Permintaan Orang yang Arif

Permintaan Orang yang Arif


Hikmah Kedelapan Puluh 

مَطْلَبُ الْعَارِفِيْنَ مِنَ اللهِ تَعَالَى الصِّدْقُ فِي الْعُبُوْدِيَّةِ وَالْقِيَامُ بِحُقُوْقِ الرُّبُوْبِيَّةِ

“Permintaan orang-orang Arif kepada Allah Swt adalah kebenaran dalam Ubidiyyah dan menjalankan hak-hak Rububiyyah.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Orang yang Arif tidak terobsesi meminta sesuatu yang berhubungan dengan dunia. Rasanya sudah menyatu dengan ibadah, sehingga dalam fikirannya yang ada hanyalah ketaatan. Jikalau ada permintaannya, maka itu selalu berhubungan dengan upaya mendekatkan diri kepada-Nya. 

Sosok seperti ini hanyalah meminta kejujuran dalam ibadahnya, yaitu menempatkan-Nya sebagai Zat yang Maha Esa dan satu-satunya Penguasa di alam semesta ini. Ia menyadari bahwa dirinya tidak mampu memberikan mamfaat maupun mudharat kepada siapapun. Ia hanyalah hamba yang lemah dan tidak mampu mnelakukan apapun tanpa seizin-Nya. Oleh karena itu, ia selalu berusaha mengagungkan-Nya dan memuliakan-Nya, menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Ketaatan kepada-Nya adalah harga mati yang tidak bisa ditawar dengan apapun. 

Ia menghempaskan dirinya di hadapan-Nya untuk menyembah-Nya dan menghadapkan diri kepada-Nya. Jikalau ada yang diinginkan-Nya di dunia ini, maka itu hanyalah keridhoan-Nya. Hak Ubudiyyah adalah hak-Nya semata. Tidak ada seorangpun yang layak dan berhak memilikinya. Itu adalah hak Zat yang Maha Kuasa.