Sunnah Tasbih di Waktu Pagi

Sunnah Tasbih di Waktu Pagi


Salah satu perintah Allah SWT kepada kita para hamba-Nya adalah banyak berzikir mengingat-Nya. Hal ini termaktub dengan jelas dalam surat al-Ahzab ayat 41: 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya."
Lafadz Zikir memiliki banyak bentuk. Salah satunya adalah lafadz berdasarkan riwayat berikut ini. Hanya beberapa kata. Namun, fadhilahnya besar dan luar biasa. 
Diriwayatkan oleh Muslim, dari Juwairiyah radhiyallahu anha; Umm al-Mukminin, suatu hari Rasulullah Saw pergi meninggalkannya  di pagi hari setelah shalat Subuh, ketika ia masih berada di tempat shalatnya. 
Ketika waktu Dhuha, beliau kembali lagi, dan mendapatinya masih duduk di tempat semula. 
"Apakah kamu masih berada dalam kondisi yang sama ketika aku meninggalkanmu?" Tanya Nabi.
"Ya,"Jawab Umm al-Mukminin; Juwairiyah. 
Kemudian beliau mengatakan: 
"Aku mengucapkan setelah (meninggalkan)mu tadi, empat kata sebanyak tiga kali, yang jikalau ditimbang dengan apa yang kamu baca semenjak hari ini, maka akan setara: 
سُبْحَانَ الله وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ ، وَرِضَا نَفْسِهِ ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
(Subhanallahi wa bi Hamdihi 'Adada Khalqihi wa Ridha nafsihi wa Zinata 'Arsyihi wa Midada Kalimatihi)
"Maha Suci Allah dan dengan pujian kepada-Nya, sebilangan makhluk-Nya, keridhaan diri-Nya, setimbangan 'Arsy-Nya dan tinta kata-kata-Nya."
Singkat dan ringan. Semoga bisa menjadi amalan kita. []
Sunnah Siwak

Sunnah Siwak


Membentuk masyarakat yang memperhatikan kebersihan dan kesehatan adalah salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh Syariah Islam. Jadi, tidak sekadar membahas masalah shalat, puasa, zakat atau politik, tapi juga membahas masa kesehatan pribadi. 
Dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda: 
لولاَ أن أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي؛ لَأَمَرتُهُم بِالسِّوَاك عِندَ كُلِّ صَلاَة
"Jikalau tidak menyulitkan umatku, maka aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali shalat." 
Dalam riwayat lainnya dari al-Bukhari, "Setiap kali wudhu." 
Apa sebab pensyariatannya?
Jawabannya bisa ditemukan riwayat al-Bukhari, dari Aisyah radhiyallahu anha, Nabi Saw bersabda: 
السِّواك مَطْهَرَةٌ للْفَم مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ
"Siwak itu menyucikan mulut, membuat Allah SWT ridha." 
Ini tentu saja tidak menafikan sikat gigi yang biasa kita gunakan. Ada beberapa pandangan ulama terkait masalah ini. Sebagian menjelaskan, peran sikat gigi sudah menggantikan posisi siwak. Sebagian menjelaskan, tidak tergantikan. Siwak tersendiri, sikat gigi juga tersendiri. 
Apa pun itu, selama kita bisa menggunakan siwak, kerjakan itu dengan niat menjalankan sunnah Nabi Saw. Ada 5 waktu disunnahkannya, menurut para Ulama; Ketika Wudhu, Ketika akan Shalat, Ketika akan Membaca al-Quran, Ketika Bangun Tidur, dan ketika bau mulut berubah. 
Dan jangan lupa juga sunnah yang menyertainya, untuk mencuci siwak setelah menggunakannya, sebagaimana yang dilakukan Aisyah dalam sebuah riwayat. []
Sunnah Bersegera ke Masjid Untuk Shalat Jumat

Sunnah Bersegera ke Masjid Untuk Shalat Jumat


Salah satu sunnah Nabi Saw adalah bersegera berangkat ke Masjid untuk menunaikan Shalat Jumat. Tidak menunda dan mengakhirkan sampai Khatib naik mimbar, apalagi sampai Imam sudah bertakbir untuk shalat Jumat. 
Jikalau ditanya, apakah kita mampu bersedekah setiap minggu dengan Unta atau Sapi atau Domba, dan selainnya? Tentu berat. Tidak semua kita mampu melakukannya. 
Namun, Allah SWT membukakan kemudahan bagi kita semua, pintu kemudahan untuk melakukannya.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda: 
من اغتسل يوم الْجُمُعَةِ غسل الجنابة، ثم راح في الساعة الأولى فكأنما قرّب بَدَنَة، ومن راح في الساعة الثانية فكأنما قرَّب بقرة، ومن راح في الساعة الثالثة فكأنما قرَّب كَبْشا، ومن راح في الساعة الرابعة فكأنما قرَّب دَجَاجَةً، ومن راح في الساعة الخامسة فكأنما قرَّب بَيْضة، فإذا خرج الإمام حضرت الملائكة يستمعون الذِّكْرَ
"Siapa yang mandi di Hari Jumat dengan mandi besar, kemudian berangkat di jam pertama, maka seakan-akan ia berkurban unta. Siapa yang berangkat di jam kedua, maka seakan-akan ia berkurban sapi. Siapa yang berangkat di jam ketiga, maka seakan-akan ia berkurban domba. Siapa yang berangkat di jam keempat, maka seakan-akan ia berkurban ayam. Dan siapa yang berangkat di jam kelima, maka seakan-akan ia berkurban telur. Jikalau Imam sudah keluar, maka para Malaikat mendengarkan khutbah." 
Hadits ini, walaupun para Ulama berbeda dalam memaknai jam kesatu sampai kelima, namun yang menjadi pointnya adalah bersegera ke Masjid untuk menunaikan Shalat Jumat. 
Kemudian, hadits ini bukan dalil bolehnya berkurban dengan ayam dan telur. Sebab, itu hanyalah deskripsi besar kecilnya pahala dibandingkan antara jam-jam tersebut. 
Semoga Allah SWT mudahkan kita melakukan kebaikan. []
Sunnah Saling Mengunjungi (Ziarah)

Sunnah Saling Mengunjungi (Ziarah)


Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Muadz bin Jabal radhiyallahu anhu, "Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda, 'Allah SWT berfirman: 
وجبت محبتي للمتزاورين فيَّ والمتجالسين فيَّ والمتحابِّين فِيَّ والمتباذلين فِيَّ
"Wajib cinta-Ku bagi dua orang yang saling berkunjung karena-Ku, saling bermajelis karena-Ku, saling mencintai karena-Ku, dan saling berkorban karena-Ku." 
Mendapatkan cinta Allah SWT merupakan nikmat besar, yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Dalam riwayat lainnya dari Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Saw menceritakan tentang seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di desa lainnya. Kemudian Allah SWT memerintahkan Malaikat mengawasi jalan yang dilaluinya. 
Ketika bertemu, maka Malaikat tersebut bertanya, 'Ke mana Anda akan pergi?' 
Ia menjawab, 'Saya ingin mengunjungi saudaraku di desa ini.' 
'Apakah ada Nikmat yang ingin Anda urus?' Tanya Malaikat 
'Tidak, hanya saja aku mencintainya karena Allah SWT', jawabnya. 
Malaikat pun berkata, 'Sesungguhnya aku adalah utusan Allah, mengabarkan kepada Anda bahwa Dia mencintai Anda sebagaimana Anda mencintai saudara Anda karena-Nya'."
Berziarah, saling mengunjungi, dengan menjaga adab-adab bertamu yang sudah dijelaskan dalam Sunnah Rasulullah Saw, merupakan jalan untuk saling mencintai, yang akan berbuah cinta Allah SWT. []
Sunnah Istighfar

Sunnah Istighfar


Sungguh sudah begitu banyak dosa yang kita lakukan. Mulai dari anggota tubuh yang zhahir; mata melihat yang haram, telinga mendengar yang haram, dan lisan yang sering berbicara haram, sampai ke hati yang terpancar ke perbuatan, seperti al-Kibr (sombong), al-Hasad (dengki), al-'Ujb (kagum dengan diri sendiri), dan lain-lain. 
Saking banyaknya, kadangkala kita tidak begitu peduli lagi. Kita menganggapnya remeh, padahal bisa jadi ia besar di hadapan Allah SWT. 
وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ
"kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar." (Surat al-Nur: 15)
Maka, salah satu Sunnah Rasulullah Saw adalah memperbanyak Istighfar setiap harinya untuk dosa-dosa yang dilakukan, secara umum. Tidak membatasi untuk dosa tertentu.
Dalam riwayat al-Bukhari, dari Abu Hurairah menjelaskan, bahwa ia mendengar Nabi Saw bersabda:
واللَّهِ إنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وأَتُوبُ إلَيْهِ في اليَومِ أكْثَرَ مِن سَبْعِينَ مَرَّةً
"Demi Allah SWT, aku beristighfar kepada Allah SWT dan taubat kepada-Nya dalam sehari, lebih dari 70 kali." 
Dalam riwayat lainnya, dari Abu Hurairah juga, Rasulullah Saw bersabda: 
إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ كُلَّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ
"Aku beristighfar kepada Allah SWT dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari, sebanyak 100 kali." 
Pointnya, bukan di bilangannya. Tapi memperbanyak Istighfarnya. Nabi saja, yang diampunkan dosanya terdahulu dan kemudian, banyak-banyak memohon ampunan-Nya. Apalagi kita?! []
Sunnah Tahmid & Shalawat Sebelum Berdoa

Sunnah Tahmid & Shalawat Sebelum Berdoa


Doa adalah salah satu ibadah agung dalam Islam. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari al-Nu'man bin al-Basyir dijelaskan bahwa doa itu adalah ibadah. Satu kesatuan. 
Makanya, doa itu ada seni dan adabnya yang perlu kita perhatikan. Salah satunya, sebagaimana diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Fudhalah bin Ubaid, suatu hari ketika Rasulullah Saw sedang duduk-duduk di Masjid, masuklah seorang laki-laki, kemudian ia shalat dan berdoa, "Ya Allah, ampunilah dosaku dan kasihanilah aku."
Mendengar itu, Nabi Saw bersabda: 
عجِلتَ أيُّها المصلِّي ، إذا صلَّيتَ فقعدتَ فاحمَدِ اللهَ بما هو أهلُه ، ثمَّ صَلِّ عليَّ ، ثمَّ ادْعُه
"Anda tergesa-gesa wahai orang yang sedang shalat. Jikalau Anda shalat, kemudian Anda duduk (berdoa), maka pujilah (Tahmid) Allah SWT dengan pujian yang layak bagi-Nya, kemudian bershalawatlah kepadaku, kemudian (barulah) berdoa kepada-Nya." 
Tidak lama setelahnya, datanglah laki-laki lainnya, kemudian ia memuji Allah SWT (Tahmid), dan bershalawat kepada Nabi Saw. Maka, Nabi pun berkata: 
أيُّها المصلِّي ادْعُ تُجَبْ
"Wahai orang yang shalat, berdoalah, maka akan diberikan kepada Anda (apa yang Anda minta." []
Sunnah Tasbih, Tahmid, dan Takbir Setelah Shalat

Sunnah Tasbih, Tahmid, dan Takbir Setelah Shalat


Ketika shalat, kita menghadapkan diri kepada Allah SWT. Bermunajat dan mengadu kepada-Nya. Masa-masa seperti ini, dalam ungkapannya DR. Raghib al-Sirjani, dikenal dengan nama al-Liqa' al-Imani al-Kabir (Pertemuan Keimanan yang Maha Agung). 
Ketika selesai melakukannya, sebelum kembali melakukan rutinitas pekerjaan sehari-hari, selama tidak ada kepentingan darurat, ada baiknya kita duduk sejenak berzikir kepada-Nya. Ini dikenal dengan al-Fatrah al-Intiqaliyah (Masa Peralihan) antara "Pertemuan Keimanan" dengan Aktifitas sehari-hari. 
Diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah Saw bersabda: 
مَن سبَّح الله دُبُر كل صلاة ثلاثا وثلاثين، وحَمِد الله ثلاثا وثلاثين، وكَبَّر الله ثلاثا وثلاثين، فتِلك تِسْعَةٌ وتِسْعُونَ، وقال تَمَام المائة: لا إله إلا الله وحْدَه لا شريك له، له المُلك، وله الحَمد، وهو على كلِّ شيء قَدِير، غُفِرَت خَطَايَاه، وإن كانت مثل زَبَدِ البَحْرِ
"Siapa yang bertasbih setiap selesai shalat sebanyak 33 kali, bertahmid sebanyak 33 kali, dan bertakbir sebanyak 33 kali, kemudian ia mengatakan untuk menyempurnakan seratus: 
 لا إله إلا الله وحْدَه لا شريك له، له المُلك، وله الحَمد، وهو على كلِّ شيء قَدِير
(Tidak ada Ilah kecuali Allah SWT semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kekuataan. Bagi-Nya segala pujian. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu)
Maka, diampunkan dosa-dosanya, walaupun seperti buih di lautan." 
Subhanallah. Walhamdulillah. Allahu Akbar.[]
Sunnah 12 Rakaat

Sunnah 12 Rakaat


Mau rumah di surga? Rasulullah Saw menjelaskan jalannya, yaitu dengan mengerjakan shalat sunnah rawatib yang hukumnya sunnah muakkadah sebanyak 12 rakaat di sepanjang siang dan malam. 
Diriwayatkan oleh Muslim, dari Umm Habibah radhiyallahu anha; istri Nabi Saw, "Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: 
مَن صلَّى اثنتَي عشرةَ ركعةً في يومٍ وليلةٍ؛ بُنِي له بهن بيتٌ في الجنة
"Siapa yang mengerjakan shalat 12 rakaat di sepanjang siang dan malam, maka dibangunkan baginya rumah di surga." 
Kemudian Umm Habibah berkata, "Saya tidak pernah meninggalkannya semenjak saya mendengarnya dari Rasulullah Saw." 
Kemudian berkata juga 'Anbasah bin Abi Sufyan, yang meriwayatkan hadits ini dari Umm Habibah, "Saya tidak pernah meninggalkannya semenjak saya mendengarnya dari Umm Habibah." 
Kemudian berkata juga Amru bin Aus, yang meriwayatkan hadits ini dari 'Anbasah bin Abi Sufyan, "Saya tidak pernah meninggalkannya semenjak saya mendengarnya dari 'Anbasah." 
Kemudian berkata juga al-Nukman bin Salim, yang meriwayatkan hadits ini dari Amru bin Aus, "Saya tidak pernah meninggalkannya semenjak saya mendengarnya dari dari Amru bin Aus." 
Subhanallah...
Apa saja yang 12 rakaat itu? 
Dijelaskan oleh Hadits riwayat al-Nasai, dari Aisyah radhiyallahu anha, Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang bersabar menjalankan 12 rakaat, maka dibangunkan baginya rumah di surga, yaitu 4 rakaat sebelum shalat Zuhur, 2 rakaat sesudah Shalat Zuhur, 2 rakaat setelah shalat Maghrib, 2 rakaat setelah shalat Isya, dan 2 rakaat sebelum shalat Fajar."
Semoga kita diberikan semangat besar dalam menjalankannya seperti Umm Habibah, 'Anbasah bin Abi Sufyan, Amru bin Aus, dan al-Nukmah bin Salim." []
Sunnah Tahlil

Sunnah Tahlil


"Siapa yang mengucapkan: 
لا إلهَ إلاَّ اللَّه وحْدهُ لاَ شَرِيكَ لهُ، لَهُ المُلْكُ، ولَهُ الحمْدُ، وَهُو عَلَى كُلِّ شَيءٍ قَدِيرٌ
'Tidak ada Ilah melainkan Allah SWT semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala pujian. Dan Dia Kuasa atas segala sesuatu.' 
Dalam sehari sebanyak 100 kali, maka pahalanya setara dengan memerdekakan 10 budak; ditetapkan baginya 100 kebaikan; dihapuskan darinya 100 keburukan; dan ia memiliki penjaga dari Setan di hari tersebut sampai sore. Tidak ada seorang pun yang melakukan perbuatan lebih baik darinya, kecuali orang yang melakukannya lebih banyak." (HR al-Bukhari dan Muslim)
Kalimat Tahlil ini adalah Sunnah luar biasa, pahalanya tidak terhingga, dan mudah dilakukan. Bayangkan saja jikalau setiap hari kita mampu menjaganya. 
Bahkan, dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Amr bin al-Ashr radhiyallahu anhuma, Rasulullah Saw menegaskan bahwa kalimat Tahlil adalah adalah sebaik-baik diucapkannya dan diucapkan para Nabi sebelumnya. 
Dalam sehari, 100 kali kalimat Tahlil ini kira-kira membutuhkan berapa menit , ya?[]
Sunnah I'tikaf

Sunnah I'tikaf


Dunia, dengan segala problematikannya, seringkali memenuhi akal dan pikiran kita. Kita tenggelam dalam buaian-buaian keindahannya. Sehingga, kita lupa akhirat, lupa akan kemana ujung kehidupan kita. 
Maka, sesekali kita butuh menyendiri dari dunia dengan segala hiruk-pikuknya, kemudian merenung dan memuhasabah diri untuk kembali menata hati. 
Dan, ruang terbaik untuk melakukannya adalah rumah Allah SWT; Masjid. Kita mengenalnya dengan istilah I'tikaf. Amalan terbaik yang bisa kita lakukan ketika itu adalah shalat, zikir, dan membaca al-Quran. 
Rasulullah Saw, suka melakukannya di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari,  dari Aisyah radhiyallahu anha; istri Nabi Saw, bahwa Nabi Saw beritikaf di 10 terakhir bulan Ramadhan sampai wafatnya, kemudian para istrinya beritikaf setelahnya.
Biasanya, beliau memulai Itikaf sebelum terbenamnya matahari di hari ke-20 bulan Ramadhan, yaitu masuk di hari ke-21 Ramadhan setelah terbenamnya matahari, kemudian selesai setelah tsubutnya hilal Syawwal. Jikalau tidak mampu Itikaf dengan penuh, maka berItikaflah sesuai kemampuan. 
Itu di Bulan Ramadhan. 
Di luar Ramadhan, tidak ada masalahnya kita meluangkan waktu sejenak setelah Subuh selama beberapa menit untuk ber-Itikaf, atau bisa juga di akhir pekan, untuk menata hati, meluruskan orientasi diri. []
Sunnah Khatam al-Quran Secara Rutin

Sunnah Khatam al-Quran Secara Rutin


Al-Quran, sebagaimana dijelaskan dalam Surat al-Isra': 9, akan menjaga seorang Mukmin dari kesesatan dan penyimpangan: 
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar."
"Penjagaan al-Quran" ini harus dijaga, dengan terus membersamai al-Quran, rutin dan konsisten membacanya, termasuk mengkhatamkannya. 
Dalam Sunnah, kita diminta untuk memiliki wirid tilawah al-Quran yang terukur, yang dengan itu kita bisa memperkirakan kapan akan mengkhatamkan al-Quran; selama berapa hari bisa menyelesaikannya. 
Riwayat Masyhur dalam Sunnah, mengkhatamkan al-Quran itu sekali sebulan. Artinya, satu Juz setiap harinya. Hal ini berdasarkan riwayat al-Bukhari, Rasulullah Saw bersabda kepada Abdullah bin Amr radhiyallahu anhu, 
اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِى كُلِّ شَهْرٍ
"Bacalah al-Quran di setiap bulan." 
Dan Alhamdulillah, ada beberapa komunitas yang bisa membantu kita menekuninya. Misalnya One Day One Juz (ODOJ), dan komunitas-komunitas lainnya. 
Dalam riwayat lainnya, ada juga yang menjelaskan khatam itu setiap 20 hari, ada juga yang 10 hari, ada juga yang 7 hari, dan ada juga yang 3 hari, sebagaimana juga ada riwayat yang menjelaskan 40 hari. Dan semuanya adalah riwayat shahih. 
Intinya, disesuaikan dengan kemampuan diri sendiri. Usahakan jangan sampai lewat 40 hari. Itu batas paling lama dalam Sunnah. 
Untuk memotivasi diri, jangan lupa dengan pahala untuk setiap huruf yang kita baca. Diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang membaca satu huruf dari al-Quran, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan, dan kebaikan itu dengan sepuluh kali lipatnya. Saya tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf. Tetapi Alif itu satu huruf, Lam itu satu huruf, dan Mim itu satu huruf.[]
Sunnah Hemat Air

Sunnah Hemat Air


Beberapa tahun belakangan, kita sering mendengar kampanye "hemat air"demi menjaga kelansungan hidup dan kelestarian lingkungan hidup. Padahal, sejak lama, Rasulullah Saw sudah menyeru kita untuk hemat air, termasuk dalam berthaharah atau bersuci. 

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibn Majah, dari Abdullah bin Amr radhiyallahu anhuma, Rasulullah Saw suatu hari melewati Sa'ad yang sedang berwudhu, kemudian beliau berkata: 

"Kenapa sampai berlebih-lebihan ini wahai Sa'ad?" 

"Memang wudhu itu ada yang berlebih-lebihan, wahai Rasulullah?"Tanya Sa'ad.

"Ya, walaupun Anda berada di sungai yang mengalir." 

Nabi Saw dalam beberapa riwayatnya memerintahkan umatnya untuk Isbagh al-Wudhu atau menyempurnakan wudhu, tapi ini bukan berarti berlebih-lebihan dalam menggunakan air untuk berwudhu. 

Sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anuhu, bahwa Nabi Saw mandi dengan satu sha' air sampai 5 Mud air, kemudian berwudhu dengan 1 Mud saja." 

Dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu dijelaskan, 1 Mud itu setara dengan 0, 688 Liter. Itu digunakan Nabi untuk berwudhu. 

Mandinya? sekitar 3 Liter air. Sebab Satu Sha' menurut Jumhur Ahli Fikih dengan hitungan sekarang sekitar 2, 75 Liter. Kalau menurut Abu Hanifah sekitar 3,36 Liter. Ukuran ini bisa lihat dalam al-Mawsuah al-Kuwaitiyah: 28/ 297)

Suatu hari, ada yang protes kepada Ibn Abbas bahwa air segitu tidak cukup baginya untuk wudhu atau mandi. Kemudian ditimpali oleh Ibn Abbas, "Orang yang lebih baik dan lebih takwa dari Anda bisa melakukannya, kenapa Anda tidak? Memang Anda lebih baik?!"[] 

Sunnah Kafaratul (Penutup) Majelis

Sunnah Kafaratul (Penutup) Majelis


Seringkali, dalam berbagai Majelis atau Pertemuan yang kita hadiri, ada maksiat lisan yang diperbuat. Ada Ghibah (gunjing), Namimah (adu domba), kata-kata yang tidak pantas, merendahkan dan menghinakan orang lain, berbohong walaupun hanya bercanda, marah dan murka. Dan banyak lagi keburukan lisan semisalnya. 

Lisan tidak bertulang, namun bisa mengantarkan kepada kehancuran. Dalam riwayat al-Turmudzi, suatu hari Muadz bin Jabal radhiyallahu anhu bertanya kepada Rasulullah Saw, "Wahai Nabi Allah SWT, apakah kita akan dihukum karena apa yang kita bicarakan?" Beliau menjawab, "Tsakilatka Ummuka wahai Muadz, tidaklah manusia dilemparkan ke Neraka dengan wajah tersungkur, kecuali karena hasil perbuatan lisan mereka. "

Maka, apa cara terbaik yang bisa kita lakukan? 

Jaga Lisan. Jangan bekata dan berucap apapun, kecuali hal-hal yang diridhai Allah SWT. 

Tapi realitanya, kita tetaplah hamba-hamba Allah SWT yang dhaif. Kadangkala sudah berusaha keras mengekang lisan, namun tetap saja masih terjerumus. 

Maka, untuk menghapus dosa akibat kelemahan kita ini, Allah SWT berikan jalan keluarnya, yaitu dengan Sunnah Kafaratul Majelis. 

Diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang duduk di suatu Majelis, kemudian banyak melakukan kesalahan di dalamnya, maka hendaklah ia mengucapkan sebelum berdiri dari Majelisnya itu: 

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وبَحَمْدكَ أشْهدُ أنْ لا إلهَ إلا أنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وأتُوبُ إِلَيْكَ

'Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan segala puji bagi-Mu, saya bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Engkau. Saya memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat.'

Kecuali, diampunkan apa yang terjadi dalam Majelisnya itu." 

Kita, idealnya, menghafalkan doa ini, membacanya di setiap majelis yang kita adakan dan kita hadiri. Mudah-mudahan Allah SWT ampunkan segala dosa dan kesalahan kita. []

Sunnah Berdiam Diri (I'tikaf) di Masjid Setelah Shalat Subuh

Sunnah Berdiam Diri (I'tikaf) di Masjid Setelah Shalat Subuh


Salah satu kebiasaan Rasulullah Saw setelah menunaikan shalat Subuh adalah berdiam diri di Masjid, berzikir kepada Allah SWT sampai terbitnya matahari. Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا صَلَّى الْفَجْرَ جَلَسَ فِي مُصَلَّاهُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ حَسناء

"Bahwa Nabi Saw jikalau sudah menunaikan shalat fajar (subuh), maka beliau duduk di Masjidnya sampai terbitnya matahari dengan indah." 

Maksud dengan "indah" disini adalah "meningginya", sekira-kira seperempat jam setelah Syuruq. 

Sunnah ini tentunya membutuhkan persiapan. Khususnya, persiapan waktu. Dimulai dengan tidur lebih awal agar tidak mengantuk berat di waktu fajar, atau memastikan tidak ada kegiatan urgen setelah shalat Subuh. Intinya, dipersiapkan waktu dan badan untuk menjalankannya. 

Dari riwayat al-Turmudzi, dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang mengerjakan shalat Subuh dengan berjamaah, kemudian ia duduk berzikir kepada Allah SWT sampai terbitnya matahari, kemudian shalat 2 rakaat, maka baginya pahala haji dan umrah." Kemudian beliau melanjutkan, "Sempurna, sempurna, sempurna." 

Haji dan Umrah adalah ibadah yang membutuhkan biaya yang besar. Apalagi haji, di Indonesia membutuhkan antrian yang panjang. Namun, Allah SWT melalui lisan Rasulnya memberikan kesempatan bagi setiap Muslim, mendapatkan pahala besar tersebut, walaupun ia masih berada di Negerinya. [] 

Sunnah Menyambung Silaturrahim dengan Orang yang Memutusnya

Sunnah Menyambung Silaturrahim dengan Orang yang Memutusnya


Seringkali kita menyangka, menyambung silaturrahim itu hanya dengan karib kerabat yang suka berbuat baik kepada kita. Sedangkan mereka yang suka berlaku jahat, tidak layak disilaturrahimi. Apalagi jikalau mereka yang mulai memutusnya.

Nyatanya, dalam Islam, silaturrahim yang hakiki itu adalah menyambung hubungan dengan orang-orang yang justru lebih dahulu memutus hubungan dengan kita. 

Ya, mereka yang sengaja memutusnya. 

Berat? Memang! Tapi disinilah pahala besarnya sekaligus ujiannya. 

Diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Abdullah bin Amru radhiyallahu anhu, Nabi Saw bersabda: 

ليس الواصل بالمكافِئ، ولكن الواصل الذي إذا قُطعت رحمه وصلها

"Bukanlah orang yang menyambung silaturrahim itu dengan yang setara. Akan tetapi, orang yang menyambung silaturrahim itu adalah orang yang jikalau diputus silaturrahimnya, maka ia menyambungnya." 

Dalam riwayat Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, seseorang bertanya, "Wahai Rasulullah, saya memiliki kerabat yang saya menyambung silaturrahim dengan mereka, namun mereka memutusnya. Saya berbuat baik kepada mereka, namun mereka berbuat buruk. Saya bersikap santun kepada mereka, namun mereka masa bodoh." 

Beliau menjawab, "Jikalau kondisinya sebagaimana Anda katakan, maka seakan-akan Anda meyuapi mereka dengan abu panas. Allah SWT akan selalu membantu Anda menghadapi mereka, selama Anda berada dalam keadaan seperti itu." 

Kadangkala pangkal masalah ini adalah kesalahpahaman. Pihak yang memutuskan menyangka di atas kebenaran, sebagaimana pihak yang diputuskan juga merasakan hal yang sama. Hati dan kepala yang dingin diperlukan agar solusi bisa ditemukan. 

Sunnah besar ini, mungkin bisa menjadi jalan kebaikan bagi kita bersama. []

Sunnah Memperbukakan Orang yang Berpuasa

Sunnah Memperbukakan Orang yang Berpuasa


Memberikan makan kepada orang yang kelaparan, pahalanya besar di dalam Islam. Dan pahalanya akan semakin besar, kalau seandainya orang yang kelaparan itu adalah orang yang sedang berpuasa, yang sedang menjalankan ketaatan kepada Allah SWT. 

Ya. Sunnah yang kita bahas kali ini adalah Memperbukakan orang yang sedang berpuasa. 

Tidak harus orang fakir. Orang yang ekonominya menengah atau atas, juga masuk ke dalam objek sunnah ini. Semuanya. Dari golongan dan strata ekonomi apapun. 

Dalam hadits Shahih yang diriwayatkan al-Turmudzi dan selainnya, dari Zaid bin Khalid al-Juhani, Rasulullah Saw bersabda: 

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

"Siapa yang memperbukakan orang yang berpuasa, maka ia mendapatkan pahala semisalnua, tanpa dikurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun." 

Berapa besar pahalanya? 

Hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu 'anhu menjawabnya. Ia mendengar Rasulullah Saw bersabda: 

 من صامَ يومًا في سبيلِ اللهِ زحزحَ اللَّهُ وجْهَهُ عنِ النَّارِ بذلِكَ اليومِ سبعينَ خريفًا

"Siapa yang berpuasa sehari di jalan Allah SWT, maka dijauhkan wajahnya dari Neraka karena hari yang dipuasakannya itu sebanyak 70 kharif (tahun)." 

Orang yang berpuasa dijauhkan dari Neraka, maka yang memperbukakan juga mendapatkan pahala yang sama. 

Kita bisa mengamalkan sunnah ini dengan memberikan menu buka sederhana atau lebih baik lagi kepada orang-orang yang berpuasa, baik wajib maupun sunnah. Kalau kita kebingungan kemana akan diarahkan, maka banyak pondok pesantren yang santrinya rutin puasa sunnah, seperti senin dan kamis, serta puasa-puasa sunnah lainnya. 

Semoga kita semuanya dimudahkan dalam kebaikan dan ketaatan. []

Sunnah Menyebarkan Salam

Sunnah Menyebarkan Salam


Masyarakat yang damai, penuh cinta dan kasih sayang merupakan masyarakat dambaan setiap Insan. Dan Rasulullah Saw sudah menjelaskan wasilah untuk meraihnya. Salah satunya adalah dengan menyebarkan salam. 

Dalam riwayat Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi Saw bersabda: 

لا تدخلوا الجنة حتى تؤمنوا، ولا تؤمنوا حتى تحابوا، أوَلا أدلكم على شيء إذا فعلتموه تحاببتم؟ أفشوا السلام بينكم

"Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman, sampai kalian saling mencintai. Apakah kalian ingin aku tunjukkan sesuatu yang jikalau kalian melakukannya, maka kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian." 

Dan, ini bukan sekadar kepada orang yang kita kenal, namun juga yang tidak kita kenal. Dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bin Amr, ada seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw tentang amalan apakah yang terbaik dalam Islam. Beliau menjawab, "Anda memberi makan (kepada orang lain), kemudian Anda mengucapkan salam kepada orang yang Anda kenal dan tidak Anda kenal." 

Semakin sering mengucapkan salam dan semakin lengkap ucapan salamnya, maka semakin banyak pahalanya. Dalam riwayat al-Turmudzi, dari Imran bin Hushain, ada seseorang mendatangi Nabi Muhammad Saw dan berucap, "Assalamualaikum." Beliau berkata, "sepuluh (pahala)." Kemudian datang lagi yang lainnya dan mengatakan, "Assalamualaikum warahmatullah." Beliau berkata, "Dua puluh." Kemudian datang lagi yang lainnya dan berkata, "Assalamualaikum warahmatullah wa barakatuhu." Beliau berkata, "Tiga puluh."

Ringan. Banyak pahala. 

Kita bisa mengucapkan salam ketika masuk rumah, kepada teman-teman di tempat kerja, kepada para pedagang dan pembeli yang ditemui di pasar, kepada orang-orang yang ditemui di jalan, kepada orang-orang yang kita temui di bis, kereta, pesawat, dan lain sebagainya. 

Termasuk kalau mendapati perkumpulan, maka ini juga kesempatan mendapatkan pahala salam. [] 

Sunnah Mengakhirkan Sahur

Sunnah Mengakhirkan Sahur


Kalau kita ingin berpuasa, salah satu Sunnah Nabi Muhammad Saw yang kita diperintahkan untuk menjaganya adalah Sahur. Dan di dalam sahur itu sendiri, ada lagi sunnah lainnya, yaitu mengakhirkan Sahur. 

Sunnah yang satu ini, akan memberikan kepada kita kemampuan untuk menjalani puasa, kemudian juga memberikan kekuatan untuk memikul ujian lapar dan dahaga. 

Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik, dari Zaid bin Tsabit yang suatu hari bercerita, "Kami pernah bersahur bersama Nabi Muhammad Saw, kemudian kami bangkit mengerjakan shalat." Kemudian Anas bin Malik bertanya, "Berapa jarak antara Azan dan Sahur." Ia menjawab, "Sekadar 50 ayat." 

Jadi, jarak antara sahur dengan Subuh itu hanya beberapa menit saja. 

Kita sendiri, mungkin juga banyak yang lainnya, seringkali menunda sahur dengan niat untuk kuat berpuasa, tapi tidak disertai niat untuk mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw. Idealnya, kita niatkan kebaikan tersebut. 

Jangan juga ada yang berkata, "Saya kuat puasa tanpa sahur." Iya, mungkin kuat, tapi kita kehilangan sunnah. Sahur itu bukan sekadar untuk kekuatan berpuasa. Lebih dari itu mengikut sunnah Nabi Muhammad Saw. 

Dan lebih parah lagi, bisa jadi kita masuk ke dalam kelompok yang tidak berpaling dari Sunnah Nabi Muhammad Saw. 

"Bersahurkanlah kalian," Sabda Nabi Saw, sebagaimana diriwayatkan Muslim. "Sesungguhnya dalam sahur itu ada keberkahan."[]

Sunnah Berbagi Hadiah

Sunnah Berbagi Hadiah


Memberi Hadiah kepada orang lain, siapa pun itu, adalah salah satu sunnah Nabi Saw. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dijelaskan, Rasulullah Saw bersabda: 

تَهَادُوا تَحَابُّوا

"Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai." 

Ada kebahagiaan tersendiri yang akan dirasakan ketika seseorang mendapatkan hadiah dari orang lain. Walaupun mungkin yang diberikan itu hanya sesuatu yang sederhana. Disitulah bentuk perhatiannya. Rasa cinta dan kasih sayang di antara sesama akan semakin tumbuh merekah. 

Makanya, Nabi Muhammad Saw menerima hadiah sederhana sekalipun. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Anas bin Malik radhiyallahu anhu bercerita bahwa Barirah menghadiahkan daging kepada Nabi Saw.

Daging tersebut pada awalnya adalah sedekah yang diberikan kepada Barirah. Beliau pun menerimanya dan berkata: 

 هُوَ لَهَا صَدَقَةٌ وَلَنَا هَدِيَّةٌ 

"Baginya sedekah, bagi kita hadiah." 

Hadiah tipis-tipis minimalis, sudah masuk ke dalam kesunnahan ini. Disesuaikan dengan kemampuan. Semakin besar, tentunya semakin baik. 

Menghadiahkan buku atau pakaian atau makanan atau pulpen, dan lain sebagainya, mungkin beberapa contoh yang bisa dijadikan inspirasi. Bisa dihadiahkan kepada siapa saja; Orangtua, Suami atau Istri, Teman, Kerabat. []

Sunnah Tasyahhud Setelah Berwudhu'

Sunnah Tasyahhud Setelah Berwudhu'


Salah satu sunnah yang mungkin juga perlu kita perhatikan setelah berwudhu adalah bertasyahhud, mengikrarkan kalimat Tauhid. 

Dalam hadits riwayat Muslim, dari Uqbah bin Amir, Rasulullah Saw bersabda, "Tidak seorang pun di antara kalian berwudhu, kemudian menyempurnakannya, kemudian membaca: 

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

"Saya bersaksi bahwa tidak ada Ilah melainkan Allah SWT semata, tidak sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.' Kecuali dibukakan baginya pintu surga yang delapan. Ia bisa masuk dari pintu mana pun diinginkannya."

Jikalau kita mau menambah kebaikan lagi, bisa ditambahkan dengan doa pendek. Diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Umar bin al-Khattab radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda: 

"Siapa yang berwudhu, kemudian memperbagus wudhunya, kemudian membaca: 

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِى مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ

"Saya bersaksi bahwa tidak ada Ilah melainkan Allah SWT semata, tidak sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Ya Allah, jadikanlah diriku bagian dari orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah diriku bagian dari orang-orang yang menyucikan diri.' Kecuali dibukakan baginya pintu surga yang delapan. Ia bisa masuk dari pintu mana pun diinginkannya."

Ya, tidak makan waktu lama untuk sunnah ini. Maka, mari berusaha bersama-sama mengamalkannya. Agar Allah SWT membukakan bagi kita pintu surga yang delapan. Kemudian kita bisa masuk dari pintu mana pun. 

Subhanallah. Walhamdulillah. Allahu Akbar. []