Istidraj

Istidraj


Hikmah Keenam Puluh Enam 

خَفْ مِنْ وُجُوْدِ إِحْسَانِهِ إِلَيْكَ وَدَوَامِ إِسَاءَتِكَ إِلَيْهِ مَعَهُ أَنْ يَكُوْنَ ذَلِكَ اسْتِدْرَاجًا لَكَ. سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُوْنَ

“Takutlah jikalau kebaikan Allah Swt kepadamu; padahal engkau berbuat jahat kepada-Nya adalah Istidraj. Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang tidak mereka ketahui.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Takutlah Anda dengan azab Allah Swt. Jikalau Anda terus-menerus bermaksiat kepada-Nya, sedangkan Dia tidak mengazabmu dan terus melimpahkan nikmat-Nya kepada, maka itu adalah Istidraj, yaitu Anda di angkat setinggi-tingginya, kemudian Anda dihempaskan ke tanah sekeras-kerasnya. 

Kadang-kadang di tengah masyarat, ada di antara mereka yang bertanya, “Kenapa si Fulan yang selalu berzina, berjudi, mabuk dan sebagainya, akan tetapi rezkinya terus melimpah dan tidak mengalami penderitaan hidup sedikitpun?” Kepada orang ini kita mengatakan, bahwa apa yang dialaminya adalah Istidraj. Jikalau dia tidak bertaubat, maka tidak lama lagi Allah Swt akan mengazabnya dengan siksaan yang pedih, yang tidak akan pernah dilupakannya sepanjang hidupnya. 

Janganlah tertipu dengan nikmat dan kesenangan yang Anda rasakan. Semua itu adalah milik-Nya. Jangan sampai Anda di azab dengan nikmat-Nya, karena itu jauh lebih menyakitkan dari siksa-Nya

Syukur Nikmat

Syukur Nikmat


Hikmah Keenam Puluh Lima

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النِّعَمَ فَقَدْ تَعَرَّضَ لِزَالِهَا, وَمَنْ شَكَرَهَا فَقَدْ قَيَّدَهَا بِعِقَالِهَا

“Barangsiapa yang tidak mensyukuri nikmat, maka dia menghadapkan dirinya untuk kehilangan nikmat itu. Dan barangsiapa yang mensyukurinya, maka dia telah mengikatnya dengan erat.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Jikalau Anda tidak mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah Swt, baik harta, kesehatan, anak-anak dan sebagainya, maka sebenarnya Anda sedang menghadapkan diri untuk menghilangkannya. Janganlah Anda membalas kenikmatan yang diberikan-Nya dengan maksiat yang Anda lakukan. 

Syukurilah semua nikmat yang diberikan-Nya kepada Anda. Selain mendapatkan tambahan nikmat, Anda juga akan mendapatkan pahala dan kenikmatan ruhiyyah yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun di dunia ini. Jikalau Anda bersyukur, maka sebenarnya Anda mengikat kuat nikmat yang diberikan-Nya. 

Semakin Anda bersyukur, maka akan semakin banyak nikmat yang akan diberikan-Nya kepada Anda. Syukur berbuah nikmat, dan ingkar berbuah sengsara.  

Kelembutan & Ujian

Kelembutan & Ujian


Hikmah Keenam Puluh Empat

مَنْ لَمْ يُقْبِلْ عَلَى اللهِ بِمُلَاطَفَاتِ الْإحْسَانِ, قُيِّدَ إِلَيْهِ بِسَلاَسِلِ الْاِمْتِحَانِ

“Barangsiapa yang tidak menghadap Allah Swt dengan pemberian yang halus, maka akan diikatkan padanya rantai-rantai ujian.”


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Jikalau Anda mengenal-Nya, maka Anda akan menghadap-Nya dan beribadah kepada-Nya dengan Ihsan dan penuh kelembutan. Ini adalah sifat yang sangat disukai-Nya dan sangat diharapkan-Nya dari para hamba-Nya. Bukankah Dia telah memberikan Anda limpahan nikmat-Nya dan rezki-Nya? Anda bisa bernafas, karena nikmat-Nya. Anda bisa hiduppun, karena karunia-Nya. Oleh karena itu, janganlah menghadap-Nya kecuali dengan Ihsan. 

Jikalau Anda masih saja tidak menghadap-Nya dengan Ihsan, maka Dia akan menguji Anda dengan berbagai ujian dan musibah, sehingga Anda akan mengadu kepada-Nya dengan penuh kehinaan dan kerendahan. Apakah Anda tidak perhatikan, bagaimana orang yang tertimpa musibah atau bencana kematian menghadap kepada-Nya? Seolah-olah dia beribadah dan mengetahui detik kematiannya.

Hendaklah Ihsan itu dilakukan dalam  setiap ibadah yang Anda lakukan. Janganlah menunggu turunnya musibah terlebih dahulu. Baik senang maupun menderita, Ihsan itu harus terus ada dalam ibadah.

Merdeka dan Budak

Merdeka dan Budak


Hikmah Keenam Puluh Tiga

أَنْتَ حُرٌّ مِمَّا أَنْتَ عَنْهُ آيِسٌ وَعَبْدٌ لِمَ أَنْتَ لَهُ طَامِعٌ

“Engkau merdeka dari sesuatu yang engkau putus asakan, dan engkau budak dari sesuatu yang engkau inginkan.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Ketika Anda tidak menginginkan sesuatu, maka Anda merdeka. Anda tidak dikendalikan rasa tamak untuk mendapatkannya. Janganlah loba dan tamak untuk mendapatkan apa yang dimiliki orang lain. Allah Swt telah memberikan rezki-Nya kepada para hamba-Nya sesuai kebutuhannya. Jikalau kebutuhannya sedikit, maka Dia akan memberikannya sedikit. Jikalau kebutuhannya banyak, maka Dia akan memberikannya banyak. Rezki itu sudah dijamin, dan kehidupan Anda tidak akan pernah disia-siakan. Janganlah tamak dengan materi, akan tetapi tamaklah dengan ridho-Nya. 

Sedangkan jikalau Anda tamak dengan harta orang lain, atau berkeinginan mendapatkannya, maka pada hakikatnya Anda adalah budak barang itu. Anda dipaksanya bekerja siang dan malam untuk mendapatkannya. Bahkan kadang-kadang Anda rela meninggalkan kewajiban beribadah kepada-Nya demi memenuhi nafsu duniawi Anda. Ini benar-benar sebuah tindakan yang jauh dari tuntunan-Nya.  

Benih Ketamakan

Benih Ketamakan


Hikmah Keenam Puluh Dua

مَا بَسَقَتْ أَغْصَانُ ذُلٍّ إِلَّا عَلَى بِذْرِ طَمَعٍ

“Dahan-dahan kehinaan tidak akan tumbuh dengan ditanam dengan benih ketamakan.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Anda tidak akan mendapatkan kehinaan, kecuali ketika Anda tamak dengan sesuatu selain Allah Swt, baik harta, kedudukan, jabatan dan sebagainya. Itu hanyalah godaan duniawi semata yang akan membuat Anda hina dan rendah. Anda akan terus diiringi kerugian dalam setiap amalan. Ketika Anda, misalnya, bersedekah, namun tujuannya ingin dipuji, maka Anda justru akan mendapatkan kehinaan di hadapan-Nya; walaupun Anda mendapatkan pujian semua di hadapan manusia. Begitu halnya dengan amalan-amalan dan ibadah-ibadah lainnya. 

Jikalau kita ingin tamak, maka tamaklah dengan ridho Allah Swt. Apapun yang kita lakukan, maka hendaklah bertujuan mendapatkan karunia-Nya. Dialah Penguasa di alam semesta ini. Hanyalah Dialah yang bisa membuat Anda terkenal atau terpandang di hadapan manusia. Jikalau Dia menginginkannya, maka Anda akan dibuat-Nya dikenal manusia dan dihormati. Dan jika Dia ingin menghinakan Anda, maka Dia akan merendahkan Anda; walaupuan Anda berpura-pura baik di hadapan seluruh manusia. 

Dia adalah Zat yang Maha Kuasa terhadap segala sesuatu.