Sunnah Siwak
Sunnah Bersegera ke Masjid Untuk Shalat Jumat
Sunnah Saling Mengunjungi (Ziarah)
Sunnah Istighfar
Sunnah Tahmid & Shalawat Sebelum Berdoa
Sunnah Tasbih, Tahmid, dan Takbir Setelah Shalat
Sunnah 12 Rakaat
Sunnah Tahlil
Sunnah I'tikaf
Sunnah Khatam al-Quran Secara Rutin
Sunnah Hemat Air
Beberapa tahun belakangan, kita sering mendengar kampanye "hemat air"demi menjaga kelansungan hidup dan kelestarian lingkungan hidup. Padahal, sejak lama, Rasulullah Saw sudah menyeru kita untuk hemat air, termasuk dalam berthaharah atau bersuci.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibn Majah, dari Abdullah bin Amr radhiyallahu anhuma, Rasulullah Saw suatu hari melewati Sa'ad yang sedang berwudhu, kemudian beliau berkata:
"Kenapa sampai berlebih-lebihan ini wahai Sa'ad?"
"Memang wudhu itu ada yang berlebih-lebihan, wahai Rasulullah?"Tanya Sa'ad.
"Ya, walaupun Anda berada di sungai yang mengalir."
Nabi Saw dalam beberapa riwayatnya memerintahkan umatnya untuk Isbagh al-Wudhu atau menyempurnakan wudhu, tapi ini bukan berarti berlebih-lebihan dalam menggunakan air untuk berwudhu.
Sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anuhu, bahwa Nabi Saw mandi dengan satu sha' air sampai 5 Mud air, kemudian berwudhu dengan 1 Mud saja."
Dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu dijelaskan, 1 Mud itu setara dengan 0, 688 Liter. Itu digunakan Nabi untuk berwudhu.
Mandinya? sekitar 3 Liter air. Sebab Satu Sha' menurut Jumhur Ahli Fikih dengan hitungan sekarang sekitar 2, 75 Liter. Kalau menurut Abu Hanifah sekitar 3,36 Liter. Ukuran ini bisa lihat dalam al-Mawsuah al-Kuwaitiyah: 28/ 297)
Suatu hari, ada yang protes kepada Ibn Abbas bahwa air segitu tidak cukup baginya untuk wudhu atau mandi. Kemudian ditimpali oleh Ibn Abbas, "Orang yang lebih baik dan lebih takwa dari Anda bisa melakukannya, kenapa Anda tidak? Memang Anda lebih baik?!"[]
Sunnah Kafaratul (Penutup) Majelis
Seringkali, dalam berbagai Majelis atau Pertemuan yang kita hadiri, ada maksiat lisan yang diperbuat. Ada Ghibah (gunjing), Namimah (adu domba), kata-kata yang tidak pantas, merendahkan dan menghinakan orang lain, berbohong walaupun hanya bercanda, marah dan murka. Dan banyak lagi keburukan lisan semisalnya.
Lisan tidak bertulang, namun bisa mengantarkan kepada kehancuran. Dalam riwayat al-Turmudzi, suatu hari Muadz bin Jabal radhiyallahu anhu bertanya kepada Rasulullah Saw, "Wahai Nabi Allah SWT, apakah kita akan dihukum karena apa yang kita bicarakan?" Beliau menjawab, "Tsakilatka Ummuka wahai Muadz, tidaklah manusia dilemparkan ke Neraka dengan wajah tersungkur, kecuali karena hasil perbuatan lisan mereka. "
Maka, apa cara terbaik yang bisa kita lakukan?
Jaga Lisan. Jangan bekata dan berucap apapun, kecuali hal-hal yang diridhai Allah SWT.
Tapi realitanya, kita tetaplah hamba-hamba Allah SWT yang dhaif. Kadangkala sudah berusaha keras mengekang lisan, namun tetap saja masih terjerumus.
Maka, untuk menghapus dosa akibat kelemahan kita ini, Allah SWT berikan jalan keluarnya, yaitu dengan Sunnah Kafaratul Majelis.
Diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang duduk di suatu Majelis, kemudian banyak melakukan kesalahan di dalamnya, maka hendaklah ia mengucapkan sebelum berdiri dari Majelisnya itu:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وبَحَمْدكَ أشْهدُ أنْ لا إلهَ إلا أنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وأتُوبُ إِلَيْكَ
'Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan segala puji bagi-Mu, saya bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Engkau. Saya memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat.'
Kecuali, diampunkan apa yang terjadi dalam Majelisnya itu."
Kita, idealnya, menghafalkan doa ini, membacanya di setiap majelis yang kita adakan dan kita hadiri. Mudah-mudahan Allah SWT ampunkan segala dosa dan kesalahan kita. []
Sunnah Berdiam Diri (I'tikaf) di Masjid Setelah Shalat Subuh
Salah satu kebiasaan Rasulullah Saw setelah menunaikan shalat Subuh adalah berdiam diri di Masjid, berzikir kepada Allah SWT sampai terbitnya matahari. Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا صَلَّى الْفَجْرَ جَلَسَ فِي مُصَلَّاهُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ حَسناء
"Bahwa Nabi Saw jikalau sudah menunaikan shalat fajar (subuh), maka beliau duduk di Masjidnya sampai terbitnya matahari dengan indah."
Maksud dengan "indah" disini adalah "meningginya", sekira-kira seperempat jam setelah Syuruq.
Sunnah ini tentunya membutuhkan persiapan. Khususnya, persiapan waktu. Dimulai dengan tidur lebih awal agar tidak mengantuk berat di waktu fajar, atau memastikan tidak ada kegiatan urgen setelah shalat Subuh. Intinya, dipersiapkan waktu dan badan untuk menjalankannya.
Dari riwayat al-Turmudzi, dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang mengerjakan shalat Subuh dengan berjamaah, kemudian ia duduk berzikir kepada Allah SWT sampai terbitnya matahari, kemudian shalat 2 rakaat, maka baginya pahala haji dan umrah." Kemudian beliau melanjutkan, "Sempurna, sempurna, sempurna."
Haji dan Umrah adalah ibadah yang membutuhkan biaya yang besar. Apalagi haji, di Indonesia membutuhkan antrian yang panjang. Namun, Allah SWT melalui lisan Rasulnya memberikan kesempatan bagi setiap Muslim, mendapatkan pahala besar tersebut, walaupun ia masih berada di Negerinya. []
Sunnah Menyambung Silaturrahim dengan Orang yang Memutusnya
Seringkali kita menyangka, menyambung silaturrahim itu hanya dengan karib kerabat yang suka berbuat baik kepada kita. Sedangkan mereka yang suka berlaku jahat, tidak layak disilaturrahimi. Apalagi jikalau mereka yang mulai memutusnya.
Nyatanya, dalam Islam, silaturrahim yang hakiki itu adalah menyambung hubungan dengan orang-orang yang justru lebih dahulu memutus hubungan dengan kita.
Ya, mereka yang sengaja memutusnya.
Berat? Memang! Tapi disinilah pahala besarnya sekaligus ujiannya.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Abdullah bin Amru radhiyallahu anhu, Nabi Saw bersabda:
ليس الواصل بالمكافِئ، ولكن الواصل الذي إذا قُطعت رحمه وصلها
"Bukanlah orang yang menyambung silaturrahim itu dengan yang setara. Akan tetapi, orang yang menyambung silaturrahim itu adalah orang yang jikalau diputus silaturrahimnya, maka ia menyambungnya."
Dalam riwayat Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, seseorang bertanya, "Wahai Rasulullah, saya memiliki kerabat yang saya menyambung silaturrahim dengan mereka, namun mereka memutusnya. Saya berbuat baik kepada mereka, namun mereka berbuat buruk. Saya bersikap santun kepada mereka, namun mereka masa bodoh."
Beliau menjawab, "Jikalau kondisinya sebagaimana Anda katakan, maka seakan-akan Anda meyuapi mereka dengan abu panas. Allah SWT akan selalu membantu Anda menghadapi mereka, selama Anda berada dalam keadaan seperti itu."
Kadangkala pangkal masalah ini adalah kesalahpahaman. Pihak yang memutuskan menyangka di atas kebenaran, sebagaimana pihak yang diputuskan juga merasakan hal yang sama. Hati dan kepala yang dingin diperlukan agar solusi bisa ditemukan.
Sunnah besar ini, mungkin bisa menjadi jalan kebaikan bagi kita bersama. []
Sunnah Memperbukakan Orang yang Berpuasa
Memberikan makan kepada orang yang kelaparan, pahalanya besar di dalam Islam. Dan pahalanya akan semakin besar, kalau seandainya orang yang kelaparan itu adalah orang yang sedang berpuasa, yang sedang menjalankan ketaatan kepada Allah SWT.
Ya. Sunnah yang kita bahas kali ini adalah Memperbukakan orang yang sedang berpuasa.
Tidak harus orang fakir. Orang yang ekonominya menengah atau atas, juga masuk ke dalam objek sunnah ini. Semuanya. Dari golongan dan strata ekonomi apapun.
Dalam hadits Shahih yang diriwayatkan al-Turmudzi dan selainnya, dari Zaid bin Khalid al-Juhani, Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
"Siapa yang memperbukakan orang yang berpuasa, maka ia mendapatkan pahala semisalnua, tanpa dikurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun."
Berapa besar pahalanya?
Hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu 'anhu menjawabnya. Ia mendengar Rasulullah Saw bersabda:
من صامَ يومًا في سبيلِ اللهِ زحزحَ اللَّهُ وجْهَهُ عنِ النَّارِ بذلِكَ اليومِ سبعينَ خريفًا
"Siapa yang berpuasa sehari di jalan Allah SWT, maka dijauhkan wajahnya dari Neraka karena hari yang dipuasakannya itu sebanyak 70 kharif (tahun)."
Orang yang berpuasa dijauhkan dari Neraka, maka yang memperbukakan juga mendapatkan pahala yang sama.
Kita bisa mengamalkan sunnah ini dengan memberikan menu buka sederhana atau lebih baik lagi kepada orang-orang yang berpuasa, baik wajib maupun sunnah. Kalau kita kebingungan kemana akan diarahkan, maka banyak pondok pesantren yang santrinya rutin puasa sunnah, seperti senin dan kamis, serta puasa-puasa sunnah lainnya.
Semoga kita semuanya dimudahkan dalam kebaikan dan ketaatan. []
Sunnah Menyebarkan Salam
Dalam riwayat Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi Saw bersabda:
لا تدخلوا الجنة حتى تؤمنوا، ولا تؤمنوا حتى تحابوا، أوَلا أدلكم على شيء إذا فعلتموه تحاببتم؟ أفشوا السلام بينكم
"Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman, sampai kalian saling mencintai. Apakah kalian ingin aku tunjukkan sesuatu yang jikalau kalian melakukannya, maka kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian."
Dan, ini bukan sekadar kepada orang yang kita kenal, namun juga yang tidak kita kenal. Dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bin Amr, ada seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw tentang amalan apakah yang terbaik dalam Islam. Beliau menjawab, "Anda memberi makan (kepada orang lain), kemudian Anda mengucapkan salam kepada orang yang Anda kenal dan tidak Anda kenal."
Semakin sering mengucapkan salam dan semakin lengkap ucapan salamnya, maka semakin banyak pahalanya. Dalam riwayat al-Turmudzi, dari Imran bin Hushain, ada seseorang mendatangi Nabi Muhammad Saw dan berucap, "Assalamualaikum." Beliau berkata, "sepuluh (pahala)." Kemudian datang lagi yang lainnya dan mengatakan, "Assalamualaikum warahmatullah." Beliau berkata, "Dua puluh." Kemudian datang lagi yang lainnya dan berkata, "Assalamualaikum warahmatullah wa barakatuhu." Beliau berkata, "Tiga puluh."
Ringan. Banyak pahala.
Kita bisa mengucapkan salam ketika masuk rumah, kepada teman-teman di tempat kerja, kepada para pedagang dan pembeli yang ditemui di pasar, kepada orang-orang yang ditemui di jalan, kepada orang-orang yang kita temui di bis, kereta, pesawat, dan lain sebagainya.
Termasuk kalau mendapati perkumpulan, maka ini juga kesempatan mendapatkan pahala salam. []
Sunnah Mengakhirkan Sahur
Sunnah yang satu ini, akan memberikan kepada kita kemampuan untuk menjalani puasa, kemudian juga memberikan kekuatan untuk memikul ujian lapar dan dahaga.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik, dari Zaid bin Tsabit yang suatu hari bercerita, "Kami pernah bersahur bersama Nabi Muhammad Saw, kemudian kami bangkit mengerjakan shalat." Kemudian Anas bin Malik bertanya, "Berapa jarak antara Azan dan Sahur." Ia menjawab, "Sekadar 50 ayat."
Jadi, jarak antara sahur dengan Subuh itu hanya beberapa menit saja.
Kita sendiri, mungkin juga banyak yang lainnya, seringkali menunda sahur dengan niat untuk kuat berpuasa, tapi tidak disertai niat untuk mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw. Idealnya, kita niatkan kebaikan tersebut.
Jangan juga ada yang berkata, "Saya kuat puasa tanpa sahur." Iya, mungkin kuat, tapi kita kehilangan sunnah. Sahur itu bukan sekadar untuk kekuatan berpuasa. Lebih dari itu mengikut sunnah Nabi Muhammad Saw.
Dan lebih parah lagi, bisa jadi kita masuk ke dalam kelompok yang tidak berpaling dari Sunnah Nabi Muhammad Saw.
"Bersahurkanlah kalian," Sabda Nabi Saw, sebagaimana diriwayatkan Muslim. "Sesungguhnya dalam sahur itu ada keberkahan."[]
Sunnah Berbagi Hadiah
تَهَادُوا تَحَابُّوا
"Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai."
Ada kebahagiaan tersendiri yang akan dirasakan ketika seseorang mendapatkan hadiah dari orang lain. Walaupun mungkin yang diberikan itu hanya sesuatu yang sederhana. Disitulah bentuk perhatiannya. Rasa cinta dan kasih sayang di antara sesama akan semakin tumbuh merekah.
Makanya, Nabi Muhammad Saw menerima hadiah sederhana sekalipun. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Anas bin Malik radhiyallahu anhu bercerita bahwa Barirah menghadiahkan daging kepada Nabi Saw.
Daging tersebut pada awalnya adalah sedekah yang diberikan kepada Barirah. Beliau pun menerimanya dan berkata:
هُوَ لَهَا صَدَقَةٌ وَلَنَا هَدِيَّةٌ
"Baginya sedekah, bagi kita hadiah."
Hadiah tipis-tipis minimalis, sudah masuk ke dalam kesunnahan ini. Disesuaikan dengan kemampuan. Semakin besar, tentunya semakin baik.
Menghadiahkan buku atau pakaian atau makanan atau pulpen, dan lain sebagainya, mungkin beberapa contoh yang bisa dijadikan inspirasi. Bisa dihadiahkan kepada siapa saja; Orangtua, Suami atau Istri, Teman, Kerabat. []
Sunnah Tasyahhud Setelah Berwudhu'
Dalam hadits riwayat Muslim, dari Uqbah bin Amir, Rasulullah Saw bersabda, "Tidak seorang pun di antara kalian berwudhu, kemudian menyempurnakannya, kemudian membaca:
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
"Saya bersaksi bahwa tidak ada Ilah melainkan Allah SWT semata, tidak sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.' Kecuali dibukakan baginya pintu surga yang delapan. Ia bisa masuk dari pintu mana pun diinginkannya."
Jikalau kita mau menambah kebaikan lagi, bisa ditambahkan dengan doa pendek. Diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari Umar bin al-Khattab radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda:
"Siapa yang berwudhu, kemudian memperbagus wudhunya, kemudian membaca:
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِى مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ
"Saya bersaksi bahwa tidak ada Ilah melainkan Allah SWT semata, tidak sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Ya Allah, jadikanlah diriku bagian dari orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah diriku bagian dari orang-orang yang menyucikan diri.' Kecuali dibukakan baginya pintu surga yang delapan. Ia bisa masuk dari pintu mana pun diinginkannya."
Ya, tidak makan waktu lama untuk sunnah ini. Maka, mari berusaha bersama-sama mengamalkannya. Agar Allah SWT membukakan bagi kita pintu surga yang delapan. Kemudian kita bisa masuk dari pintu mana pun.
Subhanallah. Walhamdulillah. Allahu Akbar. []