Sunnah 12 Rakaat

Sunnah 12 Rakaat


Mau rumah di surga? Rasulullah Saw menjelaskan jalannya, yaitu dengan mengerjakan shalat sunnah rawatib yang hukumnya sunnah muakkadah sebanyak 12 rakaat di sepanjang siang dan malam. 
Diriwayatkan oleh Muslim, dari Umm Habibah radhiyallahu anha; istri Nabi Saw, "Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: 
مَن صلَّى اثنتَي عشرةَ ركعةً في يومٍ وليلةٍ؛ بُنِي له بهن بيتٌ في الجنة
"Siapa yang mengerjakan shalat 12 rakaat di sepanjang siang dan malam, maka dibangunkan baginya rumah di surga." 
Kemudian Umm Habibah berkata, "Saya tidak pernah meninggalkannya semenjak saya mendengarnya dari Rasulullah Saw." 
Kemudian berkata juga 'Anbasah bin Abi Sufyan, yang meriwayatkan hadits ini dari Umm Habibah, "Saya tidak pernah meninggalkannya semenjak saya mendengarnya dari Umm Habibah." 
Kemudian berkata juga Amru bin Aus, yang meriwayatkan hadits ini dari 'Anbasah bin Abi Sufyan, "Saya tidak pernah meninggalkannya semenjak saya mendengarnya dari 'Anbasah." 
Kemudian berkata juga al-Nukman bin Salim, yang meriwayatkan hadits ini dari Amru bin Aus, "Saya tidak pernah meninggalkannya semenjak saya mendengarnya dari dari Amru bin Aus." 
Subhanallah...
Apa saja yang 12 rakaat itu? 
Dijelaskan oleh Hadits riwayat al-Nasai, dari Aisyah radhiyallahu anha, Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang bersabar menjalankan 12 rakaat, maka dibangunkan baginya rumah di surga, yaitu 4 rakaat sebelum shalat Zuhur, 2 rakaat sesudah Shalat Zuhur, 2 rakaat setelah shalat Maghrib, 2 rakaat setelah shalat Isya, dan 2 rakaat sebelum shalat Fajar."
Semoga kita diberikan semangat besar dalam menjalankannya seperti Umm Habibah, 'Anbasah bin Abi Sufyan, Amru bin Aus, dan al-Nukmah bin Salim." []
Sunnah Tahlil

Sunnah Tahlil


"Siapa yang mengucapkan: 
لا إلهَ إلاَّ اللَّه وحْدهُ لاَ شَرِيكَ لهُ، لَهُ المُلْكُ، ولَهُ الحمْدُ، وَهُو عَلَى كُلِّ شَيءٍ قَدِيرٌ
'Tidak ada Ilah melainkan Allah SWT semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala pujian. Dan Dia Kuasa atas segala sesuatu.' 
Dalam sehari sebanyak 100 kali, maka pahalanya setara dengan memerdekakan 10 budak; ditetapkan baginya 100 kebaikan; dihapuskan darinya 100 keburukan; dan ia memiliki penjaga dari Setan di hari tersebut sampai sore. Tidak ada seorang pun yang melakukan perbuatan lebih baik darinya, kecuali orang yang melakukannya lebih banyak." (HR al-Bukhari dan Muslim)
Kalimat Tahlil ini adalah Sunnah luar biasa, pahalanya tidak terhingga, dan mudah dilakukan. Bayangkan saja jikalau setiap hari kita mampu menjaganya. 
Bahkan, dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Amr bin al-Ashr radhiyallahu anhuma, Rasulullah Saw menegaskan bahwa kalimat Tahlil adalah adalah sebaik-baik diucapkannya dan diucapkan para Nabi sebelumnya. 
Dalam sehari, 100 kali kalimat Tahlil ini kira-kira membutuhkan berapa menit , ya?[]
Sunnah I'tikaf

Sunnah I'tikaf


Dunia, dengan segala problematikannya, seringkali memenuhi akal dan pikiran kita. Kita tenggelam dalam buaian-buaian keindahannya. Sehingga, kita lupa akhirat, lupa akan kemana ujung kehidupan kita. 
Maka, sesekali kita butuh menyendiri dari dunia dengan segala hiruk-pikuknya, kemudian merenung dan memuhasabah diri untuk kembali menata hati. 
Dan, ruang terbaik untuk melakukannya adalah rumah Allah SWT; Masjid. Kita mengenalnya dengan istilah I'tikaf. Amalan terbaik yang bisa kita lakukan ketika itu adalah shalat, zikir, dan membaca al-Quran. 
Rasulullah Saw, suka melakukannya di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari,  dari Aisyah radhiyallahu anha; istri Nabi Saw, bahwa Nabi Saw beritikaf di 10 terakhir bulan Ramadhan sampai wafatnya, kemudian para istrinya beritikaf setelahnya.
Biasanya, beliau memulai Itikaf sebelum terbenamnya matahari di hari ke-20 bulan Ramadhan, yaitu masuk di hari ke-21 Ramadhan setelah terbenamnya matahari, kemudian selesai setelah tsubutnya hilal Syawwal. Jikalau tidak mampu Itikaf dengan penuh, maka berItikaflah sesuai kemampuan. 
Itu di Bulan Ramadhan. 
Di luar Ramadhan, tidak ada masalahnya kita meluangkan waktu sejenak setelah Subuh selama beberapa menit untuk ber-Itikaf, atau bisa juga di akhir pekan, untuk menata hati, meluruskan orientasi diri. []
Sunnah Khatam al-Quran Secara Rutin

Sunnah Khatam al-Quran Secara Rutin


Al-Quran, sebagaimana dijelaskan dalam Surat al-Isra': 9, akan menjaga seorang Mukmin dari kesesatan dan penyimpangan: 
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar."
"Penjagaan al-Quran" ini harus dijaga, dengan terus membersamai al-Quran, rutin dan konsisten membacanya, termasuk mengkhatamkannya. 
Dalam Sunnah, kita diminta untuk memiliki wirid tilawah al-Quran yang terukur, yang dengan itu kita bisa memperkirakan kapan akan mengkhatamkan al-Quran; selama berapa hari bisa menyelesaikannya. 
Riwayat Masyhur dalam Sunnah, mengkhatamkan al-Quran itu sekali sebulan. Artinya, satu Juz setiap harinya. Hal ini berdasarkan riwayat al-Bukhari, Rasulullah Saw bersabda kepada Abdullah bin Amr radhiyallahu anhu, 
اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِى كُلِّ شَهْرٍ
"Bacalah al-Quran di setiap bulan." 
Dan Alhamdulillah, ada beberapa komunitas yang bisa membantu kita menekuninya. Misalnya One Day One Juz (ODOJ), dan komunitas-komunitas lainnya. 
Dalam riwayat lainnya, ada juga yang menjelaskan khatam itu setiap 20 hari, ada juga yang 10 hari, ada juga yang 7 hari, dan ada juga yang 3 hari, sebagaimana juga ada riwayat yang menjelaskan 40 hari. Dan semuanya adalah riwayat shahih. 
Intinya, disesuaikan dengan kemampuan diri sendiri. Usahakan jangan sampai lewat 40 hari. Itu batas paling lama dalam Sunnah. 
Untuk memotivasi diri, jangan lupa dengan pahala untuk setiap huruf yang kita baca. Diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang membaca satu huruf dari al-Quran, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan, dan kebaikan itu dengan sepuluh kali lipatnya. Saya tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf. Tetapi Alif itu satu huruf, Lam itu satu huruf, dan Mim itu satu huruf.[]
Sunnah Hemat Air

Sunnah Hemat Air


Beberapa tahun belakangan, kita sering mendengar kampanye "hemat air"demi menjaga kelansungan hidup dan kelestarian lingkungan hidup. Padahal, sejak lama, Rasulullah Saw sudah menyeru kita untuk hemat air, termasuk dalam berthaharah atau bersuci. 

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibn Majah, dari Abdullah bin Amr radhiyallahu anhuma, Rasulullah Saw suatu hari melewati Sa'ad yang sedang berwudhu, kemudian beliau berkata: 

"Kenapa sampai berlebih-lebihan ini wahai Sa'ad?" 

"Memang wudhu itu ada yang berlebih-lebihan, wahai Rasulullah?"Tanya Sa'ad.

"Ya, walaupun Anda berada di sungai yang mengalir." 

Nabi Saw dalam beberapa riwayatnya memerintahkan umatnya untuk Isbagh al-Wudhu atau menyempurnakan wudhu, tapi ini bukan berarti berlebih-lebihan dalam menggunakan air untuk berwudhu. 

Sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anuhu, bahwa Nabi Saw mandi dengan satu sha' air sampai 5 Mud air, kemudian berwudhu dengan 1 Mud saja." 

Dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu dijelaskan, 1 Mud itu setara dengan 0, 688 Liter. Itu digunakan Nabi untuk berwudhu. 

Mandinya? sekitar 3 Liter air. Sebab Satu Sha' menurut Jumhur Ahli Fikih dengan hitungan sekarang sekitar 2, 75 Liter. Kalau menurut Abu Hanifah sekitar 3,36 Liter. Ukuran ini bisa lihat dalam al-Mawsuah al-Kuwaitiyah: 28/ 297)

Suatu hari, ada yang protes kepada Ibn Abbas bahwa air segitu tidak cukup baginya untuk wudhu atau mandi. Kemudian ditimpali oleh Ibn Abbas, "Orang yang lebih baik dan lebih takwa dari Anda bisa melakukannya, kenapa Anda tidak? Memang Anda lebih baik?!"[] 

Sunnah Kafaratul (Penutup) Majelis

Sunnah Kafaratul (Penutup) Majelis


Seringkali, dalam berbagai Majelis atau Pertemuan yang kita hadiri, ada maksiat lisan yang diperbuat. Ada Ghibah (gunjing), Namimah (adu domba), kata-kata yang tidak pantas, merendahkan dan menghinakan orang lain, berbohong walaupun hanya bercanda, marah dan murka. Dan banyak lagi keburukan lisan semisalnya. 

Lisan tidak bertulang, namun bisa mengantarkan kepada kehancuran. Dalam riwayat al-Turmudzi, suatu hari Muadz bin Jabal radhiyallahu anhu bertanya kepada Rasulullah Saw, "Wahai Nabi Allah SWT, apakah kita akan dihukum karena apa yang kita bicarakan?" Beliau menjawab, "Tsakilatka Ummuka wahai Muadz, tidaklah manusia dilemparkan ke Neraka dengan wajah tersungkur, kecuali karena hasil perbuatan lisan mereka. "

Maka, apa cara terbaik yang bisa kita lakukan? 

Jaga Lisan. Jangan bekata dan berucap apapun, kecuali hal-hal yang diridhai Allah SWT. 

Tapi realitanya, kita tetaplah hamba-hamba Allah SWT yang dhaif. Kadangkala sudah berusaha keras mengekang lisan, namun tetap saja masih terjerumus. 

Maka, untuk menghapus dosa akibat kelemahan kita ini, Allah SWT berikan jalan keluarnya, yaitu dengan Sunnah Kafaratul Majelis. 

Diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang duduk di suatu Majelis, kemudian banyak melakukan kesalahan di dalamnya, maka hendaklah ia mengucapkan sebelum berdiri dari Majelisnya itu: 

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وبَحَمْدكَ أشْهدُ أنْ لا إلهَ إلا أنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وأتُوبُ إِلَيْكَ

'Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan segala puji bagi-Mu, saya bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Engkau. Saya memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat.'

Kecuali, diampunkan apa yang terjadi dalam Majelisnya itu." 

Kita, idealnya, menghafalkan doa ini, membacanya di setiap majelis yang kita adakan dan kita hadiri. Mudah-mudahan Allah SWT ampunkan segala dosa dan kesalahan kita. []

Sunnah Berdiam Diri (I'tikaf) di Masjid Setelah Shalat Subuh

Sunnah Berdiam Diri (I'tikaf) di Masjid Setelah Shalat Subuh


Salah satu kebiasaan Rasulullah Saw setelah menunaikan shalat Subuh adalah berdiam diri di Masjid, berzikir kepada Allah SWT sampai terbitnya matahari. Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا صَلَّى الْفَجْرَ جَلَسَ فِي مُصَلَّاهُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ حَسناء

"Bahwa Nabi Saw jikalau sudah menunaikan shalat fajar (subuh), maka beliau duduk di Masjidnya sampai terbitnya matahari dengan indah." 

Maksud dengan "indah" disini adalah "meningginya", sekira-kira seperempat jam setelah Syuruq. 

Sunnah ini tentunya membutuhkan persiapan. Khususnya, persiapan waktu. Dimulai dengan tidur lebih awal agar tidak mengantuk berat di waktu fajar, atau memastikan tidak ada kegiatan urgen setelah shalat Subuh. Intinya, dipersiapkan waktu dan badan untuk menjalankannya. 

Dari riwayat al-Turmudzi, dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang mengerjakan shalat Subuh dengan berjamaah, kemudian ia duduk berzikir kepada Allah SWT sampai terbitnya matahari, kemudian shalat 2 rakaat, maka baginya pahala haji dan umrah." Kemudian beliau melanjutkan, "Sempurna, sempurna, sempurna." 

Haji dan Umrah adalah ibadah yang membutuhkan biaya yang besar. Apalagi haji, di Indonesia membutuhkan antrian yang panjang. Namun, Allah SWT melalui lisan Rasulnya memberikan kesempatan bagi setiap Muslim, mendapatkan pahala besar tersebut, walaupun ia masih berada di Negerinya. [] 

Sunnah Menyambung Silaturrahim dengan Orang yang Memutusnya

Sunnah Menyambung Silaturrahim dengan Orang yang Memutusnya


Seringkali kita menyangka, menyambung silaturrahim itu hanya dengan karib kerabat yang suka berbuat baik kepada kita. Sedangkan mereka yang suka berlaku jahat, tidak layak disilaturrahimi. Apalagi jikalau mereka yang mulai memutusnya.

Nyatanya, dalam Islam, silaturrahim yang hakiki itu adalah menyambung hubungan dengan orang-orang yang justru lebih dahulu memutus hubungan dengan kita. 

Ya, mereka yang sengaja memutusnya. 

Berat? Memang! Tapi disinilah pahala besarnya sekaligus ujiannya. 

Diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Abdullah bin Amru radhiyallahu anhu, Nabi Saw bersabda: 

ليس الواصل بالمكافِئ، ولكن الواصل الذي إذا قُطعت رحمه وصلها

"Bukanlah orang yang menyambung silaturrahim itu dengan yang setara. Akan tetapi, orang yang menyambung silaturrahim itu adalah orang yang jikalau diputus silaturrahimnya, maka ia menyambungnya." 

Dalam riwayat Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, seseorang bertanya, "Wahai Rasulullah, saya memiliki kerabat yang saya menyambung silaturrahim dengan mereka, namun mereka memutusnya. Saya berbuat baik kepada mereka, namun mereka berbuat buruk. Saya bersikap santun kepada mereka, namun mereka masa bodoh." 

Beliau menjawab, "Jikalau kondisinya sebagaimana Anda katakan, maka seakan-akan Anda meyuapi mereka dengan abu panas. Allah SWT akan selalu membantu Anda menghadapi mereka, selama Anda berada dalam keadaan seperti itu." 

Kadangkala pangkal masalah ini adalah kesalahpahaman. Pihak yang memutuskan menyangka di atas kebenaran, sebagaimana pihak yang diputuskan juga merasakan hal yang sama. Hati dan kepala yang dingin diperlukan agar solusi bisa ditemukan. 

Sunnah besar ini, mungkin bisa menjadi jalan kebaikan bagi kita bersama. []

Sunnah Memperbukakan Orang yang Berpuasa

Sunnah Memperbukakan Orang yang Berpuasa


Memberikan makan kepada orang yang kelaparan, pahalanya besar di dalam Islam. Dan pahalanya akan semakin besar, kalau seandainya orang yang kelaparan itu adalah orang yang sedang berpuasa, yang sedang menjalankan ketaatan kepada Allah SWT. 

Ya. Sunnah yang kita bahas kali ini adalah Memperbukakan orang yang sedang berpuasa. 

Tidak harus orang fakir. Orang yang ekonominya menengah atau atas, juga masuk ke dalam objek sunnah ini. Semuanya. Dari golongan dan strata ekonomi apapun. 

Dalam hadits Shahih yang diriwayatkan al-Turmudzi dan selainnya, dari Zaid bin Khalid al-Juhani, Rasulullah Saw bersabda: 

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

"Siapa yang memperbukakan orang yang berpuasa, maka ia mendapatkan pahala semisalnua, tanpa dikurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun." 

Berapa besar pahalanya? 

Hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu 'anhu menjawabnya. Ia mendengar Rasulullah Saw bersabda: 

 من صامَ يومًا في سبيلِ اللهِ زحزحَ اللَّهُ وجْهَهُ عنِ النَّارِ بذلِكَ اليومِ سبعينَ خريفًا

"Siapa yang berpuasa sehari di jalan Allah SWT, maka dijauhkan wajahnya dari Neraka karena hari yang dipuasakannya itu sebanyak 70 kharif (tahun)." 

Orang yang berpuasa dijauhkan dari Neraka, maka yang memperbukakan juga mendapatkan pahala yang sama. 

Kita bisa mengamalkan sunnah ini dengan memberikan menu buka sederhana atau lebih baik lagi kepada orang-orang yang berpuasa, baik wajib maupun sunnah. Kalau kita kebingungan kemana akan diarahkan, maka banyak pondok pesantren yang santrinya rutin puasa sunnah, seperti senin dan kamis, serta puasa-puasa sunnah lainnya. 

Semoga kita semuanya dimudahkan dalam kebaikan dan ketaatan. []

Sunnah Menyebarkan Salam

Sunnah Menyebarkan Salam


Masyarakat yang damai, penuh cinta dan kasih sayang merupakan masyarakat dambaan setiap Insan. Dan Rasulullah Saw sudah menjelaskan wasilah untuk meraihnya. Salah satunya adalah dengan menyebarkan salam. 

Dalam riwayat Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi Saw bersabda: 

لا تدخلوا الجنة حتى تؤمنوا، ولا تؤمنوا حتى تحابوا، أوَلا أدلكم على شيء إذا فعلتموه تحاببتم؟ أفشوا السلام بينكم

"Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman, sampai kalian saling mencintai. Apakah kalian ingin aku tunjukkan sesuatu yang jikalau kalian melakukannya, maka kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian." 

Dan, ini bukan sekadar kepada orang yang kita kenal, namun juga yang tidak kita kenal. Dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bin Amr, ada seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw tentang amalan apakah yang terbaik dalam Islam. Beliau menjawab, "Anda memberi makan (kepada orang lain), kemudian Anda mengucapkan salam kepada orang yang Anda kenal dan tidak Anda kenal." 

Semakin sering mengucapkan salam dan semakin lengkap ucapan salamnya, maka semakin banyak pahalanya. Dalam riwayat al-Turmudzi, dari Imran bin Hushain, ada seseorang mendatangi Nabi Muhammad Saw dan berucap, "Assalamualaikum." Beliau berkata, "sepuluh (pahala)." Kemudian datang lagi yang lainnya dan mengatakan, "Assalamualaikum warahmatullah." Beliau berkata, "Dua puluh." Kemudian datang lagi yang lainnya dan berkata, "Assalamualaikum warahmatullah wa barakatuhu." Beliau berkata, "Tiga puluh."

Ringan. Banyak pahala. 

Kita bisa mengucapkan salam ketika masuk rumah, kepada teman-teman di tempat kerja, kepada para pedagang dan pembeli yang ditemui di pasar, kepada orang-orang yang ditemui di jalan, kepada orang-orang yang kita temui di bis, kereta, pesawat, dan lain sebagainya. 

Termasuk kalau mendapati perkumpulan, maka ini juga kesempatan mendapatkan pahala salam. [] 

Sunnah Mengakhirkan Sahur

Sunnah Mengakhirkan Sahur


Kalau kita ingin berpuasa, salah satu Sunnah Nabi Muhammad Saw yang kita diperintahkan untuk menjaganya adalah Sahur. Dan di dalam sahur itu sendiri, ada lagi sunnah lainnya, yaitu mengakhirkan Sahur. 

Sunnah yang satu ini, akan memberikan kepada kita kemampuan untuk menjalani puasa, kemudian juga memberikan kekuatan untuk memikul ujian lapar dan dahaga. 

Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik, dari Zaid bin Tsabit yang suatu hari bercerita, "Kami pernah bersahur bersama Nabi Muhammad Saw, kemudian kami bangkit mengerjakan shalat." Kemudian Anas bin Malik bertanya, "Berapa jarak antara Azan dan Sahur." Ia menjawab, "Sekadar 50 ayat." 

Jadi, jarak antara sahur dengan Subuh itu hanya beberapa menit saja. 

Kita sendiri, mungkin juga banyak yang lainnya, seringkali menunda sahur dengan niat untuk kuat berpuasa, tapi tidak disertai niat untuk mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw. Idealnya, kita niatkan kebaikan tersebut. 

Jangan juga ada yang berkata, "Saya kuat puasa tanpa sahur." Iya, mungkin kuat, tapi kita kehilangan sunnah. Sahur itu bukan sekadar untuk kekuatan berpuasa. Lebih dari itu mengikut sunnah Nabi Muhammad Saw. 

Dan lebih parah lagi, bisa jadi kita masuk ke dalam kelompok yang tidak berpaling dari Sunnah Nabi Muhammad Saw. 

"Bersahurkanlah kalian," Sabda Nabi Saw, sebagaimana diriwayatkan Muslim. "Sesungguhnya dalam sahur itu ada keberkahan."[]

Sunnah Berbagi Hadiah

Sunnah Berbagi Hadiah


Memberi Hadiah kepada orang lain, siapa pun itu, adalah salah satu sunnah Nabi Saw. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dijelaskan, Rasulullah Saw bersabda: 

تَهَادُوا تَحَابُّوا

"Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai." 

Ada kebahagiaan tersendiri yang akan dirasakan ketika seseorang mendapatkan hadiah dari orang lain. Walaupun mungkin yang diberikan itu hanya sesuatu yang sederhana. Disitulah bentuk perhatiannya. Rasa cinta dan kasih sayang di antara sesama akan semakin tumbuh merekah. 

Makanya, Nabi Muhammad Saw menerima hadiah sederhana sekalipun. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Anas bin Malik radhiyallahu anhu bercerita bahwa Barirah menghadiahkan daging kepada Nabi Saw.

Daging tersebut pada awalnya adalah sedekah yang diberikan kepada Barirah. Beliau pun menerimanya dan berkata: 

 هُوَ لَهَا صَدَقَةٌ وَلَنَا هَدِيَّةٌ 

"Baginya sedekah, bagi kita hadiah." 

Hadiah tipis-tipis minimalis, sudah masuk ke dalam kesunnahan ini. Disesuaikan dengan kemampuan. Semakin besar, tentunya semakin baik. 

Menghadiahkan buku atau pakaian atau makanan atau pulpen, dan lain sebagainya, mungkin beberapa contoh yang bisa dijadikan inspirasi. Bisa dihadiahkan kepada siapa saja; Orangtua, Suami atau Istri, Teman, Kerabat. []

Sunnah Tasyahhud Setelah Berwudhu'

Sunnah Tasyahhud Setelah Berwudhu'


Salah satu sunnah yang mungkin juga perlu kita perhatikan setelah berwudhu adalah bertasyahhud, mengikrarkan kalimat Tauhid. 

Dalam hadits riwayat Muslim, dari Uqbah bin Amir, Rasulullah Saw bersabda, "Tidak seorang pun di antara kalian berwudhu, kemudian menyempurnakannya, kemudian membaca: 

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

"Saya bersaksi bahwa tidak ada Ilah melainkan Allah SWT semata, tidak sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.' Kecuali dibukakan baginya pintu surga yang delapan. Ia bisa masuk dari pintu mana pun diinginkannya."

Jikalau kita mau menambah kebaikan lagi, bisa ditambahkan dengan doa pendek. Diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Umar bin al-Khattab radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda: 

"Siapa yang berwudhu, kemudian memperbagus wudhunya, kemudian membaca: 

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِى مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ

"Saya bersaksi bahwa tidak ada Ilah melainkan Allah SWT semata, tidak sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Ya Allah, jadikanlah diriku bagian dari orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah diriku bagian dari orang-orang yang menyucikan diri.' Kecuali dibukakan baginya pintu surga yang delapan. Ia bisa masuk dari pintu mana pun diinginkannya."

Ya, tidak makan waktu lama untuk sunnah ini. Maka, mari berusaha bersama-sama mengamalkannya. Agar Allah SWT membukakan bagi kita pintu surga yang delapan. Kemudian kita bisa masuk dari pintu mana pun. 

Subhanallah. Walhamdulillah. Allahu Akbar. []

Sunnah Tasmiyah Sebelum Makan

Sunnah Tasmiyah Sebelum Makan


Membaca doa sebelum makan merupakan salah satu Sunnah Nabi Muhammad Saw. Sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, dari Umar bin Salamah radhiyallahu anhu berkata, "Aku berada di rumah Nabi Saw. Tanganku bergerak kemana-mana di jamuan. Kemudian beliau berkata kepadaku, "Wahai anak kecil, baca Basmallah, makan dengan tangan kananmu, dan makanlah yang dekat darimu." 

Jikalau suatu kali kita terlupa membaca Tasmiyah, kita bisa melakukannya ketika sedang makan. Sebagaimana diriwayatkan oleh al-Turmudzi, Abu Daud, Ibn Majah, Ahmad, dan selainnya, dari Aisyah radhiyallahu anha, Rasulullah Saw bersabda: "Jikalau salah seorang di antara kalian makan, maka bacalah Bismillah. Jikalau ia lupa (membacanya) di awalnya, maka hendaklah membaca: 

بِسْمِ اللَّهِ فِي أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ

"Dengan nama Allah SWT di awalnya dan di akhirnya." 

Bacaan Bismillah ini akan memberikan kita kekuatan untuk menghadapi setan dalam kegiatan sehari-hari yang kita jalani. Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhu, ia mendengar Nabi Saw bersabda, "Jikalau seseorang masuk ke dalam rumahnya, kemudian ia menyebut Allah SWT ketika memasukinya dan ketika makannya, maka setan akan berkata, "Tidak ada tempat bermalam bagi kalian dan tidak ada makan malam." Namun jikalau ia masuk (ke rumahnya), kemudian tidak menyebut nama Allah SWT ketika memasukinya, maka setan akan berkata, "Kalian mendapatkan tempat bermalam." Dan jikalau ia tidak menyebut nama Allah SWT ketika makan, maka setan akan berkata, "Kalian sudah mendapatkan tempat bermalam dan makan malam."

Maka, jangan lupa Tasmiyah.[]

Sunnah Mendamaikan (al-Islah)

Sunnah Mendamaikan (al-Islah)


Dalam riwayat al-Turmudzi, dari Abu al-Darda' radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda: 

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصِّيَامِ وَالصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِصْلَاحُ ذَاتِ الْبَيْنِ وَفَسَادُ ذَاتِ الْبَيْنِ الْحَالِقَةُ

"Apakah kalian ingin aku beritahu tentang sesuatu yang lebih baik dari derajat puasa, shalat, dan sedekah." 

Mereka menjawab, "Ya, wahai Rasulullah." 

Beliau menjelaskan, "Memperbaiki (mendamaikan) perselihan. Sebab, rusaknya hubungan adalah penghancur." 

Maka, kita bisa mendapatkan derajat mulia ini, yang lebih afdhal dari derajat puasa, shalat, dan sedekah, dengan mendamaikan perselisihan yang terjadi antara suami dan istri, antara bapak dengan anaknya, antara saudara dengan saudaranya, antara teman dengan temannya, antara tetangga dengan tetangganya, bahkan mendamaikan dua orang yang bertikai di jalanan yang kita sama sekali tidak mengenalnya. 

Islah (mendamaikan perselisihan) merupakan usaha agung untuk menjaga persatuan dan kesatuan umat ini, sebagaimana adu domba atau merusak hubungan yang sudah terjalin merupakan amalan buruk yang bisa jadi akan mencampakkan kita ke Neraka. 

Maka, hendaklah kita menjadi perekat yang menjahit ikatan yang sobek, bukan malah membuatnya makin tersobek. []

Sunnah Senyum

Sunnah Senyum


Senyumlah. Alanglah indahnya dunia ini jikalau dipenuhi dengan senyuman. Khususnya dalam Masyarakat Islam. 

Betapa banyak kepedihan akan terasa ringan ketika senyuman menyertai setiap urusan. Ya, walaupun bukan berarti bebas dari Masalah dan Krisis. 

Begitulah Rasulullah Saw. Selalu tersenyum. Betapa pun beratnya urusan yang dipikul; betapa pun banyaknya ujian yang ditimpakan. 

Diriwayakan oleh al-Turmudzi, dishahihkan oleh Syeikh Albani, dari Abdullah bin al-Harits radhiyallahu anhu: 

ما رأَيْتُ أحدًا أكثرَ تبسُّمًا مِن رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ علَيه وسلَّم

"Saya tidak melihat seorang pun yang lebih banyak senyumnya dari Rasulullah Saw."

Senyum itu "sihir", kata orang. 

Mampu menundukan banyak hal dan "menjinakkan" siapa pun. []

Sunnah Menuntut Ilmu

Sunnah Menuntut Ilmu


Menuntut ilmu; salah satu sunnah Nabi Saw sepanjang hajat, dari ayunan sampai ke liang lahat. 

Diriwayatkan oleh Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda: 

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ 

"Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah mudahkan baginya (dengan menuntut ilmu itu) jalan menuju surga." 

Maka, sunnah ini salah satunya terwujud dengan kehadiran kita di majelis-majelis ilmu yang ada di Masjid-Masjid di sekitar kita. 

Hadirilah dan pastikan ada jejak kita di kajian tersebut. Ada orang yang tidak bisa mendengar, namun hadir di Majelis ilmu, semata-mata ingin mendapatkan pahala dan rahmat Allah SWT yang ada dalam Majelis ilmu. Tentu kita yang punya indera lengkap dan sehat, seharusnya lebih semangat untuk hadir. 

Jikalau tidak ada Majelis di Masjid, ruang online terbuka besar sekarang ini. Kajian-Kajian yang mencerdaskan, bisa didapati dengan mudah. Daripada kuotanya digunakan untuk sekadar menghibur diri dengan video-video yang tidak jelas juntrungnya, mending hadirilah kajian Online atau menyaksikan kajian Online. 

Majelis ilmu bukan hanya mencakup "ilmu agama", namun juga "ilmu umum", seperti Ilmu kedokteran, Teknik, Pertanian, Perdagangan, dan selainnya. Selama ilmu itu bermanfaat, maka ia masuk ke dalam hadits ini. Allah SWT akan memberikan ganjaran kebaikan bagi yang menghadiri Majelis dan dimudahkan baginya jalan untuk nantinya mendapatkan Jannah. 

Niatkan setiap langkah kita ke Majelis-Majelis ilmu untuk mendapatkan ridha Allah SWT. []

Sunnah di Balik Azan

Sunnah di Balik Azan


Azan merupakan panggilan Tauhid, sebagaimana dijelaskan oleh Imam al-Thabari. Ibadah agung yang keutamaannya bukan saja untuk orang yang mengumandangkannya. Tapi juga bagi kita yang mendengarnya. 

Inilah 5 sunnah yang terkait degan Azan, yang bisa menjadi amalan kita. 

👉Pertama, Mengulang Bacaan Azan

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Said al-Khudry radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda: 

إذا سمعتم النداء فقولوا مثل ما يقول المؤذن

"Jikalau kalian mendengar Azan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan Muazzin." 

Kecuali ketika bacaan Hayya 'alas Sholah dan Hayya 'alal Falah, maka kita mengucapkan La Haula wa la Quwwata Illa billah, berdasarkan riwayat al-Bukhari, dari Muawiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu anhuma ketika mendengar Hayya 'alas Shalah, maka ia mengucapkan La Haula wa La Quwwata Illa Billah, kemudian berkata lagi: "Beginilah kami mendengar Nabi kalian mengucapkan." 


👉Kedua, Bershalawat kepada Rasulullah Saw setelah azan. 

Diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah bin Amru radhiyallahu anhuma, Nabi Saw bersabda: 

 ثم صلوا على، فإنه من صلى عليه صلاة صلى الله عليه بها عشرا

"Kemudian bershalawatkan kepadaku. Siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah SWT bershalawat kepadanya sepuuluh kali." 


👉Ketiga, Memohon kedudukan al-Wasilah bagi Rasulullah Saw. 

Beliau bersabda, lanjutan hadits sebelumnya: 

ثم سلوا الله لي الوسيلة، فإنها منزلة في الجنة لا تنبغي الا لعبد من عباد الله، وأرجو أن أكون أنا هو، فمن سأل لي الوسيلة خلت له الشفاعة

"Kemudian mohonlah al-Wasilah bagiku. Ia adalah kedudukan di surga yang tidak layak kecuali bagi hamba Allah SWT. Aku berharap , itu adalah aku. Siapa yang memohonkan al-Wasilah bagiku, maka ia berhak mendapatkan Syafaatku." 


👉Keempat, Mengucapkan persaksian Tauhid, menyatakan keridhaan kita kepada Allah SWT, Rasul-Nya, agama ISlam. 

Diriwayatkan oleh Muslim, dari Saad bin Abi Waqqash, dari Rasulullah Saw bersabda: 

من قال حين يسمع المؤذن: أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأن محمدا عبده ورسوله، رضيت بالله ربا وبمحمد رسولا وبالإسلام دينا غفر له ذئبه

"Siapa yang mengucapkan ketika mendengar Muazzin: La Ilaha Illallah Wahdahu la Syarika Lahu wa Anna Muhammadan Abduhu wa Rasuluhu, Radhitu billahi Rabban wa bi Muhammadin Rasulan wa bil Islami dinan, maka diampunkan dosanya." 


👉Kelima, Berdoa kepada Allah SWT dengan apapun yang kita inginkan. Doa Mustajab, Insya Allah. 

Diriwayatkan oleh Abu Daud, al-Nasai, Ahmad, dan dishahihkan oleh al-Albani, dari Abdullah bin Amr radhiyallahu anhu, seseorang berkata kepada Rasulullah Saw, "Wahai Rasulullah, para Muazzin mengungguli kami." Maka, beliau berkata: 

فل كما يقولون، فإذا انتهيت فسل تغطة

"Katakanlah sebagaimana mereka ucapkan. Jikalau Anda selesai, maka mintalah, engkau akan diberi."

Semoga bisa menjadi amalan kita semua. []

Sunnah Berbagi (Memberi) Makanan

Sunnah Berbagi (Memberi) Makanan


Dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim diceritakan, suatu hari seseorang bertanya kepada Nabi Muhammad Saw, "Amalan apakah yang terbaik dalam Islam?" 

Kemudian beliau menjawab: 

تطعم الطعام، ونقرأ السلام على من عرفت ومن لم تعرف

"Anda memberi (berbagi) makanan, mengucapkan salam kepada orang yang Anda kenal dan tidak Anda kenal." 

Maka, kebiasaan berbagi makanan yang banyak kita dapati di Negeri ini, baik di hari Jumat atau di hari-hari lainnya, baik di Masjid maupun di Jalanan, atau di tempat-tempat lainnya, baik kepada orang-orang yang membutuhkan maupun tidak, merupakan sunnah Nabi Saw. 

Kenapa mencakup orang-orang yang tidak membutuhkan? Sebab hadits di atas bersifat umum. Maka, berbagi kepada teman, sahabat, tetangga, para pegawai dan pekerja, juga masuk ke dalam pembahasan hadits. 

Salah satu tujuan utama dari sunnah ini adalah menyebarkan ruh kasihsayang sesama manusia. Bahkan, juga kepada Non Muslim.[]