Sunnah Siwak

Sunnah Siwak


Membentuk masyarakat yang memperhatikan kebersihan dan kesehatan adalah salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh Syariah Islam. Jadi, tidak sekadar membahas masalah shalat, puasa, zakat atau politik, tapi juga membahas masa kesehatan pribadi. 
Dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda: 
لولاَ أن أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي؛ لَأَمَرتُهُم بِالسِّوَاك عِندَ كُلِّ صَلاَة
"Jikalau tidak menyulitkan umatku, maka aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali shalat." 
Dalam riwayat lainnya dari al-Bukhari, "Setiap kali wudhu." 
Apa sebab pensyariatannya?
Jawabannya bisa ditemukan riwayat al-Bukhari, dari Aisyah radhiyallahu anha, Nabi Saw bersabda: 
السِّواك مَطْهَرَةٌ للْفَم مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ
"Siwak itu menyucikan mulut, membuat Allah SWT ridha." 
Ini tentu saja tidak menafikan sikat gigi yang biasa kita gunakan. Ada beberapa pandangan ulama terkait masalah ini. Sebagian menjelaskan, peran sikat gigi sudah menggantikan posisi siwak. Sebagian menjelaskan, tidak tergantikan. Siwak tersendiri, sikat gigi juga tersendiri. 
Apa pun itu, selama kita bisa menggunakan siwak, kerjakan itu dengan niat menjalankan sunnah Nabi Saw. Ada 5 waktu disunnahkannya, menurut para Ulama; Ketika Wudhu, Ketika akan Shalat, Ketika akan Membaca al-Quran, Ketika Bangun Tidur, dan ketika bau mulut berubah. 
Dan jangan lupa juga sunnah yang menyertainya, untuk mencuci siwak setelah menggunakannya, sebagaimana yang dilakukan Aisyah dalam sebuah riwayat. []
Ibadah dan Usaha Harus Seimbang

Ibadah dan Usaha Harus Seimbang


Hikmah Kedua

إِرَادَتُكَ التَّجْرِيْدَ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ فِي الْأَسْبَابِ مِنَ الشَّهْوَة الْخَفِيَّةِ. وَإِرَادَتُكَ الْأَسْبَابَ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ فِي التَّجْرِيْدِ انْحِطَاطُ عَنِ الْهِمَّةِ الْعَلِيَّةِ

”Keinginanmu berkonsentrasi (Ibadah) kepada Allah Swt, padahal Dia telah mengaturmu tetap berusaha, merupakan bagian dari syahwat tersembunyi. Keinginanmu berusaha, padahal Dia mengaturmu untuk konsentrasi beribadah merupakan bentuk penurunan semangat yang tinggi.” 

(Ibn Athaillah al-Sakandary dalam al-Hikam)

***

Keinginanmu untuk mengkonsentrasikan diri beribadah menyembah Allah Swt dan melepaskan dari dari segala usaha, pekerjaan dan tindakan yang sebenarnya tidak terlarang secara Syara’, bahkan tidak pula Makruh merupakan bagian di syahwat tersembunyi.

Allah Swt yang Maha Bijaksana telah mengatur segala urusan hamba-Nya, baik yang kecil maupun yang besar, baik yang nyata maupun yang tersembunyi. Tidak ada seorang manusiapun di dunia, kecuali ia berada di bawah pengaturan-Nya; walaupuan ia kafir sekalipun.

Walaupun Anda mengkonsentrasikan diri untuk beribadah kepada Allah Swt, akan tetapi Anda tetap harus berusaha dan bekerja demi menghidupi diri sendiri dan keluarga. Dia sudah menentukan, bahwa rezki itu tidak datang dengan sendirinya, akan tetapi ia harus dicari dan diusahakan. Jikalau kerjanya hanya di Mesjid saja, maka tidak ada rezki yang menghampirinya. 

Sebagaimana perkata Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu ’Anhu: 

”Sesungguhnya langit tidak menurunkan hujan emas dan perak.” 

Keinginan seorang hamba menyelisihi ketentuan-Nya dalam syariat-Nya adalah bentuk syahwat tersembunyi. Sebagai seorang hamba, tidak ada yang bisa dilakukannya kecuali menjalankan apa yang telah ditetapkan-Nya. Kita tidak memiliki kemampuan apapun. Semua kekuatan dan kekuasaan berada di tangan-Nya. Janganlah sampai kesombongan merasuk ke dalam diri, sehingga merasa paling hebat dan tidak membutuhkan siapapun, bahkan sang Pencipta sekalipun. Ini adalah sebuah tindakan kriminal dalam Aqidah yang harus dibuang jauh-jauh. 

Dalam setiap ketentuan-Nya pasti ada hikmah dan faedah yang sebahagian besarnya tidak mampu diketahui oleh akal manusia. 

Sebaliknya, keinginan kita untuk berusaha dan melarutkan diri di dalamnya, sehingga lalai beribadah menyembah Allah Swt merupakan bentuk keterjatuhan dari semangat yang tinggi.  Di zaman sekarang dikenal dengan istilah Workholic. Bekerja terus-menerus tanpa mengenal lelah dan istirahat, bahkan jikalau tidak bekerja, maka dia akan sakit. 

Tindakan seperti ini juga tidak diizinkan oleh Syariat. Bagaimana mungkin Anda melarutkan diri dalam pekerjaan, padahal sang Pencipta telah mengatur Anda untuk melarutkan diri dalam ibadah kepada-Nya (apabila tiba waktunya), agar Anda bisa bersama-Nya, menyaksikan-Nya dan merasakan kenikmatan di hadapan-Nya. 

Ketika Anda lalai menyembah Allah Swt dan sibuk dengan usaha-usaha yang bersifat keduniaan, maka Anda telah terperosok ke dalam jurang kehinaan. Anda telah kehilangan semangat yang seharusnya dimiliki seorang muslim, yaitu semangat beribadah kepada-Nya dan mengharapkan keridhoan-Nya. 

Orang yang memiliki semangat tinggi selalu mengharapkan apa yang diharapkan oleh Penciptanya. Jikalau Allah Swt menginginkannya untuk beribadah, maka ia akan beribadah. Jikalau Dia menginginkannya untuk bekerja dan berusaha, maka ia akan mengerjakannya. 

Kita adalah hamba, dan seorang hamba harus rela dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Tuannya. Jikalau Tuannya menetapkan beribadah, maka dia harus mengerjakannya. 

Jikalau Tuannya menetapkan usaha, maka diapun harus mengerjakannya sepenuh hati. []

Jangan Membanggakan Amalan

Jangan Membanggakan Amalan


Hikmah Pertama

(مِنْ عَلَامَةِ الْاِعْتِمَادِ عَلَى الْعَمَلِ نُقْصَانُ الرَّجَاءِ عِنْدَ وُجُوْدِ الزَّلَلِ)

”Di antara tanda bergantung dengan amal shaleh adalah kurangnya harapan ketika melakukan kemaksiatan”

(Ibn Athaillah al-Sakandary dalam al-Hikam)

***

Kadang-kadang, ketika seorang muslim melakukan berbagai amal shaleh, dia menyangka bahwa itu cukup untuk menyelamatkannya dari api neraka dan memasukkannya ke dalam surga Allah Swt. Ia bergantung dengan amalan-amalannya itu. 

Ketika ia melakukan suatu kemaksiatan, maka ia hanya cuek-bebek saja. Dalam fikirannya, semua itu akan tergantikan oleh amalan-amalan shaleh yang selama ini dllakukannya. Ia menggantungkan harapannya dengan amalan-amalan itu dan mengurangi rasa harapnya kepada Allah Swt.

Sebenarnya, ini adalah sebuah kesalahan besar. Seorang muslim tidak akan pernah memasuki Surga-Nya dengan amalan-amalannya saja, akan tetapi dengan rahmat-Nya. Selain itu, tidakan seperti ini juga merupakan sebuah bentuk kesyirikan, karena menggantungkan harapan dengan selain-Nya. Padahal dalam setiap shalat, kita melantukan: Kepada-Mu kami menyembah, dan kepada-Mu lah kami meminta tolong. 

Dalam sebuah riwayat diceritakan, bahwa seorang Ahli Ibadah ditanya ketika berada di dekat Mizan, "Apakah engkau ingin masuk surga dengan amalanmu atau rahmat-Ku?" Karena laki-laki ini merasa yakin dengan amalan-amalan yang selama ini dilakukannya, maka dia menjawab, "Dengan amalan-amalanku." Taktala ditimbang, ternyata amalan-amalannya itu tidak mampu memasukkannya ke dalam surga, sehingga ia dilemparkan ke dalam Neraka. 

Dalam riwayat lain dijelaskan, bahwa seorang pembunuh 99 jiwa dimasukkan oleh Allah Swt ke dalam surga-Nya, padahal ia belum melakukan amal shaleh sedikitpun. Begitu juga halnya dengan seorang pelacur yang berhak memasuki surga-Nya, itu hanya karena menolong seekor anjing yang kehausan. Semua itu semata-mata karena rahmat Allah Swt. 

Seorang mukmin sejati yang mengenal Tuhannya, selalu melihat kepada Tuhannya, bukan amalan-amalannya.  []

Sunnah Bersegera ke Masjid Untuk Shalat Jumat

Sunnah Bersegera ke Masjid Untuk Shalat Jumat


Salah satu sunnah Nabi Saw adalah bersegera berangkat ke Masjid untuk menunaikan Shalat Jumat. Tidak menunda dan mengakhirkan sampai Khatib naik mimbar, apalagi sampai Imam sudah bertakbir untuk shalat Jumat. 
Jikalau ditanya, apakah kita mampu bersedekah setiap minggu dengan Unta atau Sapi atau Domba, dan selainnya? Tentu berat. Tidak semua kita mampu melakukannya. 
Namun, Allah SWT membukakan kemudahan bagi kita semua, pintu kemudahan untuk melakukannya.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda: 
من اغتسل يوم الْجُمُعَةِ غسل الجنابة، ثم راح في الساعة الأولى فكأنما قرّب بَدَنَة، ومن راح في الساعة الثانية فكأنما قرَّب بقرة، ومن راح في الساعة الثالثة فكأنما قرَّب كَبْشا، ومن راح في الساعة الرابعة فكأنما قرَّب دَجَاجَةً، ومن راح في الساعة الخامسة فكأنما قرَّب بَيْضة، فإذا خرج الإمام حضرت الملائكة يستمعون الذِّكْرَ
"Siapa yang mandi di Hari Jumat dengan mandi besar, kemudian berangkat di jam pertama, maka seakan-akan ia berkurban unta. Siapa yang berangkat di jam kedua, maka seakan-akan ia berkurban sapi. Siapa yang berangkat di jam ketiga, maka seakan-akan ia berkurban domba. Siapa yang berangkat di jam keempat, maka seakan-akan ia berkurban ayam. Dan siapa yang berangkat di jam kelima, maka seakan-akan ia berkurban telur. Jikalau Imam sudah keluar, maka para Malaikat mendengarkan khutbah." 
Hadits ini, walaupun para Ulama berbeda dalam memaknai jam kesatu sampai kelima, namun yang menjadi pointnya adalah bersegera ke Masjid untuk menunaikan Shalat Jumat. 
Kemudian, hadits ini bukan dalil bolehnya berkurban dengan ayam dan telur. Sebab, itu hanyalah deskripsi besar kecilnya pahala dibandingkan antara jam-jam tersebut. 
Semoga Allah SWT mudahkan kita melakukan kebaikan. []
Sunnah Saling Mengunjungi (Ziarah)

Sunnah Saling Mengunjungi (Ziarah)


Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Muadz bin Jabal radhiyallahu anhu, "Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda, 'Allah SWT berfirman: 
وجبت محبتي للمتزاورين فيَّ والمتجالسين فيَّ والمتحابِّين فِيَّ والمتباذلين فِيَّ
"Wajib cinta-Ku bagi dua orang yang saling berkunjung karena-Ku, saling bermajelis karena-Ku, saling mencintai karena-Ku, dan saling berkorban karena-Ku." 
Mendapatkan cinta Allah SWT merupakan nikmat besar, yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Dalam riwayat lainnya dari Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Saw menceritakan tentang seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di desa lainnya. Kemudian Allah SWT memerintahkan Malaikat mengawasi jalan yang dilaluinya. 
Ketika bertemu, maka Malaikat tersebut bertanya, 'Ke mana Anda akan pergi?' 
Ia menjawab, 'Saya ingin mengunjungi saudaraku di desa ini.' 
'Apakah ada Nikmat yang ingin Anda urus?' Tanya Malaikat 
'Tidak, hanya saja aku mencintainya karena Allah SWT', jawabnya. 
Malaikat pun berkata, 'Sesungguhnya aku adalah utusan Allah, mengabarkan kepada Anda bahwa Dia mencintai Anda sebagaimana Anda mencintai saudara Anda karena-Nya'."
Berziarah, saling mengunjungi, dengan menjaga adab-adab bertamu yang sudah dijelaskan dalam Sunnah Rasulullah Saw, merupakan jalan untuk saling mencintai, yang akan berbuah cinta Allah SWT. []
Sunnah Istighfar

Sunnah Istighfar


Sungguh sudah begitu banyak dosa yang kita lakukan. Mulai dari anggota tubuh yang zhahir; mata melihat yang haram, telinga mendengar yang haram, dan lisan yang sering berbicara haram, sampai ke hati yang terpancar ke perbuatan, seperti al-Kibr (sombong), al-Hasad (dengki), al-'Ujb (kagum dengan diri sendiri), dan lain-lain. 
Saking banyaknya, kadangkala kita tidak begitu peduli lagi. Kita menganggapnya remeh, padahal bisa jadi ia besar di hadapan Allah SWT. 
وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ
"kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar." (Surat al-Nur: 15)
Maka, salah satu Sunnah Rasulullah Saw adalah memperbanyak Istighfar setiap harinya untuk dosa-dosa yang dilakukan, secara umum. Tidak membatasi untuk dosa tertentu.
Dalam riwayat al-Bukhari, dari Abu Hurairah menjelaskan, bahwa ia mendengar Nabi Saw bersabda:
واللَّهِ إنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وأَتُوبُ إلَيْهِ في اليَومِ أكْثَرَ مِن سَبْعِينَ مَرَّةً
"Demi Allah SWT, aku beristighfar kepada Allah SWT dan taubat kepada-Nya dalam sehari, lebih dari 70 kali." 
Dalam riwayat lainnya, dari Abu Hurairah juga, Rasulullah Saw bersabda: 
إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ كُلَّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ
"Aku beristighfar kepada Allah SWT dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari, sebanyak 100 kali." 
Pointnya, bukan di bilangannya. Tapi memperbanyak Istighfarnya. Nabi saja, yang diampunkan dosanya terdahulu dan kemudian, banyak-banyak memohon ampunan-Nya. Apalagi kita?! []
Sunnah Tahmid & Shalawat Sebelum Berdoa

Sunnah Tahmid & Shalawat Sebelum Berdoa


Doa adalah salah satu ibadah agung dalam Islam. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari al-Nu'man bin al-Basyir dijelaskan bahwa doa itu adalah ibadah. Satu kesatuan. 
Makanya, doa itu ada seni dan adabnya yang perlu kita perhatikan. Salah satunya, sebagaimana diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Fudhalah bin Ubaid, suatu hari ketika Rasulullah Saw sedang duduk-duduk di Masjid, masuklah seorang laki-laki, kemudian ia shalat dan berdoa, "Ya Allah, ampunilah dosaku dan kasihanilah aku."
Mendengar itu, Nabi Saw bersabda: 
عجِلتَ أيُّها المصلِّي ، إذا صلَّيتَ فقعدتَ فاحمَدِ اللهَ بما هو أهلُه ، ثمَّ صَلِّ عليَّ ، ثمَّ ادْعُه
"Anda tergesa-gesa wahai orang yang sedang shalat. Jikalau Anda shalat, kemudian Anda duduk (berdoa), maka pujilah (Tahmid) Allah SWT dengan pujian yang layak bagi-Nya, kemudian bershalawatlah kepadaku, kemudian (barulah) berdoa kepada-Nya." 
Tidak lama setelahnya, datanglah laki-laki lainnya, kemudian ia memuji Allah SWT (Tahmid), dan bershalawat kepada Nabi Saw. Maka, Nabi pun berkata: 
أيُّها المصلِّي ادْعُ تُجَبْ
"Wahai orang yang shalat, berdoalah, maka akan diberikan kepada Anda (apa yang Anda minta." []