Allah Swt Mengetahui Karakter Anda

Allah Swt Mengetahui Karakter Anda


Hikmah Keseratus Sembilan Belas

لَمَّا عَلِمَ الْحَقُّ مِنْكَ وُجُوْدُ الْمَلَلِ, لَوَّنَ لَكَ الطَّاعَاتِ. وَعَلِمَ مَا فِيْكَ مِنْ وُجُوْدِ الشَّرَهِ, فَحَجَرَهَا عَلَيْكَ فِى بَعْضِ الْأَوْقَاتِ, لِيَكُوْنَ هَمُّكَ إِقَامَةُ الصَّلَاةِ لَاوُجُوْدُ الصَّلاَةِ. فَمَا كُلُّ مُصَلٍّ مُقِيْمٌ.

“Taktala Allah Swt mengetahui ada rasa jenuh di dalam dirimu, maka Dia membuat aneka ragam jenis ketaatan. Dia mengetahui rasa rakus yang ada di dalam dirimu, sehingga Dia membatasinya dalam waktu-waktu tertentu saja, agar orientasimu adalah mendirikan, bukan sekedar mengerjakan shalat semata. Tidak setiap orang yang mengerjakan shalat itu mendirikannya.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Dalam diri manusia ada rasa jenuh dan bosan melakukan pekerjaan atau aktifitas yang itu-itu saja. Allah Swt Maha Mengetahui apa yang dibutuhkan oleh para hamba-Nya, karena Dia sendirilah yang menciptakannya dan menetapkan segala takdirnya. Dia mengetahui hakikat segala sesuatu, dan tidak ada yang luput dari pandangan-Nya. 

Agar rasa bosan tidak menghinggapi para hamba-Nya ketika menjalankan ketaatan, maka Dia tidak hanya mewajibkan satu ibadah tertentu saja kepada mereka, akan tetapi Dia menetapkannya beraneka ragam. Ada shalat, ada puasa, ada haji, ada zakat dan sebagainya. Ada ibadah badan, ada ibadah hati, ada ibadah perbuatan dan ada ibadah perkataan. Jikalau Anda telah jenuh menjalankan salah satunya, maka beralihlah menjalankan ibadah lainnya. Selama ibadah itu hukumnya tidak wajib, dan masih dalam tataran sunnah, maka Anda tidak masalah meninggalkannya sekali-kali. 

Selain itu, Dia mengetahui adanya rasa tamak beribadah di dalam diri Anda. Jikalau, misalnya, Anda sudah kecanduan mengerjakan shalat, maka Anda akan terus-menerus menghabiskan waktu di dalamnya. Efeknya, Anda akan melalaikan tanggung jawab menghidupi keluarga, anak dan istri. Anda juga akan melalaikan hubungan dengan masyarakat dan tugas sebagai seorang warga negara. 

Oleh karena itu, Dia menentukan waktu-waktunya, agar Anda tidak terus-menerus larut dalam ibadah tertentu kepada-Nya. Misalnya, Anda diperintahkan mengerjakan shalat Subuh ketika fajar terbit. Artinya, setelah itu Anda diperintahkan untuk mengais rezki dan berusaha di bumi-Nya. Anda diperintahkan menunaikan shalat Zuhur pada waktu matahari sudah tergelincir. Artinya, Anda diperintahkan beristirahat sejenak pada waktu itu dan kembali mengerjakannya setelah itu. Begitulah seterusnya. 

Pertanyaannya sekarang, kenapa ibadah tertentu di tentukan waktunya? Kenapa tidak sesuai keinginan pelakunya saja? Jawabannya mudah. Ketika Anda mengerjakan shalat, misalnya, maka yang dituntut dari Anda bukanlah sekedar mengerjakannya saja, tetapi mendirikannya. Alangkah jauhnya perbedaan di antara keduanya. 

Jikalau mendirikan shalat, maka Anda mengerjakannaya dengan segala rukunnya, syaratnya dan kekhusyuan. Sedangkan mengerjakan shalat, maka Anda mengerjakannya semata-mata untuk melepaskan kewajiban. Tidak ada yang Anda dapatkan. Tidak pahala, dan tidak pula dosa. 

Intinya, akselerasi ibadah itu bertujuan membuat Anda rileks menjalankan Ubudiyyah kepada-Nya.