Terlambatnya Pengabulan Doa

Terlambatnya Pengabulan Doa


Hikmah Keenam

لَا يَكُنْ تَأَخُّرُ أَمَدِ الْعَطَاءِ مَعَ الْإِلْحَاحِ فِي الدُّعَاءِ مُوْجِبًا لِيَأْسِكَ فَهُوَ ضَمِنَ لَكَ الْإِجِابَةَ فِيْمَا يَخْتَارُهُ لَكَ لَا فِيْمَا تَخْتَارُ لِنَفْسِكَ, وَفِي الْوَقْتِ الَّذِي يُرِيْدُ لَا فِي الْوَقْتِ الَّذِي تُرِيْدُ

”Jangan sampai terlambatnya pengabulan doa, padahal engkau telah sungguh-sungguh memintanya, menyebabkanmu putus asa. Allah Swt menjamin pengabulannya untukmu, yaitu sesuatu yang dipilihkan-Nya untukmu, bukan sesuatu yang engkau pilih untuk dirimu sendiri, dan itu terjadi pada waktu yang diinginkan-Nya bukan waktu yang engkau inginkan.”

(Ibn Athaillah al-Sakandary)

[Kitab al-Hikam Ibn Athaillah al-Sakandari]

***


Jikalau Anda telah sungguh-sungguh berdoa memohon kepada Allah Swt, namun belum kunjung jua dikabulkan-Nya, maka janganlah berputus asa. Teruslah berdoa dan berusaha, Dia telah menjamin pengabulannya.  Dalam Al-Quran Al-Karim dijelaskan: 

”Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”[Al-Mukmin: 60]

Biasanya, ketika kita menginginkan sesuatu, maka kita akan sungguh-sungguh berdoa kepada Allah Swt, bahkan setiap detik akan dimamfaatkan untuk berdoa kepada-Nya. Hanya saja, kadang-kadang keinginan kita itu tidak segera dikabulkan-Nya.

Jikalau hal ini terjadi, maka janganlah segera berputus asa dan berprasangka buruk, bahwa Allah Swt tidak mengabulkan doa Anda, atau Dia tidak mencintai Anda. Tidak, sekali lagi tidak. Dia mencintai para hamba-Nya, melebihi kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Dalam kehidupan sehari-hari Anda bisa menyaksikan, bagaimana keadaan seorang ibu ketika anaknya disakiti? Ia rela menyerahkan dirinya sebagai tebusa demi keselamatan anaknya. Dan kasih sayang-Nya melebihi hal itu. 

Allah Swt pasti akan mengabulkan doa Anda. Hanya saja, kadang-kadang dia tidak memberikan apa yang Anda minta, namun sesuatu yang terbaik buat Anda. Ingatlah, Dia adalah Tuhan Pencinta Anda, dan Anda hanyalah hamba yang dicipta. Seorang Pencipta lebih tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya. 

Jikalau, misalnya, Anda menginginkan A, dan itu baik menurut pandangan Anda; sedangkan Allah Swt mengetahui bahwa itu tidak cocok bagi Anda Dia akan memberikan gantinya yang lebih baik, misalnya B. Walaupun dalam pandangan Anda buruk, namun ia baik dalam pandangan-Nya. Dan Anda akan merasakan kebaikannya setelah Anda menjalaninya. Obat itu memang terasa pahitnya ketika ditelan, dan efek baiknya akan terasa setelah beberapa saat setelahnya. 

Dan bisa juga Dia memberikan apa yang Anda inginkan, namun waktunya diundurkan. Misalnya, Anda menginginkan kekayaan pada hari ini, namun dalam pandangan-Nya jikalau Anda kaya pada hari ini, maka Anda akan sombong dan senang bermaksiat kepada-Nya. Oleh karena itu, Dia menundanya sampai waktu yang telah ditentukannya. Dia bukan benci dan tidak mencintai Anda, justru ini adalah bukti kasih sayangnya kepada hamba-Nya. 

Sebagai seorang hamba-Nya, sebenarnya kita tidak ada hak mengkritik apa yang diinginkan-Nya. Semua yang ditakdirkan bagi hamba-Nya adalah kebaikan. Terimalah apa yang diberikan-Nya dan janganlah berburuk sangka. 

Belum tentu sesuatu yang Anda anggap baik, ia juga baik di hadapan Allah Swt. Dan belum tentu juga sesuatu yang Anda anggap buruk, ia buruk di hadapan-Nya. Dia adalah Zat yang Maha Mengetahui dan Menguasai segala sesuatu. []

Padamnya Mata Hati

Padamnya Mata Hati


Hikmah Kelima

اجْتِهَادُكَ فِيْمَا ضَمِنَ لَكَ وَتَقْصِيْرُكَ فِيْمَا طَلَبَ مِنْكَ دَلِيْلٌ عَلَى انْطِمَاسِ الْبَصِيْرَةِ مِنْكَ

"Usaha kerasmu untuk mendapatkan sesuatu yang dijamin bagimu, dan kelalaianmu mengerjakan apa yang diminta darimu adalah tanda padamnya mata hati.”

(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam Ibn Athaillah)

***


Usaha keras yang Anda lakukan, baik dengan hatimu maupun dengan perbuatanmu, bekerja keras siang dan malam tanpa mengenal waktu, membanting tulang tanpa mengenal lelah, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang didambakan dan diinginkan setiap orang, baik bersifat primer, sekunder maupun tersier; dan kelalainmu melaksanakan ibadah menjalankan apa yang dituntut oleh Allah Swt darimu, yaitu beribadah kepada-Nya, mempersiapkan diri untuk Hari Perhitungan, berusaha mendapatkan keridhoan-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, maka ketahuilah bahwa Semua itu adalah petunjuk padamnya mati hatimu. 

Jikalau hati Anda tidak padam dan bersinar terang, maka Anda tidak akan sibuk mengurus sesuatu yang telah dijamin oleh Allah Swt, dan tidak perlu pusing memikirkan apa yang akan dimakan hari ini. Jikalau Anda telah berusaha sekuat tenaga, maka bertawakkallah kepada-Nya. Hanya Dia lah yang mampu memberi rezki. Tidak ada yang lainnya. 

Jikalau hati Anda bercahaya, maka Anda akan senang dan suka menjalankan semua perintah-Nya, serta tidak lalai mengerjakannya. Anda akan menjauhi semua larangannya, karena itu adalah maksiat yang akan memadamkan cahaya di dalam hati. [] 

Jangan Ikut Campur Masalah Rezeki

Jangan Ikut Campur Masalah Rezeki


Hikmah  Keempat

أَرِحْ نَفْسِكَ مِنَ التَّدْبِيْرِ, فَمَا قَامَ غَيْرُكَ عَنْكَ لَا تَقُمْ بِهِ لِنَفْسِكَ 

“Istirahatkanlah dirimu untuk mengurus (urusanmu sendiri). Sesuatu yang telah diurus oleh selainmu untuk dirimu, maka engkau tidak perlu lagi melakukannya.”

(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam Ibn Athaillah)

***


Istirahatkanlah dirimu yang sangat berharga dan sangat Anda cintai itu, untuk mengurus sesuatu yang telah diurus dan diatur oleh Penguasamu, seperti rezki, jodoh, kematian dan sebagainya. 

Itu adalah masalah takdir yang tidak dapat diganggu gugat siapapun. Allah Swt telah menentukannya di Lauh Mahfudz semenjak zaman Azali, bahkan para Malakat yang berada di dekat-Nya pun tidak mengetahui apa yang telah ditetapkan-Nya. Itu adalah ilmu ghaib yang tidak diketahui selain-Nya. 

Dalam hal ini, penulis lebih fokus membicarakan rezki, karena ada di antara manusia ada yang menyangka tidak akan mendapatkan rezki atau kehilangan rezki, jikalau dia memamfaat sebahagian waktunya untuk menjalankan kewajiban beribadah kepada-Nya. Padahal kenyataannya tidaklah seperti itu. Antara ibadah dan usaha dapat disandingkan dan bisa berjalan bersama-sama.

Jikalau rezki telah ditentukan kadarnya oleh Allah Swt, dan seorang hamba tidak akan meninggal sampai rezkinya tercukupi, maka tidak ada lagi yang perlu Anda takutkan. Tugas Anda hanyalah bekerja dan berusaha, kemudian bertawakkal kepada-Nya. Jikalau Dia memberikanmu rezki dengan nominal tertentu setiap harinya, maka itulah bagian Anda. Tidak usah protes dan ngomel sana-sini, seolah-olah Anda tidak percaya dengan ketentuan-Nya. [] 

Semangat Menggebu-gebu Tidak Mampu Mengubah Takdir

Semangat Menggebu-gebu Tidak Mampu Mengubah Takdir


Hikmah Ketiga

سَوَابِقُ الْهِمَمِ لَا تَخْرِقُ أَسْوَارَ الْأَقْدَارِ

“Semangat yang menggebu-gebu tidak akan mampu menembus dinding-dinding takdir.”

(Ibn Athaillah al-Sakandary)

[Kitab al-Hikam Ibn Athaillah]

***

Semangat yang menggebu-gebu ketika bekerja dan berusaha, sehingga melampui batas sewajarnya, tetap tidak akan mampu merubah takdir yang telah ditentukan oleh Allah Swt. 

Tugas kita sebagai manusia hanyalah berusaha dan berusaha semampunya, masalah hasil adalah ketentuan-Nya. Semua ketetapan-Nya adalah baik bagi hamba-Nya. Kadang-kadang kita merasa sesuatu itu baik bagi kita, padahal menurut-Nya tidak seperti itu. Dan kadang-kadang kita merasa sesuatu itu buruk, padahal menurut-Nya itu adalah baik. Oleh karena itu, kita berdoa memohon yang terbaik bagi kita di dunia dan di akhirat kelak. 

Allah Swt berfirman: 

”Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [Al-Baqarah: 216]

Semua ini bukan berarti kita hanya berpangku tangan dan tidak mau berusaha sama sekali. 

Tetapi intinya, ketika kita sudah mengerahkan semua kemampuan dan berusaha keras, maka ber-Tawakkallah. Allah Swt lebih tahu mana yang lebih baik bagi hamba-Nya. Dan kita tidak layak memberontak dan membantah apa yang diinginkan-Nya.[]

Sunnah Siwak

Sunnah Siwak


Membentuk masyarakat yang memperhatikan kebersihan dan kesehatan adalah salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh Syariah Islam. Jadi, tidak sekadar membahas masalah shalat, puasa, zakat atau politik, tapi juga membahas masa kesehatan pribadi. 
Dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda: 
لولاَ أن أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي؛ لَأَمَرتُهُم بِالسِّوَاك عِندَ كُلِّ صَلاَة
"Jikalau tidak menyulitkan umatku, maka aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali shalat." 
Dalam riwayat lainnya dari al-Bukhari, "Setiap kali wudhu." 
Apa sebab pensyariatannya?
Jawabannya bisa ditemukan riwayat al-Bukhari, dari Aisyah radhiyallahu anha, Nabi Saw bersabda: 
السِّواك مَطْهَرَةٌ للْفَم مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ
"Siwak itu menyucikan mulut, membuat Allah SWT ridha." 
Ini tentu saja tidak menafikan sikat gigi yang biasa kita gunakan. Ada beberapa pandangan ulama terkait masalah ini. Sebagian menjelaskan, peran sikat gigi sudah menggantikan posisi siwak. Sebagian menjelaskan, tidak tergantikan. Siwak tersendiri, sikat gigi juga tersendiri. 
Apa pun itu, selama kita bisa menggunakan siwak, kerjakan itu dengan niat menjalankan sunnah Nabi Saw. Ada 5 waktu disunnahkannya, menurut para Ulama; Ketika Wudhu, Ketika akan Shalat, Ketika akan Membaca al-Quran, Ketika Bangun Tidur, dan ketika bau mulut berubah. 
Dan jangan lupa juga sunnah yang menyertainya, untuk mencuci siwak setelah menggunakannya, sebagaimana yang dilakukan Aisyah dalam sebuah riwayat. []