Sunnah Tasbih, Tahmid, dan Takbir Setelah Shalat

Sunnah Tasbih, Tahmid, dan Takbir Setelah Shalat


Ketika shalat, kita menghadapkan diri kepada Allah SWT. Bermunajat dan mengadu kepada-Nya. Masa-masa seperti ini, dalam ungkapannya DR. Raghib al-Sirjani, dikenal dengan nama al-Liqa' al-Imani al-Kabir (Pertemuan Keimanan yang Maha Agung). 
Ketika selesai melakukannya, sebelum kembali melakukan rutinitas pekerjaan sehari-hari, selama tidak ada kepentingan darurat, ada baiknya kita duduk sejenak berzikir kepada-Nya. Ini dikenal dengan al-Fatrah al-Intiqaliyah (Masa Peralihan) antara "Pertemuan Keimanan" dengan Aktifitas sehari-hari. 
Diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah Saw bersabda: 
مَن سبَّح الله دُبُر كل صلاة ثلاثا وثلاثين، وحَمِد الله ثلاثا وثلاثين، وكَبَّر الله ثلاثا وثلاثين، فتِلك تِسْعَةٌ وتِسْعُونَ، وقال تَمَام المائة: لا إله إلا الله وحْدَه لا شريك له، له المُلك، وله الحَمد، وهو على كلِّ شيء قَدِير، غُفِرَت خَطَايَاه، وإن كانت مثل زَبَدِ البَحْرِ
"Siapa yang bertasbih setiap selesai shalat sebanyak 33 kali, bertahmid sebanyak 33 kali, dan bertakbir sebanyak 33 kali, kemudian ia mengatakan untuk menyempurnakan seratus: 
 لا إله إلا الله وحْدَه لا شريك له، له المُلك، وله الحَمد، وهو على كلِّ شيء قَدِير
(Tidak ada Ilah kecuali Allah SWT semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kekuataan. Bagi-Nya segala pujian. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu)
Maka, diampunkan dosa-dosanya, walaupun seperti buih di lautan." 
Subhanallah. Walhamdulillah. Allahu Akbar.[]
Sunnah 12 Rakaat

Sunnah 12 Rakaat


Mau rumah di surga? Rasulullah Saw menjelaskan jalannya, yaitu dengan mengerjakan shalat sunnah rawatib yang hukumnya sunnah muakkadah sebanyak 12 rakaat di sepanjang siang dan malam. 
Diriwayatkan oleh Muslim, dari Umm Habibah radhiyallahu anha; istri Nabi Saw, "Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: 
مَن صلَّى اثنتَي عشرةَ ركعةً في يومٍ وليلةٍ؛ بُنِي له بهن بيتٌ في الجنة
"Siapa yang mengerjakan shalat 12 rakaat di sepanjang siang dan malam, maka dibangunkan baginya rumah di surga." 
Kemudian Umm Habibah berkata, "Saya tidak pernah meninggalkannya semenjak saya mendengarnya dari Rasulullah Saw." 
Kemudian berkata juga 'Anbasah bin Abi Sufyan, yang meriwayatkan hadits ini dari Umm Habibah, "Saya tidak pernah meninggalkannya semenjak saya mendengarnya dari Umm Habibah." 
Kemudian berkata juga Amru bin Aus, yang meriwayatkan hadits ini dari 'Anbasah bin Abi Sufyan, "Saya tidak pernah meninggalkannya semenjak saya mendengarnya dari 'Anbasah." 
Kemudian berkata juga al-Nukman bin Salim, yang meriwayatkan hadits ini dari Amru bin Aus, "Saya tidak pernah meninggalkannya semenjak saya mendengarnya dari dari Amru bin Aus." 
Subhanallah...
Apa saja yang 12 rakaat itu? 
Dijelaskan oleh Hadits riwayat al-Nasai, dari Aisyah radhiyallahu anha, Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang bersabar menjalankan 12 rakaat, maka dibangunkan baginya rumah di surga, yaitu 4 rakaat sebelum shalat Zuhur, 2 rakaat sesudah Shalat Zuhur, 2 rakaat setelah shalat Maghrib, 2 rakaat setelah shalat Isya, dan 2 rakaat sebelum shalat Fajar."
Semoga kita diberikan semangat besar dalam menjalankannya seperti Umm Habibah, 'Anbasah bin Abi Sufyan, Amru bin Aus, dan al-Nukmah bin Salim." []
Sunnah Tahlil

Sunnah Tahlil


"Siapa yang mengucapkan: 
لا إلهَ إلاَّ اللَّه وحْدهُ لاَ شَرِيكَ لهُ، لَهُ المُلْكُ، ولَهُ الحمْدُ، وَهُو عَلَى كُلِّ شَيءٍ قَدِيرٌ
'Tidak ada Ilah melainkan Allah SWT semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala pujian. Dan Dia Kuasa atas segala sesuatu.' 
Dalam sehari sebanyak 100 kali, maka pahalanya setara dengan memerdekakan 10 budak; ditetapkan baginya 100 kebaikan; dihapuskan darinya 100 keburukan; dan ia memiliki penjaga dari Setan di hari tersebut sampai sore. Tidak ada seorang pun yang melakukan perbuatan lebih baik darinya, kecuali orang yang melakukannya lebih banyak." (HR al-Bukhari dan Muslim)
Kalimat Tahlil ini adalah Sunnah luar biasa, pahalanya tidak terhingga, dan mudah dilakukan. Bayangkan saja jikalau setiap hari kita mampu menjaganya. 
Bahkan, dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Amr bin al-Ashr radhiyallahu anhuma, Rasulullah Saw menegaskan bahwa kalimat Tahlil adalah adalah sebaik-baik diucapkannya dan diucapkan para Nabi sebelumnya. 
Dalam sehari, 100 kali kalimat Tahlil ini kira-kira membutuhkan berapa menit , ya?[]
Sunnah I'tikaf

Sunnah I'tikaf


Dunia, dengan segala problematikannya, seringkali memenuhi akal dan pikiran kita. Kita tenggelam dalam buaian-buaian keindahannya. Sehingga, kita lupa akhirat, lupa akan kemana ujung kehidupan kita. 
Maka, sesekali kita butuh menyendiri dari dunia dengan segala hiruk-pikuknya, kemudian merenung dan memuhasabah diri untuk kembali menata hati. 
Dan, ruang terbaik untuk melakukannya adalah rumah Allah SWT; Masjid. Kita mengenalnya dengan istilah I'tikaf. Amalan terbaik yang bisa kita lakukan ketika itu adalah shalat, zikir, dan membaca al-Quran. 
Rasulullah Saw, suka melakukannya di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari,  dari Aisyah radhiyallahu anha; istri Nabi Saw, bahwa Nabi Saw beritikaf di 10 terakhir bulan Ramadhan sampai wafatnya, kemudian para istrinya beritikaf setelahnya.
Biasanya, beliau memulai Itikaf sebelum terbenamnya matahari di hari ke-20 bulan Ramadhan, yaitu masuk di hari ke-21 Ramadhan setelah terbenamnya matahari, kemudian selesai setelah tsubutnya hilal Syawwal. Jikalau tidak mampu Itikaf dengan penuh, maka berItikaflah sesuai kemampuan. 
Itu di Bulan Ramadhan. 
Di luar Ramadhan, tidak ada masalahnya kita meluangkan waktu sejenak setelah Subuh selama beberapa menit untuk ber-Itikaf, atau bisa juga di akhir pekan, untuk menata hati, meluruskan orientasi diri. []
Sunnah Khatam al-Quran Secara Rutin

Sunnah Khatam al-Quran Secara Rutin


Al-Quran, sebagaimana dijelaskan dalam Surat al-Isra': 9, akan menjaga seorang Mukmin dari kesesatan dan penyimpangan: 
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar."
"Penjagaan al-Quran" ini harus dijaga, dengan terus membersamai al-Quran, rutin dan konsisten membacanya, termasuk mengkhatamkannya. 
Dalam Sunnah, kita diminta untuk memiliki wirid tilawah al-Quran yang terukur, yang dengan itu kita bisa memperkirakan kapan akan mengkhatamkan al-Quran; selama berapa hari bisa menyelesaikannya. 
Riwayat Masyhur dalam Sunnah, mengkhatamkan al-Quran itu sekali sebulan. Artinya, satu Juz setiap harinya. Hal ini berdasarkan riwayat al-Bukhari, Rasulullah Saw bersabda kepada Abdullah bin Amr radhiyallahu anhu, 
اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِى كُلِّ شَهْرٍ
"Bacalah al-Quran di setiap bulan." 
Dan Alhamdulillah, ada beberapa komunitas yang bisa membantu kita menekuninya. Misalnya One Day One Juz (ODOJ), dan komunitas-komunitas lainnya. 
Dalam riwayat lainnya, ada juga yang menjelaskan khatam itu setiap 20 hari, ada juga yang 10 hari, ada juga yang 7 hari, dan ada juga yang 3 hari, sebagaimana juga ada riwayat yang menjelaskan 40 hari. Dan semuanya adalah riwayat shahih. 
Intinya, disesuaikan dengan kemampuan diri sendiri. Usahakan jangan sampai lewat 40 hari. Itu batas paling lama dalam Sunnah. 
Untuk memotivasi diri, jangan lupa dengan pahala untuk setiap huruf yang kita baca. Diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang membaca satu huruf dari al-Quran, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan, dan kebaikan itu dengan sepuluh kali lipatnya. Saya tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf. Tetapi Alif itu satu huruf, Lam itu satu huruf, dan Mim itu satu huruf.[]
Sunnah Hemat Air

Sunnah Hemat Air


Beberapa tahun belakangan, kita sering mendengar kampanye "hemat air"demi menjaga kelansungan hidup dan kelestarian lingkungan hidup. Padahal, sejak lama, Rasulullah Saw sudah menyeru kita untuk hemat air, termasuk dalam berthaharah atau bersuci. 

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibn Majah, dari Abdullah bin Amr radhiyallahu anhuma, Rasulullah Saw suatu hari melewati Sa'ad yang sedang berwudhu, kemudian beliau berkata: 

"Kenapa sampai berlebih-lebihan ini wahai Sa'ad?" 

"Memang wudhu itu ada yang berlebih-lebihan, wahai Rasulullah?"Tanya Sa'ad.

"Ya, walaupun Anda berada di sungai yang mengalir." 

Nabi Saw dalam beberapa riwayatnya memerintahkan umatnya untuk Isbagh al-Wudhu atau menyempurnakan wudhu, tapi ini bukan berarti berlebih-lebihan dalam menggunakan air untuk berwudhu. 

Sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anuhu, bahwa Nabi Saw mandi dengan satu sha' air sampai 5 Mud air, kemudian berwudhu dengan 1 Mud saja." 

Dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu dijelaskan, 1 Mud itu setara dengan 0, 688 Liter. Itu digunakan Nabi untuk berwudhu. 

Mandinya? sekitar 3 Liter air. Sebab Satu Sha' menurut Jumhur Ahli Fikih dengan hitungan sekarang sekitar 2, 75 Liter. Kalau menurut Abu Hanifah sekitar 3,36 Liter. Ukuran ini bisa lihat dalam al-Mawsuah al-Kuwaitiyah: 28/ 297)

Suatu hari, ada yang protes kepada Ibn Abbas bahwa air segitu tidak cukup baginya untuk wudhu atau mandi. Kemudian ditimpali oleh Ibn Abbas, "Orang yang lebih baik dan lebih takwa dari Anda bisa melakukannya, kenapa Anda tidak? Memang Anda lebih baik?!"[] 

Sunnah Kafaratul (Penutup) Majelis

Sunnah Kafaratul (Penutup) Majelis


Seringkali, dalam berbagai Majelis atau Pertemuan yang kita hadiri, ada maksiat lisan yang diperbuat. Ada Ghibah (gunjing), Namimah (adu domba), kata-kata yang tidak pantas, merendahkan dan menghinakan orang lain, berbohong walaupun hanya bercanda, marah dan murka. Dan banyak lagi keburukan lisan semisalnya. 

Lisan tidak bertulang, namun bisa mengantarkan kepada kehancuran. Dalam riwayat al-Turmudzi, suatu hari Muadz bin Jabal radhiyallahu anhu bertanya kepada Rasulullah Saw, "Wahai Nabi Allah SWT, apakah kita akan dihukum karena apa yang kita bicarakan?" Beliau menjawab, "Tsakilatka Ummuka wahai Muadz, tidaklah manusia dilemparkan ke Neraka dengan wajah tersungkur, kecuali karena hasil perbuatan lisan mereka. "

Maka, apa cara terbaik yang bisa kita lakukan? 

Jaga Lisan. Jangan bekata dan berucap apapun, kecuali hal-hal yang diridhai Allah SWT. 

Tapi realitanya, kita tetaplah hamba-hamba Allah SWT yang dhaif. Kadangkala sudah berusaha keras mengekang lisan, namun tetap saja masih terjerumus. 

Maka, untuk menghapus dosa akibat kelemahan kita ini, Allah SWT berikan jalan keluarnya, yaitu dengan Sunnah Kafaratul Majelis. 

Diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang duduk di suatu Majelis, kemudian banyak melakukan kesalahan di dalamnya, maka hendaklah ia mengucapkan sebelum berdiri dari Majelisnya itu: 

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وبَحَمْدكَ أشْهدُ أنْ لا إلهَ إلا أنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وأتُوبُ إِلَيْكَ

'Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan segala puji bagi-Mu, saya bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Engkau. Saya memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat.'

Kecuali, diampunkan apa yang terjadi dalam Majelisnya itu." 

Kita, idealnya, menghafalkan doa ini, membacanya di setiap majelis yang kita adakan dan kita hadiri. Mudah-mudahan Allah SWT ampunkan segala dosa dan kesalahan kita. []