Peran Nafsu Dalam Maksiat dan Ketaatan

Peran Nafsu Dalam Maksiat dan Ketaatan


Hikmah Keseratus Enam Puluh Satu

Peran Nafsu Dalam Maksiat dan Ketaatan

حَظُّ النَّفْسِ فِي الْمَعْصِيَةِ ظَاهِرٌ جَلِيٌّ, وَحَظُّهَا فِي الطَّاعَةِ بَاطِنٌ خَفِيٌّ. وَمُدَاوَاةُ مَا يَخْفَى صَعْبٌ عِلَاجُهُ

“Peran nafsu dalam maksiat itu jelas dan nyata, sedangkan perannya dalam ketaatan itu tidak tampak dan tersembunyi. Memperbaiki sesuatu yang tersembunyi tentu lebih sulit.” 


Ibn Athaillah al-Sakandari

(Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari)


Peran nafsu dalam maksiat sangat kentara sekali. Bahkan semua maksiat yang Anda lakukan, maka motor utamanya adalah nafsu. Jikalau Anda mencuri, maka itu adalah dorongan nafsu mendapatkan harta. Jikalau Anda berzina, maka itu adalah dorongan nafsu syahwat. Jikalau Anda mencaci dan menghina orang lain, maka itu adalah dorongan nafsu dominasi. Siapapun bisa mengenal hal ini, bahkan anak kecil sekalipun. 

Namun jikalau Anda ingin membahas peran nafsu dalam ketataan, maka itu sangat sulit diketahui, kecuali oleh Allah Swt dan Anda sendiri. Jikalau Anda bertanya kepada orang lain, maka ia tidak akan mengetahuinya sama sekali. Bagaimana mungkin ia akan mengetahui ada nya peran nafsu dalam diri Anda, ketika Anda beribadah? Ini adalah urusan hati, dan merupakan perkara ghaib. 

Banyak di antara Ahli Ibadah yang mampu menghindarkan dirinya dari peranan nafsu dalam maksiat, namun tidak banyak yang mampu menyelamatkan dirinya dari peranan nafsu dalam keataatan. Sebagaimana Anda ketahui, jikalau ada seorang hamba yang rajin beribadah dan selalu menjalankan ketaatan kepada-Nya, maka segenap manusia akan menghormati dan mengagungkannya. 

Acap kali hal-hal seperti ini justru mendorong ibadah Anda disusupi oleh nafsu, yaitu nafsu ketenaran. Hati-hatilah dengan masalah sepele seperti ini, karena justru akan menyedot amal kebajikan Anda, sehingga tidak ada lagi yang tersisa sedikitpun. 

Beribadahlah dengan tulus karena mengharapkan ridho-Nya. Jangan sampai nafsu berperan dalam ketaatan Anda, karena itu akan sangat merugikan Anda. Bukan saja di dunia, namun juga di akhirat kelak. Di dunia, Anda hanya akan mendapatkan kelelahan semata. Tidak ada pahala yang Anda dapatkan. Di akhirat, Anda akan mendapatkan siksaan-Nya, karena Anda telah memperserikatkan-Nya dengan tujuan lainnya, yaitu ketenaran. Ibadah yang Anda lakukan, tidak ada artinya sama sekali.