Anda Bukan Siapa-Siapa!

Anda Bukan Siapa-Siapa!


ليس من الرشد .. أن تصنف الناس إلى أعداء وأصدقاء وكاتك مركز الكون ! فهناك الكثيرون .. لم يعلموا بوجودك أصلاً

TIDAK LOGIS... JIKALAU ANDA MEMBAGI MANUSIA MENJADI MUSUH DAN TEMAN, SEOLAH- OLAH ANDA PUSAT SEMESTA. ADA BANYAK ORANG YANG SAMA SEKALI TIDAK MENGENAL ANDA. SAMA SEKALI


Syeikh DR. Salman al-Audah

***


Kadangkala, kita itu sok "iyes"; seolah-olah manusia paling berpengaruh di muka bumi; paling punya kuasa; paling berpengaruh. Padahal, kita ini bukan siapa-siapa. Jikalau dibilang terkenal, masih banyak yang tidak kenal kita siapa. Jikalau dibilang pintar, banyak disana yang lebih pintar. Jikalau dibilang lebih shaleh, banyak orang lain yang lebih shaleh. 


Jadi apa kelebihan kita? 

Di atas langit masih ada langit. 


Maka, jangan berlagak pula membagi manusia berdasarkan "syahwat" kita. Kalau sejalan dengan pikiran itu, itu golongan selamat. Dan kalau berbeda pikiran dengan kita, maka golongan celaka. 


Lihat diri kita! Kita berasal dari apa?!

Manusia akan Mengantuk Setelah Makan

Manusia akan Mengantuk Setelah Makan


 كُلّ دابة تعمل بعد الشبع،  إلّا ابن آدم إذا شبع رقد

Semua yang Melata di Muka Bumi akan Bekerja Setelah Kenyang. Kecuali Manusia; Jikalau Kenyang, ia akan Tidur


Imam Sahnun al-Maliki

(Dalam Kitab Tartib al-Madarik: 1/ 360)

***

Maka, hendaklah manusia  beramal dulu, kemudian baru makan kalau sudah waktunya makan. Kalau makan didahulukan, maka biasanya yang ada setelahnya: ngantuk, terus tidur. Minimal, tidak konsentrasi. 


Kira-kira begitu ^_^


Pandangan terbuka dikritik. Ini pandangan pribadi Imam Sahnun sepertinya. 


Makanya, dahulu Imam Sufyan al-TSauri mengatakan: 

اشبع الحمار ثم كده

"Keledai jikalau kenyang, maka ia akan bekerja (keras)." 

Masak kalah sama keledai?!

Maka, beliau setelah kenyang akan shalat sampai lelah sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT dengan anggota badannya, dan lisannya.

Membebaskan Diri dari Fanatisme Mazhab & Taklid Buta

Membebaskan Diri dari Fanatisme Mazhab & Taklid Buta


تحررت من العصبية المذهبية والتقليد الأعمى لزيد أو لعمرو مِن المتقدمين أو المتأخرين.. هذا مع التوقير الكامل لأئمتنا وفقهائنا، فعدم تقليدهم ليس حطًّا من شأنهم؛ بل سيرًا على نهجهم، وتنفيذًا لوصاياهم بألا نقلدهم ولا نقلد غيرهم ونأخذ من حيث أخذوا

Aku Membebaskan Diriku dari Fanatisme Mazhab dan Taklid Buta kepada Zaid atau Amr dari Kalangan Ulama Terdahulu (al-Mutaqaddimun) atau dari Kalangan Ulama Terkini (al-Mutaakkhirin). Dan ini (tentunya) Disertai dengan Penghormatan Penuh kepada Para Imam Kita dan Para Ahli Fikih Kita. Tidak Taklid kepada Mereka, Bukan Berarti Menjatuhkan Kedudukan Mereka, Bahkan itu (berarti) Menempuh Jalan (Manhaj) Mereka, Menjalankan Wasiat Mereka agar Kita Tidak Taklid Kepada Mereka dan Tidak juga Taklid kepada Selain Mereka. Kita Mengambil darimana Mereka Mengambil (Pendapat Mereka)

Syeikh DR. Yusuf al-Qaradhawi
@alqaradawy | 12.00 AM · 22 Sep 2023

Point Pertama
Semua kita, siapa pun itu, berkewajiban untuk membebaskan dirinya dari Fanatisme Mazhab dan Taklid Buta kepada siapa pun, baik Ulama dari kalangan Salaf maupun Khalaf. Kita perlu membuka hati dan pikiran terhadap pandangan-pandangan lainnya, selama pandangan itu memang berada di ruang yang diperbolehkan berbeda dalam Syariah. 

Point Kedua
Kita tidak Fanatik dan Taklid Buta, bukan berarti tidak menghormati para Ulama, para Ahli Fikih, ya!
Berbeda tetap harus menghormati. Jasa mereka sangat besar untuk Islam. Mereka sudah teruji zaman. Kita? Entah bisa selamat dari fitnah kehidupan ini atau tidak, hanya Allah SWT saja yang Maha Tahu. 

Point Ketiga
Ketika kita memilih untuk tidak Fanatik atau Taklid Buta, pada dasarnya kita menjalankan wasiat mereka. Dalam banyak riwayat dijelaskan, mereka melarang siapa pun untuk taklid kepada mereka dan memerintahkan untuk mengikuti kebenaran, dari siapa pun datangnya. 

Point Keempat
Kita mengambil pandangan dari hulu pandangan mereka, yaitu al-Quran dan Sunnah. Namun tentunya, tetap dengan memperhatikan pandangan para Imam. Bukan dengan akal kita sendiri mengolah kedua wahyu tersebut (al-Quran dan Sunnah) []
Perempuan Ini!

Perempuan Ini!


Mujalid bin Said al-Hamadany menceritakan, suatu hari gurunya al-Sya'bi sedang jalan bersama seorang wanita; bisa jadi istrinya atau seseorang yang sedang bertanya atau keperluan lainnya, kemudian seorang laki-laki yang kurang "cakap berpikirnya" bertanya:

"Siapa di antara kalian yang bernama al-Sya'bi."


"Perempuan ini!," Jawab al-Sya'bi kesal.


_ Jelas al-Sya'bi dikenal sebagai laki-laki. Dan yang ditanya cuman ada dua orang; satu laki-laki dan satu perempuan. Pasti yang laki-laki adalah al-Sya'bi, tanpa perlu ditanya.

Celana Jin

Celana Jin


Dahulu, dan mungkin sekarang, bagi orang Arab memakai celana itu sesuatu yang jarang dilakukan. Kalau tidak penting-penting amat, atau kalau bukan di moment-moment yang stylenya pakai celana, mungkin mereka tidak akan memakai celana.


Dalam Kitab Khazanah al-Adab karya al-Baghdadi diceritakan tentang seorang Arab Badui yang menemukan celana yang dibuang di sebuah jalan. 


Awalnya, ia menyangka itu adalah baju (kameja), bukan celana. Maka, ia pun mengambilnya, kemudian memasukkan kedua tangannya ke kedua bagian kaki celana. 


Nah, ketika ia hendak memasukkan kepalanya, ia tidak mendapati lobang masuknya sama sekali. 

"Saya rasa, ini bajunya Jin." 

Kemudian ia membuangnya. []

Menguji Keshahihan Cinta Kepada Allah SWT

Menguji Keshahihan Cinta Kepada Allah SWT


Bagaimana sih caranya agar kita bisa mengetahui, apakah kita mencintai Allah SWT atau tidak? Jangan-jangan, kita hanya mengaku-ngaku saja. Iya di lisan, tidak di hati dan perbuatan. 


Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu memberikan kuncinya kepada kita, dengan mengatakan: 

 من كان يحب أن يعلم أنه يحب الله ، فليَعرض نفسه على القرآن .. فإن أحب القرآن فهو يحب الله فإنما القرآن كلام الله

Siapa yang ingin mengetahui, apakah ia mencintai Allah SWT, maka hendaklah ia menguji dirinya dengan al-Quran; Jikalau ia mencintai al-Quran, maka berarti ia mencintai Allah SWT. Sebab, al-Quran adalah Kalamullah.


Maka, mari kita uji diri kita masing-masing!

Buka Mushaf, kemudian bacalah; apakah ada kenikmatan yang kita rasakan ketika membacanya? Atau justru sebaliknya, baru baca satu ayat, rasanya sudah bosan dan jenuh?


Itu juga yang dijelaskan oleh Utsman bin Affan radhiyallahu anhu: 

Jikalau hati kalian sehat; selamat, maka ia tidak akan puas dengan Kitab Rabbnya. 


Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang mencintai-Mu dan kalam-Mu. []

Agar Mendapatkan Kenikmatan Dunia & Akhirat

Agar Mendapatkan Kenikmatan Dunia & Akhirat


Ada 3 hal yang akan menyebabkan seorang hamba mendapatkan kenikmatan hidup di dunia dan akhirat. 


Pertama, Bersabar Ketika Ujian

Ujian; Musibah; bala'; segala sesuatu yang tidak menyenangkan bagia manusia, cara menghadapinya adalah dengan bersabar. Jikalau dihadapi dengan celaan, caci maki, bersedih, galau, dan gelisah, itu sama sekali tidak akan mengubah keadaan. Justru sebaliknya, ujiannya akan terasa semakin berat. 


Kedua, Ridha dengan Qadha Allah SWT

Apapun yang Allah SWT tetapkan bagi kita, itulah yang terbaik bagi kita, sesuai dengan hikmah Allah SWT yang Maha Mengetahui dan Maha Bijak. Jangan murka, sebab apa yang kita inginkan belum tentu yang terbaik buat kita. Semua ketentuan yang Allah SWT gariskan bagi hamba-Nya adalah jalan terbaik. 


Ketiga, Berdoa Ketika Lapang

Jangan berdoa hanya ketika susah. Giliran senang, lupa dengan Allah SWT. Mukmin, harusnya selalu berharap kepada Allah SWT atas segala sesuatu, bahkan hal-hal sepele sekali pun dalam pandangan kita. []

Selebar Deritaku Karenamu

Selebar Deritaku Karenamu


Dalam Siyar A'lam al-Nubala (6/ 239) diceritakan bahwa al-A'masy dikarunia seorang anak yang kurang cakap berpikir. 


Suatu hari, al-A'masy memanggil anaknya, "Wahai anakku, sana pergi beli tali untuk jemuran." 

"Berapa panjangnya, wahai Ayah?" jawab anaknya. 

"10 hasta." 

"Lebarnya berapa?" tanya anaknya lagi

"Selebar deritaku karenamu," Jawab al-A'masy kesal. 


Masa' tali jemuran ditanya lebarnya.

Hehe... Ujian seorang 'Alim. []

Manusia yang Paling Dicintai Setan

Manusia yang Paling Dicintai Setan


ليس من بَنِي آدم أحبّ إلى شيْطانِهِ من النؤوم الأكول

Tidak ada dari Bani Adam yang Lebih Dicintai Setannya Melebihi Orang yang Banyak Tidur lagi Banyak Makan


Wahab bin Munabbih

Kitab Hilyah al-Auliya' (4/ 58)

***


Point Pertama

Manusia yang dicintai Setan itu bermacam-macam. Ada yang dicintai Setan di salah satu perbuatannya saja, dan ada yang dicintai setan untuk seluruh perbuatannya. Kalau sudah masuk ke kategori "cinta seutuhnya", setan tidak perlu menggodanya lagi; sudah menjadi sahabat; satu frekuensi. 


Semakin buruk seseorang, maka semakin ia menjadi kekasih Setan. Semakin baik, maka setan akan semakin jauh darinya dan akan semakin menjadi musuhnya. 


Kita berada di mana? 

Masing-masing kita yang tahu. 


Point Kedua

Tidur itu penting. Tapi kalau tidur terus, sampai melalaikan kewajiban, itu sudah keluar dari jalan yang lurus, masuk ke tracknya Setan. Kalau tidak mawas diri, lama-lama bisa menjadi teman baiknya. 


Tidurlah secukupnya. Jangan berlebihan. Tapi, jangan sampai kurang juga. Dalam riwayat dijelaskan, segala sesuatu ada haknya. Dan badan juga ada haknya; hak untuk istirahat. 


Point Ketiga

Makan juga penting. Tapi makan berlebihan, melebihi batasnya, bukan saja berbahaya, namun juga dilarang dalam Syariat. Makanlah secukupnya, agar badan kita kuat beribadah kepada Allah SWT . []

Allah SWT Menampakkan Maksiat di Wajah dan Lisan

Allah SWT Menampakkan Maksiat di Wajah dan Lisan


ما أسر أحد سريرة إلا أبداها الله

على صفحات وجهه، وفلتات لسانه

Tidaklah Seseorang Menyembunyikan Sebuah Rahasia, Kecuali Allah SWT Tampakkan di Roman Wajahnya dan Ketegelinciran Lisannya


Utsman bin Affan

(Kitab Tafsir Ibn Katsir: 7/ 297)


Maksudnya, Rahasia keburukan. 

Sekuat apapun seseorang menyembunyikannya, Allah SWT akan menampakkan di roman wajahnya, seolah-olah wajahnya itu menggambarkan maksiat yang disembunyikanya. Kecuali ia bertaubat dan memohon ampunan Allah SWT, serta meninggalkan perbuatan maksiatnya, maka roman itu akan terhapus dengan izin-Nya. 


Kemudian, ia juga akan Allah SWT tampakkan di ketegelinciran lisannya. Bisa jadi, tanpa sengaja, ia berbicara tentang maksiat yang disembunyikan.Tanpa ia inginkan. Dan itu mudah bagi Allah SWT. 


Ibn Taimiyah dalam Kitab al-Istiqamah (1/ 355) menjelaskan: 

إنَّ ما ﻓﻲ القلب ﻣﻦ ﺍﻟﻨﻮﺭ ﻭﺍﻟﻈﻠﻤﺔ، ﻭﺍﻟﺨﻴﺮ ﻭﺍﻟﺸﺮ، ﻳﺴﺮﻱ ﻛﺜﻴﺮًﺍ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻮﺟﻪ ﻭﺍﻟﻌﻴﻦ، ﻭﻫﻤﺎ ﺃﻋﻈﻢ ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ ﺍﺭﺗﺒﺎﻃًﺎ ﺑﺎﻟﻘﻠﺐ

Di hati itu ada cahaya dan kegelapan, kebaikan dan keburukan, yang seringkali menjalar ke wajah dan mata. Dan keduanya sesuatu yang paling kuat ikatannya dengan hati. []

Maqbulnya Doa Ahmad bin Hanbal

Maqbulnya Doa Ahmad bin Hanbal


Suatu Hari, seseorang datang kepada Imam Ahmad dan berkata: 

"Ibuku difabel yang hanya bisa duduk di kursinya semenjak 20 tahun yang lalu. Ia mengutusku kepadamu, agar engkau mendoakan kebaikannya kepada Allah SWT." 


Wajah Imam Ahmad berubah, seolah-olah menunjukkan ketidaksukaannya atau ketidaknyamanannya, kemudian berkata: 

نحن أحوج أن تدعو هي لنا

"Kita lebih membutuhkan doa ibumu itu untuk kebaikan kita." 

Kemudian, Imam Ahmad berdoa kepada Allah SWT untuk kebaikan ibunya. 


Laki-laki pun pulang ke rumahnya, kemudian mengetuk pintu. 

Dan keluarlah ibunya menghampirinya, berdiri dengan kedua kakinya seraya berkata: 

 قد وهبني الله العافية

"Allah SWT sudah memberikan kesembuhan kepadaku."

(Kitab al-Bidayah wa al-Nihayah: 14/ 393)


Semoga Allah SWT merahmati Imam Ahmad bin Hanbal, merahmati kita semuanya. 


Yahya bin Main pernah berkata begini: 

أراد الناس منا أن نكون مثل أحمد بن حنبل ، لا والله ما نقوى على ما يقوى عليه أحمد، ولا على طريقة أحمد

Ada sekelompok orang di antara kami yang ingin seperti Ahmad bin Hanbal. Tidak demi Allah SWT, kita tidak akan kuat melakukan apa yang Imam Ahmad kuat melakukannya, dan tidak (juga tidak akan kuat) menempuh jalan Imam Ahmad." []

Ukhuwah Islamiyah: Ibarat Mata dan Tangan

Ukhuwah Islamiyah: Ibarat Mata dan Tangan


مثل الأخوة في الله ڪمثل اليد والعين فإذا دمعت العين مسحت اليد دمعها وإذا تألمت اليد بڪت العين لأجلها

Pemisalan Ukhuwwah di (jalan) Allah SWT, seperti Tangan dan Mata. Jikalau Mata Menangis, Maka Tangan akan Mengusap Air Matanya. Dan Jikalau Tangan Kesakitan, Maka Mata akan Menangis Karenanya

Syeikh al-Islam Ibn Taimiyah
(Kitab Majmu' al-Fatawa: 8/ 203)
***

Ukhuwwah; Persaudaraan di Jalan Allah SWT, tingkatan paling rendahnya adalah Salamah al-Shadr; hati selamat dari segala bentuk penyakit yang menyertainya. Tidak ada rasa iri, tidak ada rasa dengki, tidak ada rasa benci, dan lain-lain. 

Dan tingkatan paling tingginya adalah al-Itsar; kita mendahulukan saudara muslim lainnya dari diri sendiri. Salah satu contoh nyatanya adalah Itsar kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin. 

Maka, belumlah kita sampai ke tingkatan Ukhuwwah, sampai hati ini selamat dari penyakitnya terhadap Muslimnya. Jikalau masih ada dengki; iri; benci; dendam, al-Ghil, maka hak Ukhuwwah paling rendah pun belum terlaksana. []
Meragukan Allah SWT & Meyakini Setan

Meragukan Allah SWT & Meyakini Setan


قرأتُ في تسعين موضعاً من القرآن أن الله قدر الأرزاق وضمنها لخلقه، وقرأت في موضع واحد: {الشيطان يعِدُكم الفقر ويأْمُرُكُم بِالفحشاء}، فشككنا في قول الصادق في تسعين موضعاً! وصدقنا الكاذب في موضع واحد!

Aku membaca di 90 tempat di dalam al-Quran bahwa Allah SWT menakdirkan rezeki dan menjaminkan bagi makhluk-Nya. Dan aku hanya membaca di satu tempat "Setan menakut-nakuti dengan kefakiran dan memerintahkan kekejian", kemudian kita ragu dengan firman Zat yang Maha Besar di 90 tempat dan membenarkan Sang Pendusta (yang hanya ada) di satu tempat

Hasan al-Bashri
Dalam Kitab Qam' al-Hirsh bi al-Zuhd wa al-Qana'ah karya al-Qurthubi: 60
***

Kadangkala, Iman kita lebih tipis dari tisu yang paling tipis sekali pun. Kita seringkali mengucapkan di lisan kita, dan meyakini di dalam hati kita bahwa Allah SWT itu al-Raziq dan al-Razzaq; Zat yang Maha Memberikan Rezeki. Tapi nyatanya, perbuatan kita, sikap kita meragui apa yang kita ucapkan. Bahkan, mungkin menyelisihinya. 

Kita mengatakan dengan lisan kita, dan meyakini di dalam hati kita, bahwa setan itu musuh yang nyata; selalu mengajak kepada kebatilan; ke jalan-jalan yang mengarahkan ke Neraka. Tetapi nyatanya, perbuatan kita dan sikap kita mengingkari apa yang kita ucapkan dan apa yang kita yakini. 

Ya, Allah, kuatlah iman kami; mudahkan rezeki kami; jauhkan kami dari tipu daya setan. []
Jangan Bersahabat & Percaya dengan Fasik

Jangan Bersahabat & Percaya dengan Fasik


لا تُصادِقنَّ فاسقًا ولا تثق إليه،
فإنَّ مَن خان أوَّل مُنعمٍ عليه لا يفي لك
Janganlah engkau bersahabat dengan orang Fasik dan jangan percaya kepadanya. Sebab, orang yang khianat dengan Zat yang pertama kali memberikan nikmat kepadanya, maka ia tidak akan setia kepadamu

Ibn al-Qayyim al-Jauziyah
Dalam Kitab Bada'i al-Fawaid: 3/ 235
***

Fasik, berarti muslim yang masih hobi bermaksiat; sehari shalat, seminggu tidak; sehari puasa, sisanya tidak. Ibadahnya anyang-anyangan. Sekali tidak, sekali iya. 

Jikalau ibadahnya total tidak dilakukan, bukan fasik lagi namanya, namun status keislamannya dipertanyakan!

Bersahabat baik dengan fasik, tidak direkomendasikan. Janjinya tidak bisa dipegang; ucapannya diragukan. Apalagi jikalau kita menaruh kepercayaan atau amanah kepadanya.

Kenapa?
Jikalau kepada Allah SWT; Zat yang memberikannya kehidupan, mengaruniakannya berbagai kenikmatan, ia tidak bisa menjalankan amanah dan kewajiban dengan sebaik-baiknya, maka dengan selain-Nya akan lebih tidak amanah lagi. []
Merasakan Manisnya Iman

Merasakan Manisnya Iman


لا يذوق العبد حلاوة اﻹيمان حتى يأتيه البلاء من كل مكان 
Seorang Hamba Tidak Merasakan Manisnya Iman, Sampai Ujian Mendatanginya dari Segala Penjuru

Sufyan al-Tsauri
Kitab Tarikh Baghdad: 7/ 545
***

Iman merupakan gabungan dari 3 hal; terhunjam di dalam dada, terucap di lisan, dan teramal di anggota badan. Dan tidak bisa disebut keimanan yang hakiki, sampai ketiga hal ini menyatu dalam diri seseorang. 

Salah satu kenikmatan dari Iman ini adalah rasa manisnya. Rasa itulah yang membuat Bilal bin Rabah mampu bertahan ketika diletakkan batu besar di dadanya oleh Umayyah bin al-Khalaf; yang membuat Asiyah binti Muzahim mampu bertahan ketika diikat kedua pancang di kedua tangannya dan di kedua kakinya, kemudian ditarik sekuat-kuatnya atas titah Firaun suaminya sendiri. 

Dan rasa manis itu tidak bisa didapatkan begitu mudahnya. Diuji dulu dengan berbagai ujian, sampai kepada puncaknya, Allah SWT kembalikan semua kenikmatan. Lihatlah Nabi Ayyub dengan penyakit di badannya dan kehilangan hartanya. Lihatlah Nabi Yusuf dengan perjalanan hidupnya sampai menjadi pemimpin Mesir. Lihatlah Nabi kita Muhammad Saw dengan dakwahnya di Makkah dengan segala ujiannya dan mendapatkan penerimaan dan kemenangan di Madinah. 

Rasa manis itu setelah beratnya ujian. Semoga Allah SWT memberikan kita kenikmatan iman dan kekuatan memikul ujiannya. []
Jawaban Ketus

Jawaban Ketus


Jawaban Ketus...
Kadangkala dibutuhkan untuk orang yang bertanya pertanyaan yang tidak penting, tidak berorientasi amal. Sekadar canda dan menghabiskan waktu.

Suatu hari, seseorang bertanya kepada 'Amir al-Sya'bi tentang siapa istri Iblis.
"Nah, saya ga hadir di pernikahannya!," Jawabnya ketus

Di waktu lainnya, seseorang lainnya bertanya mengenai cara menyela-nyela jenggot yang tebal ketika berwudhu.
"Direndam saja semalaman!," Jawabnya

Kadangkala, memang perlu diperhatikan juga ke pihak yang bertanya, mungkin dengan melihat indikasinya, bertanya serius atau sekadar uji-uji yang membosankan. []
Amalan Apa yang Akan Kita Banggakan?

Amalan Apa yang Akan Kita Banggakan?


Ibn al-Jauzi...
Dengan wasilahnya
Lebih dari 20.000 Yahudi dan Nashrani masuk Islam.
Dengan wasilahnya
Lebih dari 100.000 Muslim kembali ke jalan hidayah; jalan kebenaran; jalan Allah SWT.
Suatu hari, ia berpesan kepada para muridnya:
"Jikalau kalian masuk surga, kemudian kalian tidak mendapatiku, maka katakan, "Wahai Rabb, hamba-Mu Fulan, dahulu mengingatkan kami akan diri-Mu."
Kemudian, ia menangis.

Kita...
Entah amalan apa yang akan diandalkan
Hanya berharap rahmat Allah SWT dengan amal-amal receh, yang kadang kita sendiri meragu; entah ikhlas entah tidak.
Ya Rabb...[]
Siksaan Dipisahkan dengan Kekasih

Siksaan Dipisahkan dengan Kekasih


Ketika Burung Hud-Hud terlambat datang dan tidak ada dalam barisan, Nabi Sulaiman alahissalam mengatakan:
لَأُعَذِّبَنَّهُ عَذاباً شَدِيداً أَوْ لَأَذْبَحَنَّهُ
"Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang pedih atau Aku benar-benar akan menyembelihnya."
(Surat al-Naml ayat 21)
Imam al-Qusyairi menafsikan "siksaan yang pedih" itu dengan memisahkannya dari pasangannya (orang yang dikasihinya).

Yup, berpisah dengan orang yang dicintai adalah siksaan. Dalam riwayat dijelaskan "Firaq al-Ahl Adzab; Berpisah dengan Keluarga itu adalah Siksaan"
Utamanya, siksaan Batin. al-Ghurbah; Kesepian.

Makanya, Dalam Safar, bukan saja capek dan lelahnya badan yang dihadapi, selain menghabiskan uang dan materi, tapi lebih dari itu adalah siksaan hati, jauh dari yang terkasih.

Orang-orang yang pernah berjarak jauh dengan pasangannya, baik suami atau istri atau anak-anaknya, pasti pernah merasakan derita dipisahkan jarak. []
Ketika Ada yang Berghibah

Ketika Ada yang Berghibah


من نقَل إلَيك حديثًا فاعلم أنَّهُ ينقلُ إِلى غَيرك حَديثَك
Siapa yang Mengantarkan kepadamu Suatu Pembicaraan (Ghibah), Maka Ketahuilah ia juga Menghantarkan Kepada Selainmu Pembicaraan (Ghibah) Tentang Dirimu

Hasan al-Bashri
Kitab Tanbih al-Ghafilin: 173
***

Kaedah Umumnya: Siapa yang membawakan atau menceritakan berita Ghibah kepada Anda, maka yakinlah ia juga membawa berita Ghibah tentang Anda kepada yang lainnya. 

Tukang Ghibah itu orang yang buruk, kata Said ibn al-Musayyib. Majelis Ghibah itu Mar'a al-Li'am (tempat kumpulnya manusia -manusia yang buruk). 

Dan Manusia yang buruk itu, tidak mengenal kesetiaan dalam persahabatan; tidak langgeng kasih sayangnya dan tidak bisa dipegang kesetiaannya. 

Orang seperti itu, cukup jadikan teman saja. Mnjadikannya sahabat dekat, mungkin perlu dipikirkan. Bukan berarti tidak mau berteman juga. 

Tugas kita, menasehatinya, mengajak kepada kebaikan, siapa tahu ia mendapatkan hidayah, kemudian menjadi manusia-manusia baik dan terbaik di hadapan Allah SWT. []
Tiba-Tiba Menjadi Tua

Tiba-Tiba Menjadi Tua


Kapan seseorang akan merasa tua?

Syeikh Shaleh bin Husain al-'Ayid punya jawabannya. "Seseorang itu masih akan merasa anak-anak sampai ibunya meninggal. Ketika ibunya meninggal, maka sekonyong-konyong ia menjadi tua."

Ditahun ini, mungkin sebagian kita ada merasa "tua". Ibunya sudah "dipanggil" Allah SWT. Sebagian lainnya mungkin sudah merasakannya semenjak beberapa tahun yang lalu.

Dan mungkin sebagian besarnya masih merasa "anak-anak" di samping ibunya. Beruntunglah. Harus disyukuri. Jangan lupa berbakti!

Ibu adalah magnet bagi anak-anaknya. Terutama anak laki-laki. Setua apapun seorang anak lelaki, jikalau ibunya masih ada, maka tempat untuk mencurahkan segala susah dan derita, cerita dan lara masih tetap ada.

Musthafa Mahmud tegas mengatakan, "orang yang merendahkan kedudukan wanita, saya berharap ia dikembalikan lagi ke masa kecilnya tanpa ibu." []