Sikap Orang Zuhud dan Arif Jika Dipuji

Sikap Orang Zuhud dan Arif Jika Dipuji


Hikmah Keseratus Empat Puluh Delapan

Sikap Orang Zuhud dan Arif Jika Dipuji

الزُهَّادُ إِذَا مُدِحُوْا, انْقَبَضُوْا لِشُهُوْدِهِمُ الثَّنَاءَ مِنَ الْخَلْقِ. وَالْعَارِفُوْنَ إِذَا مُدِحُوْا انْبَسَطُوْا لِشُهُوْدِهِمْ ذَلِكَ مِنَ الْمَلِكِ الْحَقِّ

“Jikalau orang-orang zuhud dipuji, maka mereka akan resah karena menurutnya  berasal dari makhluk. Jikalau orang-orang arif dipuji, maka mereka akan senang karena menurutnya berasal dari Penguasa Sebenarnya.” 


Ibn Athaillah al-Sakandari

(Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari)


Orang zuhud adalah orang yang berusaha melepaskan dirinya dari ikatan-ikatan materi dan kenikmatan dunia, kemudian berusaha mengerahkan segenap tenaganya dan usahanya untuk beribadah kepada Allah Swt, demi menggapai ridho-Nya. Jikalau orang seperti ini dipuji, maka dadanya akan sesak dan tidak rela menerimanya. Ia berpendapat, bahwa pujian itu berasal dari makhluk, bukan dari Khalik. Bahkan, ada yang berpendapat bahwa pujian yang ditujukan kepadanya itu mengandung unsur kesyirikan, karena yang berhak menerimanya hanyalah Zat Penguasa Semesta Alam. 

Pujian yang diharapkannya hanyalah dari Allah Swt semata, karena semua yang diberikan-Nya dan diucapkan-Nya, tidak ada yang menipu. Semuanya benar. Ini berbanding terbalik dengan ucapan dan pujian makhluk, yang masih disusupi oleh dusta dan kemunafikan. 

Tindakan sebaliknya justru ditunjukkan oleh orang Arif, yaitu sosok yang terkenal bijaksana dalam menghadapi masalah apapun yang dihadapinya, bahkan mencapai Marifat yang didambakan setiap Salik. Ia meyakini, bahwa semua yang terjadi di dunia ini adalah kehendak-Nya, termasuk pujian yang disampaikan orang-orang kepadanya. 

Jikalau ada orang yang memujinya, maka ia akan bahagia sekali, karena menggangapnya karunia dari Zat yang Maha Memiliki. Dialah yang telah menciptakan orang-orang tersebut dan menuntun mereka untuk memujinya. Dialah yang menuntun orang-orang untuk mencintainya dan menerima keberadaannya. 

Jikalau Dia mencintai salah seorang hamba-Nya, maka Dia akan menyeru Jibril dan memberitahukannya tentang rasa cinta-Nya. Kemudian Jibril menyeru penduduk langit dan memberitahukan bahwa Allah Swt mencintai Fulan dan memerintahkan mereka mencintainya. Jikalau penduduk langit sudah mencintainya, maka Dia akan memberikan kepadanya penerimaan di bumi, sehingga ia dicintai dan dipuji penduduknya. Artinya, pujian itu sebenarnya berasal dari Rabb Semesta Alam. 

Itulah dua sikap berbeda yang ditunjukkan oleh para Zahid dan para Arif.