Maqbulnya Doa Ahmad bin Hanbal

Maqbulnya Doa Ahmad bin Hanbal


Suatu Hari, seseorang datang kepada Imam Ahmad dan berkata: 

"Ibuku difabel yang hanya bisa duduk di kursinya semenjak 20 tahun yang lalu. Ia mengutusku kepadamu, agar engkau mendoakan kebaikannya kepada Allah SWT." 


Wajah Imam Ahmad berubah, seolah-olah menunjukkan ketidaksukaannya atau ketidaknyamanannya, kemudian berkata: 

نحن أحوج أن تدعو هي لنا

"Kita lebih membutuhkan doa ibumu itu untuk kebaikan kita." 

Kemudian, Imam Ahmad berdoa kepada Allah SWT untuk kebaikan ibunya. 


Laki-laki pun pulang ke rumahnya, kemudian mengetuk pintu. 

Dan keluarlah ibunya menghampirinya, berdiri dengan kedua kakinya seraya berkata: 

 قد وهبني الله العافية

"Allah SWT sudah memberikan kesembuhan kepadaku."

(Kitab al-Bidayah wa al-Nihayah: 14/ 393)


Semoga Allah SWT merahmati Imam Ahmad bin Hanbal, merahmati kita semuanya. 


Yahya bin Main pernah berkata begini: 

أراد الناس منا أن نكون مثل أحمد بن حنبل ، لا والله ما نقوى على ما يقوى عليه أحمد، ولا على طريقة أحمد

Ada sekelompok orang di antara kami yang ingin seperti Ahmad bin Hanbal. Tidak demi Allah SWT, kita tidak akan kuat melakukan apa yang Imam Ahmad kuat melakukannya, dan tidak (juga tidak akan kuat) menempuh jalan Imam Ahmad." []

Ukhuwah Islamiyah: Ibarat Mata dan Tangan

Ukhuwah Islamiyah: Ibarat Mata dan Tangan


مثل الأخوة في الله ڪمثل اليد والعين فإذا دمعت العين مسحت اليد دمعها وإذا تألمت اليد بڪت العين لأجلها

Pemisalan Ukhuwwah di (jalan) Allah SWT, seperti Tangan dan Mata. Jikalau Mata Menangis, Maka Tangan akan Mengusap Air Matanya. Dan Jikalau Tangan Kesakitan, Maka Mata akan Menangis Karenanya

Syeikh al-Islam Ibn Taimiyah
(Kitab Majmu' al-Fatawa: 8/ 203)
***

Ukhuwwah; Persaudaraan di Jalan Allah SWT, tingkatan paling rendahnya adalah Salamah al-Shadr; hati selamat dari segala bentuk penyakit yang menyertainya. Tidak ada rasa iri, tidak ada rasa dengki, tidak ada rasa benci, dan lain-lain. 

Dan tingkatan paling tingginya adalah al-Itsar; kita mendahulukan saudara muslim lainnya dari diri sendiri. Salah satu contoh nyatanya adalah Itsar kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin. 

Maka, belumlah kita sampai ke tingkatan Ukhuwwah, sampai hati ini selamat dari penyakitnya terhadap Muslimnya. Jikalau masih ada dengki; iri; benci; dendam, al-Ghil, maka hak Ukhuwwah paling rendah pun belum terlaksana. []
Meragukan Allah SWT & Meyakini Setan

Meragukan Allah SWT & Meyakini Setan


قرأتُ في تسعين موضعاً من القرآن أن الله قدر الأرزاق وضمنها لخلقه، وقرأت في موضع واحد: {الشيطان يعِدُكم الفقر ويأْمُرُكُم بِالفحشاء}، فشككنا في قول الصادق في تسعين موضعاً! وصدقنا الكاذب في موضع واحد!

Aku membaca di 90 tempat di dalam al-Quran bahwa Allah SWT menakdirkan rezeki dan menjaminkan bagi makhluk-Nya. Dan aku hanya membaca di satu tempat "Setan menakut-nakuti dengan kefakiran dan memerintahkan kekejian", kemudian kita ragu dengan firman Zat yang Maha Besar di 90 tempat dan membenarkan Sang Pendusta (yang hanya ada) di satu tempat

Hasan al-Bashri
Dalam Kitab Qam' al-Hirsh bi al-Zuhd wa al-Qana'ah karya al-Qurthubi: 60
***

Kadangkala, Iman kita lebih tipis dari tisu yang paling tipis sekali pun. Kita seringkali mengucapkan di lisan kita, dan meyakini di dalam hati kita bahwa Allah SWT itu al-Raziq dan al-Razzaq; Zat yang Maha Memberikan Rezeki. Tapi nyatanya, perbuatan kita, sikap kita meragui apa yang kita ucapkan. Bahkan, mungkin menyelisihinya. 

Kita mengatakan dengan lisan kita, dan meyakini di dalam hati kita, bahwa setan itu musuh yang nyata; selalu mengajak kepada kebatilan; ke jalan-jalan yang mengarahkan ke Neraka. Tetapi nyatanya, perbuatan kita dan sikap kita mengingkari apa yang kita ucapkan dan apa yang kita yakini. 

Ya, Allah, kuatlah iman kami; mudahkan rezeki kami; jauhkan kami dari tipu daya setan. []
Jangan Bersahabat & Percaya dengan Fasik

Jangan Bersahabat & Percaya dengan Fasik


لا تُصادِقنَّ فاسقًا ولا تثق إليه،
فإنَّ مَن خان أوَّل مُنعمٍ عليه لا يفي لك
Janganlah engkau bersahabat dengan orang Fasik dan jangan percaya kepadanya. Sebab, orang yang khianat dengan Zat yang pertama kali memberikan nikmat kepadanya, maka ia tidak akan setia kepadamu

Ibn al-Qayyim al-Jauziyah
Dalam Kitab Bada'i al-Fawaid: 3/ 235
***

Fasik, berarti muslim yang masih hobi bermaksiat; sehari shalat, seminggu tidak; sehari puasa, sisanya tidak. Ibadahnya anyang-anyangan. Sekali tidak, sekali iya. 

Jikalau ibadahnya total tidak dilakukan, bukan fasik lagi namanya, namun status keislamannya dipertanyakan!

Bersahabat baik dengan fasik, tidak direkomendasikan. Janjinya tidak bisa dipegang; ucapannya diragukan. Apalagi jikalau kita menaruh kepercayaan atau amanah kepadanya.

Kenapa?
Jikalau kepada Allah SWT; Zat yang memberikannya kehidupan, mengaruniakannya berbagai kenikmatan, ia tidak bisa menjalankan amanah dan kewajiban dengan sebaik-baiknya, maka dengan selain-Nya akan lebih tidak amanah lagi. []
Merasakan Manisnya Iman

Merasakan Manisnya Iman


لا يذوق العبد حلاوة اﻹيمان حتى يأتيه البلاء من كل مكان 
Seorang Hamba Tidak Merasakan Manisnya Iman, Sampai Ujian Mendatanginya dari Segala Penjuru

Sufyan al-Tsauri
Kitab Tarikh Baghdad: 7/ 545
***

Iman merupakan gabungan dari 3 hal; terhunjam di dalam dada, terucap di lisan, dan teramal di anggota badan. Dan tidak bisa disebut keimanan yang hakiki, sampai ketiga hal ini menyatu dalam diri seseorang. 

Salah satu kenikmatan dari Iman ini adalah rasa manisnya. Rasa itulah yang membuat Bilal bin Rabah mampu bertahan ketika diletakkan batu besar di dadanya oleh Umayyah bin al-Khalaf; yang membuat Asiyah binti Muzahim mampu bertahan ketika diikat kedua pancang di kedua tangannya dan di kedua kakinya, kemudian ditarik sekuat-kuatnya atas titah Firaun suaminya sendiri. 

Dan rasa manis itu tidak bisa didapatkan begitu mudahnya. Diuji dulu dengan berbagai ujian, sampai kepada puncaknya, Allah SWT kembalikan semua kenikmatan. Lihatlah Nabi Ayyub dengan penyakit di badannya dan kehilangan hartanya. Lihatlah Nabi Yusuf dengan perjalanan hidupnya sampai menjadi pemimpin Mesir. Lihatlah Nabi kita Muhammad Saw dengan dakwahnya di Makkah dengan segala ujiannya dan mendapatkan penerimaan dan kemenangan di Madinah. 

Rasa manis itu setelah beratnya ujian. Semoga Allah SWT memberikan kita kenikmatan iman dan kekuatan memikul ujiannya. []
Jawaban Ketus

Jawaban Ketus


Jawaban Ketus...
Kadangkala dibutuhkan untuk orang yang bertanya pertanyaan yang tidak penting, tidak berorientasi amal. Sekadar canda dan menghabiskan waktu.

Suatu hari, seseorang bertanya kepada 'Amir al-Sya'bi tentang siapa istri Iblis.
"Nah, saya ga hadir di pernikahannya!," Jawabnya ketus

Di waktu lainnya, seseorang lainnya bertanya mengenai cara menyela-nyela jenggot yang tebal ketika berwudhu.
"Direndam saja semalaman!," Jawabnya

Kadangkala, memang perlu diperhatikan juga ke pihak yang bertanya, mungkin dengan melihat indikasinya, bertanya serius atau sekadar uji-uji yang membosankan. []
Amalan Apa yang Akan Kita Banggakan?

Amalan Apa yang Akan Kita Banggakan?


Ibn al-Jauzi...
Dengan wasilahnya
Lebih dari 20.000 Yahudi dan Nashrani masuk Islam.
Dengan wasilahnya
Lebih dari 100.000 Muslim kembali ke jalan hidayah; jalan kebenaran; jalan Allah SWT.
Suatu hari, ia berpesan kepada para muridnya:
"Jikalau kalian masuk surga, kemudian kalian tidak mendapatiku, maka katakan, "Wahai Rabb, hamba-Mu Fulan, dahulu mengingatkan kami akan diri-Mu."
Kemudian, ia menangis.

Kita...
Entah amalan apa yang akan diandalkan
Hanya berharap rahmat Allah SWT dengan amal-amal receh, yang kadang kita sendiri meragu; entah ikhlas entah tidak.
Ya Rabb...[]
Siksaan Dipisahkan dengan Kekasih

Siksaan Dipisahkan dengan Kekasih


Ketika Burung Hud-Hud terlambat datang dan tidak ada dalam barisan, Nabi Sulaiman alahissalam mengatakan:
لَأُعَذِّبَنَّهُ عَذاباً شَدِيداً أَوْ لَأَذْبَحَنَّهُ
"Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang pedih atau Aku benar-benar akan menyembelihnya."
(Surat al-Naml ayat 21)
Imam al-Qusyairi menafsikan "siksaan yang pedih" itu dengan memisahkannya dari pasangannya (orang yang dikasihinya).

Yup, berpisah dengan orang yang dicintai adalah siksaan. Dalam riwayat dijelaskan "Firaq al-Ahl Adzab; Berpisah dengan Keluarga itu adalah Siksaan"
Utamanya, siksaan Batin. al-Ghurbah; Kesepian.

Makanya, Dalam Safar, bukan saja capek dan lelahnya badan yang dihadapi, selain menghabiskan uang dan materi, tapi lebih dari itu adalah siksaan hati, jauh dari yang terkasih.

Orang-orang yang pernah berjarak jauh dengan pasangannya, baik suami atau istri atau anak-anaknya, pasti pernah merasakan derita dipisahkan jarak. []
Ketika Ada yang Berghibah

Ketika Ada yang Berghibah


من نقَل إلَيك حديثًا فاعلم أنَّهُ ينقلُ إِلى غَيرك حَديثَك
Siapa yang Mengantarkan kepadamu Suatu Pembicaraan (Ghibah), Maka Ketahuilah ia juga Menghantarkan Kepada Selainmu Pembicaraan (Ghibah) Tentang Dirimu

Hasan al-Bashri
Kitab Tanbih al-Ghafilin: 173
***

Kaedah Umumnya: Siapa yang membawakan atau menceritakan berita Ghibah kepada Anda, maka yakinlah ia juga membawa berita Ghibah tentang Anda kepada yang lainnya. 

Tukang Ghibah itu orang yang buruk, kata Said ibn al-Musayyib. Majelis Ghibah itu Mar'a al-Li'am (tempat kumpulnya manusia -manusia yang buruk). 

Dan Manusia yang buruk itu, tidak mengenal kesetiaan dalam persahabatan; tidak langgeng kasih sayangnya dan tidak bisa dipegang kesetiaannya. 

Orang seperti itu, cukup jadikan teman saja. Mnjadikannya sahabat dekat, mungkin perlu dipikirkan. Bukan berarti tidak mau berteman juga. 

Tugas kita, menasehatinya, mengajak kepada kebaikan, siapa tahu ia mendapatkan hidayah, kemudian menjadi manusia-manusia baik dan terbaik di hadapan Allah SWT. []
Tiba-Tiba Menjadi Tua

Tiba-Tiba Menjadi Tua


Kapan seseorang akan merasa tua?

Syeikh Shaleh bin Husain al-'Ayid punya jawabannya. "Seseorang itu masih akan merasa anak-anak sampai ibunya meninggal. Ketika ibunya meninggal, maka sekonyong-konyong ia menjadi tua."

Ditahun ini, mungkin sebagian kita ada merasa "tua". Ibunya sudah "dipanggil" Allah SWT. Sebagian lainnya mungkin sudah merasakannya semenjak beberapa tahun yang lalu.

Dan mungkin sebagian besarnya masih merasa "anak-anak" di samping ibunya. Beruntunglah. Harus disyukuri. Jangan lupa berbakti!

Ibu adalah magnet bagi anak-anaknya. Terutama anak laki-laki. Setua apapun seorang anak lelaki, jikalau ibunya masih ada, maka tempat untuk mencurahkan segala susah dan derita, cerita dan lara masih tetap ada.

Musthafa Mahmud tegas mengatakan, "orang yang merendahkan kedudukan wanita, saya berharap ia dikembalikan lagi ke masa kecilnya tanpa ibu." []