat-Nya adalah bentuk syahwat tersembunyi. Sebagai seorang hamba, tidak ada yang bisa dilakukannya kecuali menjalankan apa yang telah ditetapkan-Nya. Kita tidak memiliki kemampuan apapun. Semua kekuatan dan kekuasaan berada di tangan-Nya. Janganlah sampai kesombongan merasuk ke dalam diri, sehingga merasa paling hebat dan tidak membutuhkan siapapun, bahkan sang Pencipta sekalipun. Ini adalah sebuah tindakan kriminal dalam Aqidah yang harus dibuang jauh-jauh. 

Dalam setiap ketentuan-Nya pasti ada hikmah dan faedah yang sebahagian besarnya tidak mampu diketahui oleh akal manusia. 

Sebaliknya, keinginan kita untuk berusaha dan melarutkan diri di dalamnya, sehingga lalai beribadah menyembah Allah Swt merupakan bentuk keterjatuhan dari semangat yang tinggi.  Di zaman sekarang dikenal dengan istilah Workholic. Bekerja terus-menerus tanpa mengenal lelah dan istirahat, bahkan jikalau tidak bekerja, maka dia akan sakit. 

Tindakan seperti ini juga tidak diizinkan oleh Syariat. Bagaimana mungkin Anda melarutkan diri dalam pekerjaan, padahal sang Pencipta telah mengatur Anda untuk melarutkan diri dalam ibadah kepada-Nya (apabila tiba waktunya), agar Anda bisa bersama-Nya, menyaksikan-Nya dan merasakan kenikmatan di hadapan-Nya. 

Ketika Anda lalai menyembah Allah Swt dan sibuk dengan usaha-usaha yang bersifat keduniaan, maka Anda telah terperosok ke dalam jurang kehinaan. Anda telah kehilangan semangat yang seharusnya dimiliki seorang muslim, yaitu semangat beribadah kepada-Nya dan mengharapkan keridhoan-Nya. 

Orang yang memiliki semangat tinggi selalu mengharapkan apa yang diharapkan oleh Penciptanya. Jikalau Allah Swt menginginkannya untuk beribadah, maka ia akan beribadah. Jikalau Dia menginginkannya untuk bekerja dan berusaha, maka ia akan mengerjakannya. 

Kita adalah hamba, dan seorang hamba harus rela dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Tuannya. Jikalau Tuannya menetapkan beribadah, maka dia harus mengerjakannya. 

Jikalau Tuannya menetapkan usaha, maka diapun harus mengerjakannya sepenuh hati. []