Awal Menentukan Akhir

Awal Menentukan Akhir


Hikmah Kedua Puluh Delapan

مَنْ أَشْرَقَتْ بِدَايَتُهُ أَشْرَقَتْ نِهَايَتُهُ

“Barangsiapa yang awalnya bersinar, maka akhirnya juga akan bersinar.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Barangsiapa yang menjalani kehidupannya semenjak awal berdasarkan sunnah, maka ia akan Istiqamah dan mendapatkan akhir kehidupan yang baik. Dan barangsiapa yang awal kehidupannya sudah dipenuhi Bid’ah, maka akhirnya akan mendapatkan kesengsaraan dan derita tiada akhir. 

Hikmah ini juga bisa dipakai untuk seseorang yang sedang belajar atau usaha. Maksudnya, seseorang yang bekerja keras dan bersemangat menjalani kehidupan studynya, maka dia akan mendapatkan masa depan yang baik. Sebaliknya, seseorang yang memulai studynya dengan malas-malasan dan tidak mengenal waktu, maka dia akan mendapatkan masa depan yang curam. Begitu juga halnya dengan bisnis, barangsiapa yang di awalnya sudah bekerja keras dan banting tulang, maka dia akan mendapatkan hasil yang baik dan keuntungan yang besar. Sebaliknya, seorang pebisnis yang malas-malasan, maka dia hanya akan bisa meratapi kegagalannya dan kerugian yang tidak terhingga. 

Awal sesuatu akan menuntukan akhirnya. Ahli ibadah akan berakhir dengan Husnul Khatimah. Dan Ahli Maksiat akan berakhir dengan Suul Khatimah. 

Tanda Sukses

Tanda Sukses


Hikmah Kedua Puluh Tujuh

مِنْ عَلَامَاتِ النَّجْحِ فِي النِّهَايَاتِ الرُّجُوْعِ إِلَى اللهِ فِي الْبِدَايَاتِ

“Di antara tanda sukses di akhir perjalanan adalah kembali kepada Allah Swt di awalnya.”


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]

 

Di antara tanda yang menunjukkan seseorang mendapatkan tujuannya di akhir perjalanannya adalah kembalinya kepada Allah Swt di awal perjalanannya. Jikalau semenjak langkah pertama dia sudah melandaskan perjalanannya di atas tuntutan-Nya yang terdapat dalam Al-Quran Al-Karim dan tuntutan Rasulullah Saw dalam Hadits-Haditsnya, maka dia akan mendapatkan kesuksesan besar di akhirnya. 

Ini adalah sebuah keniscayaan. Jikalau Anda, misalnya, memulai pendidikan dengan jalan yang benar, tidak pernah menipu, menyontek dan sebagainya, maka perjalanan hidup Anda akan dipenuhi keberkahan. Seakan-akan Anda tidak pernah merasakan kesusahan dalam hidup. Perjalanannya lancar-lancar saja. 

Awal yang baik adalah langkah menuju masa depan yang lebih baik. 

Memohon Kepada Allah Swt

Memohon Kepada Allah Swt


Hikmah Kedua Puluh Enam

مَا تَوَقَّفَ مَطْلَبٌ أَنْتَ طَالِبُهُ بِرَبِّكَ وَلَا تَيَسَّرَ مَطْلَبٌ أَنْتَ طَالِبُهُ بِنَفْسِكَ

“Permintaan tidak akan terhenti, selama engkau memintanya kepada Tuhanmu. Dan permintaan itu tidak akan mudah, jikalau engkau memintanya dengan dirimu sendiri.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Selama Anda meminta kepada Allah Swt, Tuhan Penguasa dan Pencipta segala sesuatu, maka Anda akan mendapatkan hasilnya. Segala keputusan berada di tangan-Nya. Jikalau Dia memutuskan, bahwa Anda berhak mendapatkan sesuatu, maka Anda akan mendapatkannya. Jikalau Dia memutuskan, bahwa Anda belum berhak memilikinya, maka Anda belum akan mendapatkannya. Berdoalah dan memintalah kepada-Nya, maka Anda tidak akan pernah dihinggapi rasa kecewa. 

Sebaliknya, jikalau Anda meminta dan hanya mengandalkan diri sendiri yang penuh dengan kelemahan dan kelalaian, maka Anda tidak akan pernah mendapatkannya. Anda hanyalah makhluk yang  terbatas, yang tidak punya kuasa sedikitpun. Tanpa bantuan-Nya dan rezki-Nya, maka Anda akan mati tidak berdaya. 

Kekeruhan Dunia

Kekeruhan Dunia


Hikmah Kedua Puluh Lima

لَا تَسْتَغْرِبْ وُقُوْعَ الْأَكْدَارِ مَا دُمْتَ فِي هَذِهِ الدَّارِ فَإِنَّهَا مَا أَبْرَزَتْ إِلَّا مَا هُوَ مُسْتَحِقُّ وَصْفِهَا وَوَاجِبُ نَعْتِهَا

“Janganlah heran dengan berbagai kekeruhan selama engkau masih berada di dunia ini, karena tidaklah ia tampak kecuali itu adalah sifat wajibnya.”


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Janganlah Anda merasa heran dengan kekeruhan-kekeruhan yang ada di dunia ini, karena ia adalah negeri yang dipenuhi fitnah, gejolak, pertumpahan darah, kesedihan dan sebagainya. Apakah Anda tidak menyaksikan, bagaimana pertumpahan yang terjadi hampir setiap detik di dunia ini?! Apakah Anda tidak menyaksikan, bagaimana peperangan merenggut ribuan nyawa tak berdosa?! Apakah Anda tidak menyaksikan, bagaimana anak-anak kecil kelaparan di benua Afirika?!

Itu adalah dunia. Dan itu adalah kekeruhannya. Jikalau Anda ingin mendapatkan cahaya terang dan kebahagiaan abadi, maka itu hanyalah ada di Akhirat kelak. Dan itupun tergantung amal kebaikan Anda selama berada di dunia ini. Jikalau Anda baik, maka Anda akan mendapatkan surga-Nya dan merasakan kenikmatan abadi. Jikalau Anda jahat dan pelaku maksiat, maka Anda akan diliputi kesengsaraan yang tiada akhir. 

Apapun yang ada di dunia ini, baik uang, jabatan, ketenaran dan sebagainya, maka itu hanyalah kekeruhan. Banyak orang rela berkelahi dan gontok-gontokan demi mendapatkan jabatan. Dan tidak sedikit orang yang rela angkat senjata, demi mendapatkan sedikit materi. Itulah dunia. Semuanya kekeruhan. []

Jangan Terlena Oleh Urusan Dunia

Jangan Terlena Oleh Urusan Dunia


Hikmah Kedua Puluh empat

لَا تَتَرَقَّبْ فُرُوْغَ الْأَغْيَارِ فَإِنَّ ذَلِكَ يَقْطَعُكَ عَنْ وُجُوْدِ الْمُرَاقَبَةِ لَهُ فِيْمَا هُوَ مُقِيْمُكَ فِيْهِ

“Jangan menunggu selesainya urusan-urusan dunia, karena hal itu jutsru akan membuatmu terputus dari pengawasan Allah Swt, yaitu pada kondisi yang engkau ditempatkan-Nya disana.”


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Ketika waktu bermunajat telah tiba, maka janganlah menunggu pekerjaanmu selesai terlebih dahulu. 

Hampirilah sang Penguasa, kemudian selesaikanlah urusan dunia Anda. Kententuan dan aturan yang dibuat-Nya bertujuan, agar Anda terlihat shaleh, baik zhahir maupun batin, serta dalam setiap urusan yang Anda jalani sehari-hari. 

Ketika bekerja, maka Anda akan selalu merasa di awasi-Nya, sehingga Anda tidak mau korupsi, baik korupsi harta, waktu, uang dan sebagainya. Ketika berdagang, maka Anda tidak ada hasrat untuk menipu dan merusak timbangan, karena Anda merasa berada di bawah pengawasan-Nya. 

Ketika Anda lalai dengan dunia dan menomor duakan-Nya setelah pekerjaan, maka rasa pengawasan-Nya akan hilang dari dalam diri Anda. 

Akhirnya, Anda akan mudah melakukan perbuatan jahat dan maksiat ketika sendirian, karena Anda merasa tidak ada yang mengawasi. Jikalau Anda pejabat, maka Anda akan menerima suap dengan mudah, tanpa memikirkan akibatnya, baik di dunia maupun di akhirat kelak. []