Bagaimana Allah Swt Bisa Terhijab?!

Bagaimana Allah Swt Bisa Terhijab?!


Hikmah Ketujuh Belas

Bagaimana Allah Swt Bisa Terhijab?!

كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجِبَهُ شَيْءٌ وَهُوَ الَّذِي أَظْهَرَ كُلَّ شَيْءٍ. كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجِبَهُ شَيْءُ وَهُوَ الَّذِي ظَهَرَ بِكُلِّ شَيْءٍ. كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجِبَهُ شَيْءٌ وَهُوَ الَّذِي ظَهَرَ فِي كُلِّ شَيْءٍ. كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجِبَهُ شَيْءٌ وَهُوَ ظَهَرَ لِكُلِّ شَيْءٍ. كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجِبَهُ شَيْءٌ وَهُوَ الظَّاهِرُ قَبْلَ وُجُوْدِ كُلِّ شَيْءٍ. كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجِبَهُ شَيْءٌ وَهُوَ أََظْهَرُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ. كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجِبَهُ شَيْءٌ وَهُوَ الْوَاحِدُ الَّذِي لَيْسَ مَعَهُ شَيْءٌ. كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجِبَهُ شَيْءٌ وَهُوَ أَقْرَبُ إِلَيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ. كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجِبَهُ شَيْءٌ وَلَوْلَاهُ مَاكَانَ وُجُوْدُ كُلِّ شَيْءٍ. يَا عَجَبًا, كَيْفَ يَظْهَرُ الْوُجُوْدُ فِي الْعَدَمِ. أَمْ كَيْفَ يَثْبُتُ الحْاَدِثُ مَعَ مَنْ لَهُ وَصْفُ الْقِدَمِ

“Bagaimana bisa dibayangkan, bahwa Allah Swt terhijab oleh sesuatu; padahal Dia lah yang menampakkan segala sesuatu. Bagaimana bisa dibayangkan, bahwa Dia terhijab oleh sesuatu; padahal Dia tampak di segala sesuatu. Bagaimana bisa dibayangkan, bahwa Dia terhijab oleh sesuatu; padahal Dia tampak dalam segala sesuatu. Bagaimana bisa dibayangkan, bahwa Dia terhijab oleh sesuatu; padahal Dia tampak untuk segala sesuatu. Bagimana bisa dibayangkan, bahwa Dia terhijab oleh sesuatu; padahal Dia telah tampak sebelum segala sesuatu. Bagaimana bisa dibayangkan, bahwa Dia terhijab oleh segala sesuatu; padahal Dia lebih tampak dari segala sesuatu. Bagaimana bisa dibayangkan, bahwa Dia terhijab oleh sesuatu; padahal Dia adalah Zat yang Maha Esa dan tidak sesuatupun yang bersama-Nya. Bagaimana bisa dibayangkan, bahwa Dia terhijab oleh sesuatu; padahal Dia lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu. Bagaimana bisa dibayangkan, bahwa Dia terhijab oleh sesuatu; padahal jikalau bukan karena-Nya, maka tidak akan ada segala sesuatu. Sungguh menakjubkan, bagaimana wujud itu bisa ada di dalam ketiadaan. Atau bagaimana sesuatu yang baru bisa menetap bersama sesuatu yang memiliki sifat  Maha Terdahulu.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]

***


Bagaimana akal sehat bisa membayangkan, bahwa Allah Swt yang menciptakan segala sesuatu, bisa dihalangi oleh makhluk yang diciptakan-Nya. Ini adalah sebuah kemustahilan yang tidak mungkin diyakini dan dipercayai, kecuali oleh orang-orang yang ada masalah di otaknya. Sedangkan orang-orang yang berakal sehat, maka mereka tidak akan pernah mempercayainya. 

Bagaimana akal sehat akan membayangkan, bahwa Dia akan terhijab oleh segala sesuatu yang justru menampakkan kekuasaan-Nya. Dia ada di segala sesuatu, di dalamnya dan untuknya, yaitu sifat-sifatNya yang menunjukkan jati diri-Nya. Jikalau Anda melihat ibu yang mengasihi anak-anaknya dan sangat menyayanginya, maka ketahuilah bahwa kasih sayang-Nya melebihi semua itu. Jikalau Anda melihat seorang yang dermawan dan mengeluarkan bagian hartanya tanpa berfikir panjang, maka ketahuilah bahwa Dia lebih dermawan dari itu. 

Bagaimana akal sehat akan membayangkan, bahwa Dia akan terhijab oleh sesuatu; padahal Dia adalah Zat yang pertama kali ada, dan tidak ada sesuatu sebelum-Nya. Dia adalah yang pertama, dan Dia adalah yang terakhir. Semua kekuasaan dan kehendak berada di tangan-Nya. Jikalau Dia menginginkan sesuatu, maka Dia cukup mengatakan: Terjadilah, maka ia akan terjadi. 

Bagaimana akal sehat akan membayangkan, bahwa Dia akan terhijab oleh sesuatu; padahal Dia adalah Zat yang Maha Kuasa terhadap segala sesuatu. Coba Anda sebutkan satu persatu makhluk yang ada di semesta ini, maka tidak ada satupun yang mampu melampaui kekuasaan-Nya. Bagaimana mungkin seorang makhluk mampu melampui kekuasaan Khalik-Nya. Tidak ada akal sehat yang mampu menerima pernyataan ini. 

Bagaimana mungkin akal sehat akan membayangkan, bahwa Dia akan terhijab oleh sesuatu padahal Dia adalah Zat yang Maha Esa. Dia adalah Tunggal, dan tidak ada seorangpun yang bersama-Nya. Dia tidak memiliki anak dan tidak pula diperanakkan, serta tidak ada seorangpun yang sepadan dengan-Nya. Ini sangat berbeda sekali dengan keyakinan orang-orang Nashrany yang mengatakan, bahwa Tuhan itu tiga dalam satu: Tuhan Ayah, Tuhan Ibu dan Tuhan Anak. Ini adalah pemikiran kacau yang sulit, bahkan tidak mungkin diterima logika. 

Bagaimana mungkin akal sehat akan membayangkan, bahwa Dia akan terhijab oleh sesuatu; padahal Dia lebih dekat kepada hamba-Nya dan makhluk-Nya dari segala sesuatu. Dia selalu mengawasi di setiap waktu. Dia tahu apa yang dikerjakan makhluk-Nya. Dia bisa melihat apa yang dilakukan semut hitam di kegelapan malam, dan debu kecil yang beterbangan di hembus angin. Intinya, Dia bisa melihat apapun yang terjadi di alam semesta ini, sehingga Dia tidak mungkin terhijab oleh sesuatu yang berada di bahwa kuasa-Nya. 

Bagaimana mungkin akal sehat akan membayangkan, bahwa Dia akan terhijab oleh sesuatu; pahadal jikalau bukan karena diri-Nya, maka sesuatu tidak ada. Bagaimana Dia akan terhijab oleh makhluk; padahal makhluk itu adalah ciptaan-Nya. Bagaimana mungkin ia akan terhijab oleh setan; padahal setan itu adalah makhluk-Nya dan berada di bawah kekuasaan-Nya. Jikalau Dia mengatakan: Mati, maka semuanya akan mati tiada bernyawa lagi. 

Sungguh menakjubkan, bagaimana mungkin sesuatu yang awalnya tidak ada dan kemudian diciptakan, ia bisa menempati posisi Zat yang Maha berdiri sendiri dan Maha Awwal. Dan bagaimana mungkin sesuatu yang baru bisa disandingkan dengan sesuatu yang bersifat Qidam. Ini adalah sebuah kemustahilan yang nyata. 

Ingatlah, bahwa wujud yang sebenarnya adalah wujud Allah Swt. Sedangkan Anda dan seluruh makhluk-Nya adalah sesuatu yang diciptakan dan berada di bawah genggaman-Nya. Wujud Anda sama dengan ketiadaan. Anda tidak memiliki kuasa apapun. Jikalaupun Anda seorang raja atau penguasa, maka kekuasaan Anda hanyalah pinjaman belaka, dan berhak diambil oleh pemiliknya suatu hari nanti; sebagaimana halnya nyawa yang berada di dalam diri Anda. []