Konsentrasi dengan Tujuan

Konsentrasi dengan Tujuan


Hikmah Kedua Puluh Satu

مَا أَرَادَتْ هِمَّةُ سَالِكٍ أَنْ تَقِفَ عِنْدَ مَا كُشِفَ لَهَا إِلَّا وَنَادَتْهُ هَوَاتِفُ الحْقِيْقَةِ: الَّذِيْ تَطْلُبُ أَمَامَكَ. وَلَا تَبَرَّهَتْ ظَوَاهِرُ الْمُكَوَّنَاتِ إِلَّا وَنَادَتْكَ حَقِيْقَتُهَا: إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ

“Tidaklah semangat seorang Salik (ahli ibadah) ingin berhenti ketika dibukakan baginya (hal ghaib), kecuali seruan hakikat berkata kepadanya: Yang engkau cari berada di hadapanmu. Dan tidaklah ketika terlihat fenomena-fenomana indah di hadapannya, kecuali hakikat berkata kepadanya: Kami hanyalah fitnah, maka janganlah engkau kufur.”


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam Ibn Athaillah al-Sakandari]

***

 

Ketika seorang Ahli Ibadah mampu mengetahui dan memahami rahasia-rahasia di balik sebuah kejadian, maka hendaklah semangatnya tidak melemah dan merasa telah mencapai tujuannya. Tidak, sama sekali tidak. Ia belum mencapai tujuannya. Ketika ia merasa sudah sampai di finish, maka hakikat akan memanggilnya dan menyerbunya bahwa tujuannya masih jauh di depan dan harus terus di tempuhnya. 

Ingatlah, bahwa jalan menuju Allah Swt adalah jalan panjang dan tidak akan pernah ada habisnya. Selama nyawa masih dikandung badan dan selama nafas masih berhembus, maka seorang hamba harus terus berusaha dan berlari menghampiri tujuannya. Jikalau ia sudah mencapai tingkat hikmah, maka itu hanyalah tahapan perjalanannya, belum ujungnya. 

Berapa banyak Anda saksikan fenomena di masyarakat, ketika seorang Ahli Ibadah tertipu oleh ibadahnya sendiri. Ketika ia mampu melakukan sesuatu yang luar biasa, maka ia takjub dan merasa telah mencapai maqam tertinggi. Tidak, sebenarnya tidak. Bisa jadi ia ditipu oleh setan, sehingga ia takjub dengan dirinya sendiri dan merasa sudah tidak membutuhkan ibadah lagi kepada-Nya. 

Janganlah Anda takjub melihat seseorang yang bisa melakukan perkara luar biasa, sampai Anda benar-benar menyaksikan ibadahnya, kedekatannya kepada Allah Swt dan kesesuaian amalannya dengan tuntunan Rasulullah Saw. 

Imam Al-Alusy mengatakan: 

“Jikalau engkau melihat seseorang yang mampu terbang di udara dan mampu berjalan di atas air, maka janganlah takjub dulu, sampai engkau melihat amalan-amalannya.” 

Dan jikalau Anda mendapatkan kenikmatan dunia, baik wanita, jabatan, kemewahan dan sebagainya, maka janganlah terlena. Apa yang ada dapatkan itu sama sekali tidak ingin dijadikan serikat/sekutu bagi Tuhannya. Semua itu hanyalah makhluk dan perhiasan belaka. Jikalau tidak hati-hati, maka Anda akan terlena dan larut dalam kefanaan, sehingga Anda melupakan ibadah kepada-Nya, bahkan menjauh sejauh-jauhnya. 

Na’udzubillah Min Dzalik.