Uzlah

Uzlah


Hikmah Ketiga Belas

مَا نَفَعَ الْقَلْبُ مِثْلُ عُزْلَةٍ يَدْخُلُ بِهَا مَيْدَانُ فِكْرَةٍ

“Tidak ada yang bisa memberikan mamfaat kepada hati seperti mamfaat yang diberikan oleh Uzlah, yang digunakannya untuk memasuki medan pemikiran/perenungan.”

(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]

***


Jikalau hati sudah berkarat oleh dosa dan maksiat, maka tidak ada cara lain untuk menjernihkannya kecuali dengan Uzlah, yaitu menyendiri untuk beribadah kepada Allah Swt. Semakin ia bergaul dengan masyarakat, maka semakin besar kesempatannya berbuat maksiat. Dan semakin banyak maksiat yang dilakukannya, maka akan semakin hitam hatinya. Jikalau hati sudah hitam, maka hidayah-Nya akan semakin jauh. Rasa keimanannya akan menipis. Jikalau, misalnya, suatu hari ia meninggalkan shalat fardhu, maka ia akan merasa biasa-biasa saja. Ia tidak merasa berdosa, dan tidak merasa ada sesuatu yang hilang dan belum dilaksanakan. 

Perenungan yang dilakukan ketika Uzlah itu bermamfaat untuk mengikis bekas-bekas hitam dan karat yang menempal di hati. Ia tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena jikalau tidak dihilangkan, maka ia akan kehilangan kenikmatan Islam. Akhirnya, ia akan mudah dituntutan setan meninggalkan agama yang hanif ini. 

Iman itu berada di dalam hati, dan ia tidak boleh dikotori, agar keimanannya tetap bersih dan kokoh. []

Rendahkanlah Dirimu

Rendahkanlah Dirimu


Hikmah Kedua Belas

اِدْفَنْ وُجُوْدَكَ فِي أَرْضِ الْخُمُوْلِ فَمَا نَبَتَ مِمَّا لَمْ يُدْفَنْ لَا يَتِمُّ نَتَاجُهُ

“Tanamlah wujudmu di tanah kerendahan. Sesuatu yang tumbuh namun tanpa ditanam, maka hasilnya tidak akan sempurna.” 

(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]

***


Wahai hamba Allah Swt, janganlah suka meninggikan diri dan hidup penuh kesombongan. Rendahkanlah dirimu dan Tawadhulah. Jadilah orang biasa, seakan-akan Anda bukanlah siapa-siapa. Jadikanlah dirimu hina di hadapan-Nya, yaitu seseorang yang miskin dan selalu mengharapkan bantuan-Nya. 

Janganlah tertipu dengan banyak amalan yang Anda lakukan. Anggaplah, bahwa apa yang Anda lakukan tidaklah seberapa jikalau dibandingkan dengan karunia-Nya. Sibukkanlah dirimu  dengan ibadah, dan jangan menyibukkannya dengan riya. Jikalau Anda melakukannya, maka amalan Anda akan terbang dan berhamburan sia-sia. 

Janganlah mengharapkan ketenaran sebelum Anda berhak mendapatkannya. Tunggulah masanya. 

Jikalau waktunya sudah tiba, maka Anda akan akan tenar dengan sendirinya di hadapan manusia; walaupun pada waktu itu Anda tidak menginginkannya sama sekali. Lihatlah sekeliling Anda, berapa banyak di antara manusia yang ingin tenar dan dikenal luas di kalangan khalayak, namun ia justru dihinakan-Nya. Ia belum siap menerima ketenaran itu dan berusaha keras mendapatkannya; walaupuan caranya salah, sehinggal hasilnya adalah kehancuran. 

Hiduplah sesuai tuntutan-Nya, maka Anda akan beruntung di dunia dan di akhirat kelak. []

Amal dan Ikhlas

Amal dan Ikhlas


Hikmah Kesebelas

الْأَعْمَالُ صُوَرٌ قَائِمَةٌ وَأَرْوَاحُهَا وُجُوْدُ سِرِّ الْإِخْلَاصِ فِيْهَا

“Amal adalah kerangka tegak, dan ruhnya adalah rahasia ikhlas yang ada di dalamnya.” 

(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam Ibn Athaillah al-Sakandari]

***


Amalan apapun yang Anda kerjakan adalah ibarat patung atau kerangka yang tidak nyawanya sama sekali. Ia hanyalah gambaran saja, dan tidak ada yang menggerakannya. Ia hanya bisa digerakkan jikalau ada ruhnya, yaitu ikhlas. 

Ketika Anda mengerjakan suatu amalan, maka ada dua syarat yang perlu Anda penuhi, sehingga amalan Anda diterima oleh Allah Swt: 

1)Ikhlas

Ikhlas adalah tiang utama dalam suatu amalan. Jikalau ia tiada, maka amalanpun tidak akan diterima. Jangan sampai seorang hamba meniatkan amalannya dan ibadahnya untuk selain Allah Swt. Walaupun, misalnya, dia membaca nama-Nya ketika melakukannya, namun jikalau niatnya sudah menyekutukan-Nya, maka amalannya tetap batal dan tidak sah. 

2)Harus sesuai tuntunan Rasulullah Saw. 

Perkara kedua yang perlu diperhatikan dalam suatu amalan adalah kesesuaiannya dengan tuntunan Rasulullah Saw. Boleh jadi seseorang menghabiskan seluruh waktunya untuk beramal dan beramal, namun jikalau tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw, maka amalannya sia-sia belaka. Ia hanya mendapatkan nol besar dan kelelahan semata. 

Dua elemen ini harus ada dalam suatu amalan, agar ia diterima di hadapan Allah Swt. [] 

Amalan yang Berbeda-beda

Amalan yang Berbeda-beda


Hikmah Kesepuluh

تَنَوَّعَتْ أَجْنَاسُ الْأَعْمَالِ لِتَنَوُّعِ وَارِدَاتِ الْأَحْوَالِ

“Jenis amalan yang berbeda-beda adalah akibat keadaan yang berbeda-beda pula.”

(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam Ibn Athaillah al-Sakandari]

***


Berbeda-bedanya amalan yang dikerjakan seorang hamba dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt, maka itu adalah efek keadaan yang berbeda-beda juga, baik fisik, materi dan sebagainya. 

Seseorang yang berbadan sehat, tentu berbeda amalannya dengan seseorang yang sedang menderita kesakitan. Seseorang yang memiliki limpahan harta, tentu berbeda amalannya dengan seseorang yang hidup sederhana, atau miskin. 

Hanya saja perlu Anda ketahui, bahwa pahala amalan itu tergantung kesulitan yang dialami pelakunya. Uang seribu rupiah yang dikeluarkan oleh seorang miskin, tentu beda nilainya dan tingkat kesulitannya bagi orang kaya yang bersedekah sebanyak seratus ribu. Bagi orang miskin, uang seribu itu sangat berharga sekali, bahkan bisa digunakan untuk menambah uang makannya. Demi bersedekah, kadang-kadang ia rela menahan nafsu makannya. Berbeda halnya dengan orang kaya, baginya uang seribu atau seratus ribu itu hanyalah secuil hartanya. Tidak ada pengaruhnya sama sekali. 

Intinya, timbangan amalan itu adalah ikhlas, bukan banyak atau sedikitnya, karena keadaan masing-masing orang juga berbeda-beda.[]

Anugerah dan Persembahan

Anugerah dan Persembahan


Hikmah Kesembilan

أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ التَّعَرُّفَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ, وَالْأَعْمَالَ أَنْتَ مُهْدِيْهَا إِلَيْهِ. وَأَيْنَ مَا تَهْدِيْهِ إِلَيْهِ مِمَّا هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ

“Apakah engkau tidak tahu, bahwa perkenalan itu adalah karunia Allah Swt bagimu, dan amalan-amalan itu adalah hadiahmu bagi-Nya. Apakah bisa dibandingkan antara apa yang engkau hadiahkan dengan apa yang dianugerahkan-Nya?”

(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam Ibn Athaillah al-Sakandari]

***


Apakah Anda tidak tahu wahai hamba Allah Swt yang mulia, bahwa keinginan-Nya berkenalan denganmu adalah karunia-Nya yang agung dan luar biasa bagimu, yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun yang ada di dunia ini. Anda akan mendapatkan kelezatan yang tidak bisa disejajarkan dengan apapun, yaitu kelezatan beribadah kepada-Nya.

Bisakah Anda bayangkan, bagaimana seorang Penguasa Agung dan Maha Raja Diraja ingin berkenalan dengan Anda yang merupakan seorang hamba hina-dina?!

Yah, itu adalah sebuah kehormatan bagi Anda yang harus Anda mamfaatkan baik-baik. 

Janganlahlah Anda menyia-nyiakannya; apalagi berpaling. Jialau Dia ingin menghancurkan Anda, maka itu bisa dilakukan-Nya dalam sekejap mati. Anda hanyalah makhluk kecil yang diberikan-Nya kehidupan. 

Ketahuilah, amalan-amalan yang Anda kerjakan adalah hadiah dan persembahan Anda bagi-Nya, agar Anda bisa semakin dekat dengan-Nya. 

Bukankah amalan itu adalah tanda syukur Anda. Dan Dia menjanjikan, bahwa orang yang bersyukur akan mendapatkan tambahan nikmat-Nya dan karunia-Nya. Berdekatan dengan-Nya adalah kenikmatan agung yang didambahkan setiap hamba. 

Dan janganlah Anda mencoba-coba membandingkan apa yang Anda berikan dengan apa yang diberikan oleh Allah Swt, karena keduanya tidak akan pernah sepadan selama-lamanya. Hadiah yang Anda berikan hanyalah sedikit amalan, yang sebenarnya tidak dibutuhkan-Nya sama sekali, karena Dia adalah Zat yang Maha Kuasa. Hanya saja, itu menunjukkan ketundukan Anda kepada-Nya. Dan karunia yang diberikan-Nya adalah nikmat yang bisa mendekatkan Anda kepada-Nya. 

Syukurilah, dan jangan pernah menyia-nyiakannya!!!  

Sunnah Tasbih di Waktu Pagi

Sunnah Tasbih di Waktu Pagi


Salah satu perintah Allah SWT kepada kita para hamba-Nya adalah banyak berzikir mengingat-Nya. Hal ini termaktub dengan jelas dalam surat al-Ahzab ayat 41: 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya."
Lafadz Zikir memiliki banyak bentuk. Salah satunya adalah lafadz berdasarkan riwayat berikut ini. Hanya beberapa kata. Namun, fadhilahnya besar dan luar biasa. 
Diriwayatkan oleh Muslim, dari Juwairiyah radhiyallahu anha; Umm al-Mukminin, suatu hari Rasulullah Saw pergi meninggalkannya  di pagi hari setelah shalat Subuh, ketika ia masih berada di tempat shalatnya. 
Ketika waktu Dhuha, beliau kembali lagi, dan mendapatinya masih duduk di tempat semula. 
"Apakah kamu masih berada dalam kondisi yang sama ketika aku meninggalkanmu?" Tanya Nabi.
"Ya,"Jawab Umm al-Mukminin; Juwairiyah. 
Kemudian beliau mengatakan: 
"Aku mengucapkan setelah (meninggalkan)mu tadi, empat kata sebanyak tiga kali, yang jikalau ditimbang dengan apa yang kamu baca semenjak hari ini, maka akan setara: 
سُبْحَانَ الله وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ ، وَرِضَا نَفْسِهِ ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
(Subhanallahi wa bi Hamdihi 'Adada Khalqihi wa Ridha nafsihi wa Zinata 'Arsyihi wa Midada Kalimatihi)
"Maha Suci Allah dan dengan pujian kepada-Nya, sebilangan makhluk-Nya, keridhaan diri-Nya, setimbangan 'Arsy-Nya dan tinta kata-kata-Nya."
Singkat dan ringan. Semoga bisa menjadi amalan kita. []
Dibukakan Pintu Mengenal Allah Swt

Dibukakan Pintu Mengenal Allah Swt


 Hikmah Kedelapan

إِذَا فَتَحَ لَكَ وِجْهَةً مِنَ التَّعَرُّفِ فَلَا تُبَالِ عَنْهَا وَإِنْ قَلَّ عَمَلُكَ فَإِنَّهُ مَا فَتَحَهَا لَكَ إِلَّا وَهُوَ يُرِيْدُ أَنْ يَتَعَرَّفَ إِلَيْكَ

“Jikalau Allah Swt membukakan bagimu jalan untuk mengenal-Nya, maka janganlah peduli amalanmu; meskipun sedikit. Tidaklah Dia membukakannya bagimu kecuali Dia ingin berkenalan dengan-Mu.”

(Ibn Athaillah al-Sakandary)

[Kitab al-Hikam Ibn Athaillah al-Sakandari]

***


Jikalau Allah Swt membukan bagimu pintu Marifat untuk mengenal-Nya, sehingga Anda bisa melihat sesuatu yang berada di balik kenyataan, maka syukurilah; walaupun Anda sadar bahwa amalan Anda belum seberapa dan belum berhak menerimanya.

Biasanya, ketika seseorang dikaruniakan-Nya Marifat, maka ia bisa menangkap hikmah yang ada di balik sebuah peristiwa dan mengenal rahasia di balik ciptaan-Nya. Ketika melihat air mengalir, angin berhembus, burung berkicau dan binatang berlarian, ia bisa mengenal rahasianya. Kata-katanya penuh wibawa, seolah-olah ada aura yang dipancarkan dari mulutnya, sehingga membuat orang lain tidak mampu membantahnya. 

Banyak beramal bukanlah jaminan bahwa Allah Swt akan membukakan bagi-Nya pintu Marifat. Dalam Ibadah, yang penting adalah kualitas, bukan kuantitas. Bisa jadi, seseorang yang sedikit amalannya, namun lebih tinggai kedudukannya. Sebaliknya, bisa seseorang yang banyak amalan, namun lebih rendah kedudukannya. Nikmat ibadah dan Marifat hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang dipilih-Nya. 

Jikalau Anda sudah diberikan-Nya pintu Marifat, maka syukurilah, karena Dia sudah membukakan pintu hidayah-Nya bagimu untuk mengenal-Nya. Semakin Anda mengenal-Nya, maka Anda akan semakin dekat dengan-Nya. 

Jikalau jarak Anda sudah dekat dengan-Nya, maka lisan Anda adalah lisan yang diberkati-Nya, sehingga kata-kata yang keluar tidak pernah sia-sia, namun penuh dengan hikmah. Begitu juga halnya dengan kaki Anda, tangan Anda, dan anggota badan lainnya. Semuanya akan berjalan di bawah pengawasan-Nya, dan Anda pun akan selalu merasa di awasinya.