Cahaya, Mata Hati dan Hati

Cahaya, Mata Hati dan Hati


Hikmah Kelima Puluh Sembilan

النُّوْرُ لَهَا الْكَشْفُ, وَالْبَصِيْرَةُ لَهُ الْحُكْمُ, وَالْقَلْبُ لَهُ الْإِقْبَالُ وَالْإِدْبَارِ

“Cahaya mampu membuka, mata hati mampu memberikan penilaian, hati mampu menghadap dan membelakangi.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Cahaya yang diberikan oleh Allah Swt kepada hati orang-orang yang beriman mampu menyingkap berbagai hakikat rahasia yang ada di alam semesta ini. Ketika ada suatu kejadian yang tabu di mata manusia, maka ia bisa mengungkap hikmah yang ada di baliknya. Dan itu hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang bersih hatinya. 

Mata hati mampu menilai sesuatu sesuai dengan kadar sebenarnya. Jikalau sesuatu itu benar, maka ia akan mengatakannya benar. Jikalau ia salah, maka ia akan mengatakannya salah. Mata hati itu tidak pernah berdusta. Jikalau, misalnya, Anda meragui sesuatu atau bimbang melakukannya, maka tanyalah mata hati Anda. Ia akan menjawabnya dengan jujur, dan tidak akan pernah berbohong. 

Sedangkan hati, ia selalu mengalami fluktuasi. Kadang-kadang tajam, dan kadang-kadang majal. Jikalau sedang bercahaya, maka ia bisa menyingkap hikmah dan rahasia yang ada di balik sesuatu. Dan ia hanya bisa diasah dengan ketaatan dan amal-amal shaleh. 

Jikalau ia sedang gelap, maka tidak ada sesuatupun rahasia yang bisa ditangkapnya. Ini adalah efek maksiat dan dosa yang dilakukannya. Semakin tebal debunya, maka akan semakin tertutup hatinya dari cahaya Allah Swt.