Menuju Allah Swt

Menuju Allah Swt


 Hikmah Kempat Puluh Empat

لَا تَرْحَلْ مِنْ كَوْنٍ إِلَى كَوْنٍ فَتَكُوْنَ كَحِمَارِ الرَّحَى يَسِيْرُ وَالْمَكَانُ الَّذِي اْرتَحَلَ إِلَيْهِ هُوَ الَّذِي ارْتَحَلَ مِنْهُ, وَلَكِنِ ارْحَلْ مِنَ الْأَكْوَانِ إِلَى الْمُكَوِّنِ. وَإِنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى. وَانْظُرْ إِلَى قَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ. وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى الدُّنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَجَرَ إِلَيْهِ. فَافْهَمْ قَوْلَهُ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ وَتَأَمَّلْ هَذَا الْأَمْرَ إِنْ كُنْتَ ذَا فَهْمٍ

  “Janganlah berjalan dari suatu alam ke alam lainnya, sehingga engkau seperti keledai yang berputar-putar di tempat penggilingannya: Tempat tujuannya adalah tempat memulainya berjalan. Akan tetapi, berjalanlah dari alam semesta menuju Penciptanya. Kepada Tuhanmu lah segala sesuatu berakhir. Perhatikanlah sabda Rasulullah Saw: Barangsiapa yang hijrahnya menuju Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya untuk dunia yang diinginkannya atau perempuan yang akan dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan niatnya. Fahamilah sabda Rasulullah Saw, dan renungilah perkara ini, jikalau engkau mampu memahaminya.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Janganlah Anda hanya berputar-putar dari suatu alam ke alam lainnya, layaknya keledai di penggilingannya. Ia hanya bisa berjalan dan berputar di satu poros saja. Tempat memulainya berjalan merupakan tempat berakhirnya perjalanannya. Akan tetapi berjalanlah dari alam semesta yang fana ini menuju Allah Swt. 

Apa yang ada di dunia ini, baik harta, alam semesta, rumah dan sebagainya, itu hanyalah fatamorgana belaka. Jikalau Anda menjadikannya sebagai tujuan, maka Anda akan merugi. Jadikanlah diri-Nya sebagai tujuan, karena Dia adalah Zat yang Maha Kuasa. Jikalau Anda menjadikan-Nya sebagai tujuan, maka Anda akan mendapatkan dunia dan akhirat. Namun jikalau Anda hanya menjadikan dunia dan seisinya sebagai tujuan, maka Anda akan kehilangan-Nya. Wujud yang hakiki adalah wujud-Nya, yang tidak akan pernah lekang di makan zaman dan tidak akan pernah disentuh kebinasaan. ‘

Cobalah Anda perhatikan sabda Rasulullah Saw, “Barangsiapa yang hijrahnya untuk Allah Swt dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah untuk Allah Swt dan Rasul-Nya.” Maksudnya, jikalau Anda berjalan atau apapun yang Anda kerjakan untuk Allah Swt dan Rasul-Nya, maka Anda akan mendapatkan apa yang Anda niatkan. Anda akan mendapatkan keberkahan-Nya. Jikalau hidup sudah berkah, maka apapun yang Anda kerjakan tidak akan pernah sia-sia. Ibarat padi, maka tanaman yang Anda semai tidak akan pernah mengalami gagal panen. Perintah-Nya yang terdapat dalam Al-Quran Al-Karim, dan tuntunan Rasul-Nya yang terdapat dalam sunnahnya adalah penduan utama seorang muslim menjalani kehidupan dunia ini. 

Sebaliknya, barangsiapa yang hijrahnya hanyalah semata-mata ingin mendapatkan tujuan-tujuan duniawi, maka ia akan mendapatkan apa yang diinginkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, kira sering menyaksikan sosok yang menjadikan dunia tujuan hidupnya. Jikalau dia mengajar, maka tujuanlah adalah gaji belaka. Jikalau berbuat baik, maka tujuannya adalah upah. Dan banyak lagi perbuatan lainnya yang dilakukannya semata-mata mengharap sekeping uang. 

Tidak terlintas dalam fikirannya, bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sementara. Apa yang ada akan sirna. Tubuh yang kuat akan lemah. Gigi yang bagus akan rontok. Rambut yang hitam akan memutih. Tenaga yang kuat akan melemah. 

Tidak ada jalan lain. Jikalau kita ingin kebahagiaan sejati, maka kita harus mengikuti tuntutunan-Nya dan Rasul-Nya. Hendaklah kita menjadikan ridho-Nya sebagai tujuan. Jangan sampai niat kita tercampuri unsur-unsur yang justru akan melemahkannya.