Merasakan Manisnya Iman

Merasakan Manisnya Iman


لا يذوق العبد حلاوة اﻹيمان حتى يأتيه البلاء من كل مكان 
Seorang Hamba Tidak Merasakan Manisnya Iman, Sampai Ujian Mendatanginya dari Segala Penjuru

Sufyan al-Tsauri
Kitab Tarikh Baghdad: 7/ 545
***

Iman merupakan gabungan dari 3 hal; terhunjam di dalam dada, terucap di lisan, dan teramal di anggota badan. Dan tidak bisa disebut keimanan yang hakiki, sampai ketiga hal ini menyatu dalam diri seseorang. 

Salah satu kenikmatan dari Iman ini adalah rasa manisnya. Rasa itulah yang membuat Bilal bin Rabah mampu bertahan ketika diletakkan batu besar di dadanya oleh Umayyah bin al-Khalaf; yang membuat Asiyah binti Muzahim mampu bertahan ketika diikat kedua pancang di kedua tangannya dan di kedua kakinya, kemudian ditarik sekuat-kuatnya atas titah Firaun suaminya sendiri. 

Dan rasa manis itu tidak bisa didapatkan begitu mudahnya. Diuji dulu dengan berbagai ujian, sampai kepada puncaknya, Allah SWT kembalikan semua kenikmatan. Lihatlah Nabi Ayyub dengan penyakit di badannya dan kehilangan hartanya. Lihatlah Nabi Yusuf dengan perjalanan hidupnya sampai menjadi pemimpin Mesir. Lihatlah Nabi kita Muhammad Saw dengan dakwahnya di Makkah dengan segala ujiannya dan mendapatkan penerimaan dan kemenangan di Madinah. 

Rasa manis itu setelah beratnya ujian. Semoga Allah SWT memberikan kita kenikmatan iman dan kekuatan memikul ujiannya. []
Jawaban Ketus

Jawaban Ketus


Jawaban Ketus...
Kadangkala dibutuhkan untuk orang yang bertanya pertanyaan yang tidak penting, tidak berorientasi amal. Sekadar canda dan menghabiskan waktu.

Suatu hari, seseorang bertanya kepada 'Amir al-Sya'bi tentang siapa istri Iblis.
"Nah, saya ga hadir di pernikahannya!," Jawabnya ketus

Di waktu lainnya, seseorang lainnya bertanya mengenai cara menyela-nyela jenggot yang tebal ketika berwudhu.
"Direndam saja semalaman!," Jawabnya

Kadangkala, memang perlu diperhatikan juga ke pihak yang bertanya, mungkin dengan melihat indikasinya, bertanya serius atau sekadar uji-uji yang membosankan. []
Amalan Apa yang Akan Kita Banggakan?

Amalan Apa yang Akan Kita Banggakan?


Ibn al-Jauzi...
Dengan wasilahnya
Lebih dari 20.000 Yahudi dan Nashrani masuk Islam.
Dengan wasilahnya
Lebih dari 100.000 Muslim kembali ke jalan hidayah; jalan kebenaran; jalan Allah SWT.
Suatu hari, ia berpesan kepada para muridnya:
"Jikalau kalian masuk surga, kemudian kalian tidak mendapatiku, maka katakan, "Wahai Rabb, hamba-Mu Fulan, dahulu mengingatkan kami akan diri-Mu."
Kemudian, ia menangis.

Kita...
Entah amalan apa yang akan diandalkan
Hanya berharap rahmat Allah SWT dengan amal-amal receh, yang kadang kita sendiri meragu; entah ikhlas entah tidak.
Ya Rabb...[]
Siksaan Dipisahkan dengan Kekasih

Siksaan Dipisahkan dengan Kekasih


Ketika Burung Hud-Hud terlambat datang dan tidak ada dalam barisan, Nabi Sulaiman alahissalam mengatakan:
لَأُعَذِّبَنَّهُ عَذاباً شَدِيداً أَوْ لَأَذْبَحَنَّهُ
"Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang pedih atau Aku benar-benar akan menyembelihnya."
(Surat al-Naml ayat 21)
Imam al-Qusyairi menafsikan "siksaan yang pedih" itu dengan memisahkannya dari pasangannya (orang yang dikasihinya).

Yup, berpisah dengan orang yang dicintai adalah siksaan. Dalam riwayat dijelaskan "Firaq al-Ahl Adzab; Berpisah dengan Keluarga itu adalah Siksaan"
Utamanya, siksaan Batin. al-Ghurbah; Kesepian.

Makanya, Dalam Safar, bukan saja capek dan lelahnya badan yang dihadapi, selain menghabiskan uang dan materi, tapi lebih dari itu adalah siksaan hati, jauh dari yang terkasih.

Orang-orang yang pernah berjarak jauh dengan pasangannya, baik suami atau istri atau anak-anaknya, pasti pernah merasakan derita dipisahkan jarak. []
Ketika Ada yang Berghibah

Ketika Ada yang Berghibah


من نقَل إلَيك حديثًا فاعلم أنَّهُ ينقلُ إِلى غَيرك حَديثَك
Siapa yang Mengantarkan kepadamu Suatu Pembicaraan (Ghibah), Maka Ketahuilah ia juga Menghantarkan Kepada Selainmu Pembicaraan (Ghibah) Tentang Dirimu

Hasan al-Bashri
Kitab Tanbih al-Ghafilin: 173
***

Kaedah Umumnya: Siapa yang membawakan atau menceritakan berita Ghibah kepada Anda, maka yakinlah ia juga membawa berita Ghibah tentang Anda kepada yang lainnya. 

Tukang Ghibah itu orang yang buruk, kata Said ibn al-Musayyib. Majelis Ghibah itu Mar'a al-Li'am (tempat kumpulnya manusia -manusia yang buruk). 

Dan Manusia yang buruk itu, tidak mengenal kesetiaan dalam persahabatan; tidak langgeng kasih sayangnya dan tidak bisa dipegang kesetiaannya. 

Orang seperti itu, cukup jadikan teman saja. Mnjadikannya sahabat dekat, mungkin perlu dipikirkan. Bukan berarti tidak mau berteman juga. 

Tugas kita, menasehatinya, mengajak kepada kebaikan, siapa tahu ia mendapatkan hidayah, kemudian menjadi manusia-manusia baik dan terbaik di hadapan Allah SWT. []