Kemuliaan Abadi

Kemuliaan Abadi


Hikmah Kedelapan Puluh Tujuh

إِنْ أَرَدْتَ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ عِزٌّ لَا يَفْنَى فَلَا تَسْتَعِزَّنَّ بِعِزٍّ يَفْنَى

“Jikalau engkau menginginkan kemuliaan abadi, maka jangan berbangga dengan kemuliaan yang fana.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Janganlah Anda mengharapkan kemuliaan yang akan fana, karena ia hanya akan membuat Anda tertipu. Di tengah-tengah masyarakat, kadang-kadang Anda mendapati seseorang yang dihormati karena hartanya semata, atau jabatannya, atau kedudukan terhormat lainnya. Itu hanyalah kemuliaan semu, yang akan berakhir seiring hilangnya semua materi itu. Misalnya, orang yang dihormati dan disegani karena hartanya, maka ia akan dijauhi ketika hartanya habis. Atau seorang pejabat yang dihormati karena jabatannya, maka ia akan ditinggalkan ketika jabatannya dilepaskannya. Itulah kemuliaan semu yang tidak akan abadi. 


Jikalau Anda menginginkan kemuliaan, maka mintalah dari Allah Swt, Zat yang Maha Mulia. Hanyalah Dialah yang bisa memuliakan siapapun yang diinginkan-Nya, dan menghinakan siapapun juga yang diinginkan-Nya. Salah satu syarat utama untuk mendapatkannya adalah dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. 


Ketika hati seseorang telah mendapatkan cahaya-Nya, maka ia akan memiliki wibawa di tengah-tengah masyarakat. Perkataannya akan didengarkan dan dituruti. Dan itu tidak akan dicabut; selama ia masih taat menjalankan semua perintah-Nya. 


Jadi, carilah kemuliaan abadi, jangan tertipu sanjungan dan kemuliaan semu