Jangan Tertipu Keadaan

Jangan Tertipu Keadaan


Hikmah Keempat Puluh Enam

رُبَمَا كُنْتَ مُسِيْئًا فَأَرَاكَ الْإِحْسَانَ مِنْكَ صُحْبَتُكَ مَنْ هُوَ أَسْوَأُ حَالًا مِنْكَ

“Barangkali engkau adalah seseorang yang buruk , kemudian kebaikan tampak dari dirimu karena bersahabat dengan orang yang keadaannya lebih buruk dari dirimu.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

{Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Bisa jadi keadaan lahir dan batin Anda kurang baik, namun karena Anda berteman dengan orang-orang yang keadaannya lebih buruk dari Anda, maka Anda kelihatan lebih baik dan lebih hebat. Ini adalah jebakan. Jikalau Anda tidak hati-hati, maka Anda akan terjebak dan merasa lebih baik dari orang lain. 

Misalnya, Anda berteman dengan orang yang lalai mengerjakan shalat, sedangkan Anda rajin mengerjakannya. Jikalau Anda tidak hati-hati, maka Anda akan terjebak, sehingga merasa lebih baik dan merasa lebih tinggi dari orang lain. 

Hindarilah hal ini dan jangan dekati. Dalam masalah ibadah, lihatlah orang yang lebih baik dari Anda dan bertemanlah dengannya. Jikalau Anda lalai mengerjakan ibadah sunnah, maka bertemanlah dengan orang yang rajin mengerjakannya. Anda akan merasa kecil di hadapannya dan tidak akan merasa bangga sedikitpun. 

Keadaan ini akan membuat Anda terpacu untuk melakukan ibadah serupa, bahkan berusaha lebih baik lagi. Dan tidak ada amalan yang lebih baik dari berpacu dalam kebaikan. Jangan pernah merasa sempurna, karena itu akan menghambat kemajuan Anda. 

Bersahabatlah dengan Orang yang Lebih Baik

Bersahabatlah dengan Orang yang Lebih Baik


Hikmah Keempat Puluh Lima

لَا تَصْحَبُ مَنْ لَا يَنْهَضُكَ حَالُهُ وَلَا يَدُلُّكَ عَلَى اللهِ مَقَالُهُ

“Janganlah bersahabat dengan orang yang kondisinya tidak membangkitkan semangatmu, dan perkataannya tidak mengantarkanmu menuju Allah Swt.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]

 

Jangan Anda bersahabat karib dengan orang-orang yang sama sekali tidak bisa membangkitkan semangat ibadahmu kepada Allah Swt. Seorang teman akan berpengaruh besar kepada temannya. Seseorang yang berteman dengan penjual minyak wangi, maka paling tidak ia akan mendapatkan bau wanginya. Seseorang yang berteman dengan tukang besi, maka paling tidak ia akan kena percikan apinya dan bau asapnya. 

Dan jangan juga terlalu dekat dengan orang-orang yang perkataannya sama sekali tidak mengantarkanmu mengenal-Nya. Berapa banyak manusia di dunia ini yang hampir seluruh perkataannya, hanyalah berisi candaan dan gurauan belaka. Tidak ada mamfaat atau ilmu yang bisa didapatkan dari kata-katanya. Setiap saat yang dibicarakannya hanyalah uang, materi, wanita dan sebagainya. 

Janganlah terlalu dekat dengan kedua kelompok ini, karena mereka hanya akan menggiring Anda menjauhi-Nya. Seseorang yang perkataannya tidak menuntun Anda untuk mengingat-Nya dan mendekatkan diri kepada-Nya, maka itu hanyalah kesia-siaan belaka. Anda akan menyesal di akhirat kelak, yaitu ketika amal kebaikan dihamparkan di hadapan Anda. 

Menuju Allah Swt

Menuju Allah Swt


 Hikmah Kempat Puluh Empat

لَا تَرْحَلْ مِنْ كَوْنٍ إِلَى كَوْنٍ فَتَكُوْنَ كَحِمَارِ الرَّحَى يَسِيْرُ وَالْمَكَانُ الَّذِي اْرتَحَلَ إِلَيْهِ هُوَ الَّذِي ارْتَحَلَ مِنْهُ, وَلَكِنِ ارْحَلْ مِنَ الْأَكْوَانِ إِلَى الْمُكَوِّنِ. وَإِنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى. وَانْظُرْ إِلَى قَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ. وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى الدُّنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَجَرَ إِلَيْهِ. فَافْهَمْ قَوْلَهُ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ وَتَأَمَّلْ هَذَا الْأَمْرَ إِنْ كُنْتَ ذَا فَهْمٍ

  “Janganlah berjalan dari suatu alam ke alam lainnya, sehingga engkau seperti keledai yang berputar-putar di tempat penggilingannya: Tempat tujuannya adalah tempat memulainya berjalan. Akan tetapi, berjalanlah dari alam semesta menuju Penciptanya. Kepada Tuhanmu lah segala sesuatu berakhir. Perhatikanlah sabda Rasulullah Saw: Barangsiapa yang hijrahnya menuju Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya untuk dunia yang diinginkannya atau perempuan yang akan dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan niatnya. Fahamilah sabda Rasulullah Saw, dan renungilah perkara ini, jikalau engkau mampu memahaminya.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Janganlah Anda hanya berputar-putar dari suatu alam ke alam lainnya, layaknya keledai di penggilingannya. Ia hanya bisa berjalan dan berputar di satu poros saja. Tempat memulainya berjalan merupakan tempat berakhirnya perjalanannya. Akan tetapi berjalanlah dari alam semesta yang fana ini menuju Allah Swt. 

Apa yang ada di dunia ini, baik harta, alam semesta, rumah dan sebagainya, itu hanyalah fatamorgana belaka. Jikalau Anda menjadikannya sebagai tujuan, maka Anda akan merugi. Jadikanlah diri-Nya sebagai tujuan, karena Dia adalah Zat yang Maha Kuasa. Jikalau Anda menjadikan-Nya sebagai tujuan, maka Anda akan mendapatkan dunia dan akhirat. Namun jikalau Anda hanya menjadikan dunia dan seisinya sebagai tujuan, maka Anda akan kehilangan-Nya. Wujud yang hakiki adalah wujud-Nya, yang tidak akan pernah lekang di makan zaman dan tidak akan pernah disentuh kebinasaan. ‘

Cobalah Anda perhatikan sabda Rasulullah Saw, “Barangsiapa yang hijrahnya untuk Allah Swt dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah untuk Allah Swt dan Rasul-Nya.” Maksudnya, jikalau Anda berjalan atau apapun yang Anda kerjakan untuk Allah Swt dan Rasul-Nya, maka Anda akan mendapatkan apa yang Anda niatkan. Anda akan mendapatkan keberkahan-Nya. Jikalau hidup sudah berkah, maka apapun yang Anda kerjakan tidak akan pernah sia-sia. Ibarat padi, maka tanaman yang Anda semai tidak akan pernah mengalami gagal panen. Perintah-Nya yang terdapat dalam Al-Quran Al-Karim, dan tuntunan Rasul-Nya yang terdapat dalam sunnahnya adalah penduan utama seorang muslim menjalani kehidupan dunia ini. 

Sebaliknya, barangsiapa yang hijrahnya hanyalah semata-mata ingin mendapatkan tujuan-tujuan duniawi, maka ia akan mendapatkan apa yang diinginkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, kira sering menyaksikan sosok yang menjadikan dunia tujuan hidupnya. Jikalau dia mengajar, maka tujuanlah adalah gaji belaka. Jikalau berbuat baik, maka tujuannya adalah upah. Dan banyak lagi perbuatan lainnya yang dilakukannya semata-mata mengharap sekeping uang. 

Tidak terlintas dalam fikirannya, bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sementara. Apa yang ada akan sirna. Tubuh yang kuat akan lemah. Gigi yang bagus akan rontok. Rambut yang hitam akan memutih. Tenaga yang kuat akan melemah. 

Tidak ada jalan lain. Jikalau kita ingin kebahagiaan sejati, maka kita harus mengikuti tuntutunan-Nya dan Rasul-Nya. Hendaklah kita menjadikan ridho-Nya sebagai tujuan. Jangan sampai niat kita tercampuri unsur-unsur yang justru akan melemahkannya. 

Lari dari Allah Swt

Lari dari Allah Swt


Hikmah Keempat Puluh Tiga

الْعَجَبُ كُلَّ الْعَجَبِ مِمَّنْ يَهْرَبُ مِمَّا لَا انْفِكَاكَ لَهُ عَنْهُ وَيَطْلُبُ مَا لَا بَقَاءَ لَهُ مَعَهُ. فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوْبُ الَّتِي فِي الصُّدُوْرِ

“Sungguh menakjubkan, seseorang yang lari dari sesuatu yang tidak  bisa dipisahlan dari dirinya, dan mencari sesuatu yang tidak abadi bersamanya. Sesungguhnya bukan matanyalah yang buka, akan tetapi mata hatinya yang berada di dalam dada.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Sungguh menakjubkan bagi orang-orang yang menggunakan akal fikiran mereka: Bagaimana seseorang mau lari dan melepaskan diri dari Allah Swt yang selalu ada bersamanya. Dia mengetahui semua yang dikerjakannya. Tidak ada satu rahasiapun yang tersembunyi dari-Nya. Dia mengetahui apa yang jatuh di kegelapan malam, dan apa yang ada di kedalaman laut. Dia adalah Zat yang Maha Dekat dengan hamba-Nya, bahkan lebih dekat dari urat lehernya sendiri. 

Bagaimanapun usaha Anda untuk menjauh dari-Nya, agar Anda bisa bebas dan tindak sesuka hati Anda, maka Anda tidak akan bisa melakukannya. Walaupuan Anda pergi ke luar angkasa yang tidak pernah ditempuh manusia, namun disana tetap berada di bawah kekuasaan-Nya. Selama sesuatu itu adalah makhluk, maka itu masih berada di bawah kendali-Nya. 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menyaksikan seseorang yang lari menjauhi-Nya dan berusaha mendekati selain-Nya. Berapa banyak orang yang rela meninggalkan shalat, karena sibuk bekerja. Padahal jikalau dihitung, shalat itu tidak menghabiskan banyak waktu, bahkan hanya sekitar 15 menit. Sama sekali tidak mengganggu pekerjaannya. 

Janganlah pernah menjauh dari-Nya, karena hanya tergila-gila dengan dunia. Bukanlah semua yang ada di dunia ini adalah karunia-Nya? Jikalau saja Dia menhentikan suplai rezki-Nya kepada Anda, maka apa yang bisa Anda lakukan?! Jikalau Anda bermaksiat kepada-Nya setiap hari, kemudian Dia memiskinkan Anda, maka apa yang bisa Anda lakukan?! 

Tidak ada. Anda hanyalah hamba yang lemah dan tidak berdaya. Ini adalah peringatan penting bagi kita semua. Jangan pernah meninggalkan-Nya dalam setiap amal perbuatan yang kita lakukan. Bahkan Dia adalah tujuan utama kita

Berbaik Sangka Kepada Allah Swt

Berbaik Sangka Kepada Allah Swt


Hikmah Keempat Puluh Dua

إِنْ لَمْ تُحْسِنْ ظَنَّكَ بِهِ لِأَجْلِ حُسْنِ وَصْفِهِ فَحَسِّنْ ظَنَّكَ بِهِ لِوُجُوْدِ مُعَامَلَتِه مَعَكَ. فَهَلْ عَوَّدَكَ إِلَّا حَسَنًا وَهَلْ أَسْدَى إِلَيْكَ إِلّا مِنَنًا

“Jikalau engkau tidak mampu berbaik sangka kepada Allah Swt karena kebaikan sifat-Nya, maka berbaik sangkalah kepada-Nya karena hubungan-Nya denganmu. Tidaklah ada yang dibiasakan-Nya kepadamu kecuali kebaikan, dan tidak ada yang diberikan-Nya kepadamu kecuali berbagai karunia.”


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Jikalau Anda tidak bisa berbaik sangka kepada-Nya, karena sifat-sifatnya yang Maha Agung lagi Maha Mulia, seperti Maha Pengasih, Maha Penyayang dan sebagainya, maka berbaik sangkakah kepada-Nya karena kebaikan-Nya kepadamu. Berapa kali Anda bermaksiat kepada-Nya dalam sehari, dalam satu jam, dalam satu menit, bahkan dalam satu detik, apakah Dia pernah membalasmu dengan kelaparan dan kefakiran, sehingga Anda tidak mendapatkan rezki-Nya sedikitpun pada hari itu?

Kemaksiatan yang sering Anda lakukan kepada-Nya selalu dibalasnya dengan karunia dan rezki-Nya. Tidak ada dalam kamus-Nya kata-kata “Menzhalimi HambaNya”. Dia adalah Zat yang maha Adil. Tidak ada cela dan keburukan dalam diri-Nya. Semua yang ditetapkan bagi para hamba-Nya adalah untuk kebaikan mereka juga. 

Apakah Anda tidak memperhatikan?! Semua yang diberikan-Nya kepada-Mu adalah kebaikan dan nikmat. Walaupuan Anda tidak shalat, tidak berpuasa, tidak mengeluarkan zakat dan sebagainya, namun Dia masih rela memberikan karunia-Nya kepadamu.