Nikmat Hakiki: Ketaatan dan Kenikmatan Ibadah
كَفَى الْعَامِلِيْنَ جَزَاءً مَا هُوَ فَاتِحُهُ عَلَى قُلُوْبِهِمْ فِي طَاعَتِهِ وَمَا هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْهِمْ مِنْ وُجُوْدِ مُؤَانَسَتِهِ
“Cukuplah balasan bagi orang-orang yang beramal, sesuatu yang menjadi pembuka hati mereka dalam mentaati Allah Swt, dan sesuatu yang dilimpahkan kepada mereka dalam bentuk kenikmatan ibadah kepada-Nya.”
(Ibn Athaillah al-Sakandari)
[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]
Sebagai hamba-Nya, kita tentu berkewajiban mentaati-Nya, menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Ketika kita mengharapkan balasan-Nya di Akhirat kelak, itu merupakan hal yang wajar dan tidak perlu dipermasalahkan. Dan untuk di dunia ini, cukulah kita mendapatkan cahaya-Nya terpatri di dalam hati dan kelapangan jiwa tertancap di dalam dada.
Ketika Anda diberikan cahaya-Nya, maka Anda akan selalu merasa tentram dan damai bersama-Nya. Hidup dalam keadaan kaya maupun miskin, maka bagi Anda sama saja. Bahagia dan derita, bagi Anda juga kebahagiaan. Anda bisa melihat hikmah dan rahasia yang ada di balik sebuah peristiwa.
Tidak ada yang lebih nikmat bagi seorang hamba di dunia ini, melebihi kedekatan dengan-Nya. Jikalau semua kemewahan di dunia ini disandingkan dengannya, maka nilainya tidak akan sampai sepersepuluh persennya, bahkan kurang. Itulah kenikmatan ibadah.