Perilaku Seorang yang Arif

Perilaku Seorang yang Arif


Hikmah Keseratus Empat

الْعَارِفُ لَا يَزُوْلُ اضْطِرَارُهُ وَلَا يَكُوْنُ مَعَ غَيْرِ اللهِ قَرَارُهُ

“Orang yang arif tidak akan hilang rasa butuhnya kepada Allah Swt, dan tidak akan merasa tenang selain bersama-Nya.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Orang yang Arif mengetahui, bahwa Allah Swt Maha Kaya dan Maha Kuasa, dan ia hanyalah hamba fakir`yang selalu membutuhkan bantuan-Nya dan limpahan raezki-Nya. setiap kali bertambah ilmunya dan Marifatnya tentang keagungan-Nya, maka semakin ia mengetahui kehinaannya dan kerendahannya di hadirat-Nya. 

Jikalau ada sesuatu yang dibutuhkannya, maka ia segera menghampiri-Nya. mengungkapkan segala isi hatinya dan keluh kesah di dalam jiwa-Nya. pada saat itu, ia akan merasa tenang; walaupun himpitan hidup yang membebaninya belum juga terlepaskan. Ia akan menghabiskan sebahagian besar waktunya dalam bermunajat kepada-Nya. Bahkan setiap desahan nafasnya adalah untuk-Nya. 

Orang yang Arif akan selalu menjaga adabnya bersama Penciptanya. Tidak ada di dalam dirinya rasa sombong, jikalau mendapatkan karunia-Nya. Ia sadar, bahwa semua yang didapatkannya adalah titipan semata dan hak orang lain yang harus ditunaikannya.

Bagaimanapun, seorang hamba tetaplah hamba, dan ia akan selalu membutuhan bantuan Tuhannya

 

Anda Meminta, Allah Swt Memberi

Anda Meminta, Allah Swt Memberi


Hikmah Keseratus Tiga

مَتَى أَطْلَقَ لِسَانَكَ بِالطَّلَبِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ يُرِيْدُ أَنْ يُعْطِيَكَ

“Ketika Allah Swt menggerakkan lisanmu untuk meminta, maka ketahuilah bahwa Dia ingin memberimu.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Ketika Allah Swt ingin memuliakan para hamba-Nya, maka Dia akan menanamkan dalam hati mereka rasa butuh kepada-Nya, sehingga mereka meminta dan memohon sesuatu kepada-Nya. Mereka akan berdoa kepada-Nya dengan setulus hati dan segenap jiwa, agar harapannya terkabulkan dan impiannya terwujud. 

Ketika Anda berharap kepada-Nya, maka Anda tidak akan pernah merugi. Tangan Anda tidak akan pernah kosong. Apa yang Anda minta, maka Dia akan memberikannya. Hanya saja Dia memberikannya sesuai dengan keinginan-Nya. kadang-kadang sesuai dengan waktu yangg Anda inginkan. Kadang-kadang ditundanya sampai waktu yang telah ditetapkan-Nya. kadang-kadang ditundanya sampai di akhirat kelak. Dan kadang-kadang digantinya dengan yang lebih baik. 

Bagaimanapun, Dia lebih mengetahui apa yang terbaik bagi para hamba-Nya. Apa yang menurut Anda baik, belum tentu baik di dalam pandangan-Nya. ikuti sajalah skenario yang telah ditetapkan-Nya, maka Anda akan beruntung. Itu pasti!! 

Pintu Kemesraan dengan Allah Swt

Pintu Kemesraan dengan Allah Swt


Hikmah Keseratus Dua

مَتَى أَوْحَشَكَ مِنْ خَلْقِهِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ يُرِيْدُ أَنْ يَفْتَحَ لَكَ بَابَ الْأُنْسِ بِهِ

“Ketika engkau merasa bosan dengan makhluk Allah Swt, maka ketahuilah bahwa Dia ingin membukakan bagimu pintu kemesraan bersama-Nya.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Berkumpul dengan manusia memang tidak selalu menyenangkan. Kadang-kadang mereka melakukan sesuatu yang sebenarnya bertentangan dengan ideologi yang Anda fahami. Akhirnya, Anda berusaha untuk menjauhi mereka, atau justru mereka yang berusaha menjauhi Anda, karena Anda selalu menghalangi mereka dan tidak pernah mendukung apa yang Anda kerjakan. 

Pada saat seperti ini, kembalilah kepada Allah Swt dan janganlah pedulikan kesesatan mereka. Bisa jadi Dia sedang membukakan pintu kedekatan-Nya dengan Anda, sehingga Anda bisa berkhalwat dengan-Nya dan mendapatkan limpahan cahaya-Nya.

Menghabiskan waktu bersama-Nya, tentu jauh lebih baik daripada harus menghabiskan waktu dalam senda-gurau dan canda-tawa yang tidak ada nilai ibadahnya sama sekali

Sebaik-baik Waktu Seorang Hamba

Sebaik-baik Waktu Seorang Hamba


Hikmah Keseratus Satu

خَيْرُ أَوْقَاتِكَ وَقْتٌ تَشْهَدُ فِيْهِ وُجُوْدَ فَاقَتِكَ وَتَرُدُّ فِيْهِ إِلَى وُجُوْدِ ذِلَّتِكَ

“Sebaik-baik waktumu adalah ketika engkau menyadari kefakiranmu dan kembali mengakui kehinaanmu.”


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Iman memang selalu mengalami fluktuasi. Kadang-kadang naik, dan kadang-kadang turun. Dan sebaik-baik waktu yang dimiliki seorang hamba adalah ketika ia merasakan kefakirannya kepada Allah Swt dan merasa hina di hadapan-Nya. 

Ketika Anda mendapatkan rezki yang banyak dan kebahagiaan yang besar, biasanya Anda lupa kepada-Nya, karena larut dalam buaian harta. 

Sebenarnya, ketika Anda lalai mengingat-Nya, maka itu adalah waktu terburuk yang pernah Anda miliki. Janganlah Anda terlalu bergembira ketika mendapatkan suatu kenikmatan, dan jangan pula terlalu bersedih ketika tertimpa suatu bencana. Biasa-biasa sajalah, tidak usah berlebih-lebihan. 

Allah Swt menguji Anda bukanlah untuk menghinakan Anda atau menjatuhkan Anda ke dalam jurang kehancuran. Dia melakukannya untuk menguji orosinalitas keimanan Anda; Apakah iman Anda itu kuat atau tidak?! Apakah Anda mudah dihancurkan atau tidak?!

Dia tidak akan menguji Anda, tanpa ada tujuan, hikmah dan rahasia di baliknya. Cukuplah Anda meyakininya, maka Anda tidak akan bersedih, bahkan itu moment yang tepat untuk intropeksi diri. Anda hanyalah hamba yang fakir dan hina di hadapan-Nya. Dialah Zat yang Maha Kuasa dan mampu melakukan apapun yang diinginkan-Nya.  

Merasa Butuh adalah Watak Asli

Merasa Butuh adalah Watak Asli


Hikmah Keseratus

فَاقَتُكَ لَكَ ذَاتِيَّةٌ, وَوُرُوْدُ الْأَسْبَابِ مُذَكِّرَاتٌ بِمَا خَفِيَ عَلَيْكَ مِنْهَا, وَالْفَاقَةُ الذَّاتِيَّةُ لَا تَرْفَعُهَا الْعَوَارِضُ

“Rasa butuhmu adalah watak aslimu. Munculnya sebab-sebab adalah pengingat terhadap apa yang tersembunyi di dalam dirimu. Kebutuhan diri tidak bisa dihilangkan oleh perkara-perkara yang berasal dari luar.”


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Anda adalah hamba Allah Swt yang Maha Kaya dan Maha Memiliki apapun. Rasa butuh adalah watak asli yang ada di dalam dirimu. Berapapun banyak harta yang Anda miliki saat ini, namun itu belum mengeluarkan Anda dari status fakir di hadapan-Nya. Mungkin saja di hadapan khayalak ramai Anda digolongkan orang kaya, namun di hadapan-Nya Anda tetaplah orang fakir dan membutuhkan bantuan-Nya. 

Misalnya, ketika Anda menderita sakit, namun Anda tidak kunjung sembuh; padahal Anda sudah mendatangi seluruh dokter-dokter terbaik yang ada di jagad semesta ini, maka apakah yang akan Anda lakukan?! Bukanlah Anda akan kembali kepada-Nya dan bersimpuh memohon kasih sayang-Nya?!

Anda tetaplah fakir. Dan status itu tidak akan berubah sampai kapanpun itu. Hanya Allah Swt sajalah Zat yang Maha Kaya, yang kekayaan-Nya tidak bisa dibandingkan dengan siapapun, karena tidak ada serikat dalam kekuasaan-Nya.

Rasa sakit yang Anda alami dalam contoh di atas adalah sebab-sebab eksternal yang mengingatkan Anda bahwa Anda tidak layak menyombongkan apapun yang Anda miliki. Semua yang Anda punya hanyalah barang semu belaka dan titipan yang akan diambil-Nya kembali. Jikalau semuanya terbakar dan hangus, apa yang akan Anda lakukan?! Anda hanya bisa menangis dan bersedih, dan itu sama sekali tidak akan mengembalikan barang yang hilang. 

Walaupun sekarang Anda memiliki milyaran uang di bank, namun itu tidak akan pernah mengubah status Anda di hadapan-Nya: Anda adalah Hamba yang Fakir. Selamanya!! 

Nikmat Penciptaan & Nikmat Pemenuhan

Nikmat Penciptaan & Nikmat Pemenuhan


Hikmah Kesembilan Puluh Sembilan

أَنْعَمَ عَلَيْكَ أَوَّلًا بِالْإِيْجَادِ وَثَانِيًا بِتَوَالِي الْإِمْدَادِ

“Allah Swt mengaruniakanmu nikmat perciptaan terlebih dahulu, kemudian baru limpahan rezki-Nya.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Allah Swt mengaruniakan Anda nikmat penciptaan terlebih dahulu. Dia menciptakan Anda dari tanah, dan menetapkan asal penciptaan Anda dari air mani yang hina. Anda adalah bukti kekuasaan-Nya, dan tidak ada seorangpun yang mampu menandinginya. 

Setelah Anda diciptakan-Nya, maka Anda diberikan berbagai nikmat-Nya, baik makanan, minuman, kesehatan, harta dan sebagainya. Dengan semua itu, Anda bisa menjalani hidup normal layaknya manusia lainnya. Bahkan kadang-kadang Anda diberikan-Nya kelebihan yang menaikkan status sosial Anda di tengah-tengah masyarakat. 

Bersyukurlah kepada-Nya dan jangan pernah menyia-nyiakan karunia-Nya. Anda diciptakan-Nya untuk menghamba dan mengabdi kepada-Nya. Jalankanlah semua perintah-Nya dan jauhilah semua larangan-Nya.  

Dua Nikmat Utama

Dua Nikmat Utama


Hikmah Kesembilan Puluh Delapan

نِعْمَتَانِ مَا خَرَجَ مَوْجُوْدٌ عَنْهُمَا وَلَابُدَّ لِكُلِّ مُكَوِّنٍ عَنْهُمَا نِعْمَةُ الْإِيْجَادِ وَنِعْمَةُ الْإِمْدَادِ

“Ada dua jenis kenikmatan yang harus dirasakan oleh para makhluk dan harus dialaminya: Nikmat penciptaaan dan nikmat pemenuhan kebutuhan.”


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Ada dua jenis kenikmatan yang pasti dirasakan oleh seluruh manusia, baik muslim maupun kafir, baik beriman maupun musyrik. Pertama, nikmat perciptaan. Ini menujukkan ke Maha Hebatan Allah Swt. Bagaimana Dia menciptakan makhluk-Nya, yang sekaligus menunjukkan eksistensi-Nya sebagai Khalik. Sekecil apapun makhluk yang Anda lihat di alam semesta ini, ia adalah bukti keagungan-Nya. 

Anda telah diciptakan-Nya dengan sebaik-baik bentuk. Muka Anda diletakkan-Nya di depan, kepala Anda diletakkan-Nya di atas, kaki Anda di letakkan-Nya di bawah dan lain-lain. Semua bagian diletakkan di posisi yang tepat, sehingga Anda tampak gagah dan menarik. Seharusnya, Anda harus bersyukur dan hanya menggantungkan harapan kepada-Nya.  

Setelah seluruh makhluk diciptakan-Nya, maka semuanya dipenuhi kebutuhannya. Baik Kafir maupun muslim dipenuhi kebutuhan makanannya, minumannya, pakaiannya, tempat tinggalnya dan sebagainya. Tidaklah Anda menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana orang-orang kafir mendapatkan limpahan harta; padahal mereka mengingkari-Nya?! Itu adalah karunia-Nya. Hukum-Nya menetapkan, siapa yang rajin berusaha, maka akan mendapatkana hasil yang lebih banyak.  

Maksiat yang Lebih Baik dari Ketaatan

Maksiat yang Lebih Baik dari Ketaatan


Hikmah Kesembilan Puluh Tujuh

مَعْصِيَةٌ أَوْرَثَتْ ذُلًّا وَافْتِقَارًا خَيْرٌ مِنْ طَاعَةٍ أَوْرَثَتْ عِزًّا وَاسْتِكْبَارًا

“Maksiat yang melahirkan kehinaan dan kefakiran, lebih baik daripada ketaatan yang melahirkan rasa bangga dan sombong.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Ketika seseorang melakukan maksiat, kemudian ia menyesalinya, merasa dirinya hina di hadapan Allah Swt dan sangat membutuhkan pengampunan-Nya, itu jauh lebih dari dari seseorang yang mengerjakan ketaatan, namun itu hanya melahirkan rasa bangga dan sombong di dalam dirinya. 

Jikalau Anda adalah seorang pendosa, maka janganlah cepat-cepat putus asa, bahkan jangan pernah melakukannya. Sesalilah semua yang telah Anda kerjakan di masa lalu dan segeralah kembali kepada-Nya. Jikalau air mata Anda masih mengalir, itu adalah tanda bahwa hati Anda masih ada harapan untuk dihidupkan lagi; jikalau selama ini telah ditutupi debu-debu kemaksiatan.

Jikalau Anda adalah seseorang yang rajin beribadah dan menjalankan berbagai ketaaran, maka janganlah berbangga diri. Itu adalah nikmat-Nya kepada Anda yang bisa diambilnya kapan saja diinginkan-Nya. Ketaatan kepada-Nya adalah sebuah kewajiban yang harus Anda jalankan sebagai hamba, dan sama sekali tidak ada ruang untuk membanggakannya. 

Selalulah merendahkan diri di hadapan-Nya dan tunjukkan rasa kebutuhan Anda kepada-Nya, karena Dia adalah Zat yang Maha Kuasa dan mampu melakukan apapun yang diinginkan-Nya

Teka-Teki Ketetapan Allah Swt

Teka-Teki Ketetapan Allah Swt


Hikmah Kesembilan Puluh Enam

رُبَمَا فَتَحَ لَكَ بَابَ الطَّاعَةِ وَمَا فَتَحَ لَكَ بَابَ الْقَبُوْلِ, وَرُبَمَا قَضَى عَلَيْكَ بِالذَّنْبِ فَكَانَ سَبَبًا لِلْوُصُوْلِ

“Barangkali Allah Swt membukakan bagimu pintu ketaatan, akan tetapi Dia tidak membukakan bagimu pintu penerimaan. Barangkali Dia menetapkanmu berbuat dosa, akan tetapi itu adalah sebab yang mengantarkanmu kepada-Nya.”


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Ketika Anda mampu dan mendapatkan kesempatan melakukan ketaatan, maka janganlah Anda membanggakannya. Janganlah Anda merasa aman dari azab-Nya. Apakah Anda yakin, bahwa semua amalan yang Anda kerjakan akan diterima-Nya?! Apa jaminannya, bahwa Anda akan mendapatkan surga-Nya dan selamat dari neraka-Nya?! Tidak ada, sekali lagi tidak ada. Kesempatan yang diberikan-Nya kepada Anda untuk mengerjakan ketaatan adalah nikmat, tetapi jangan sombong dan membanggakannya. Ia adalah kebaikan, dan jangan menjadikannya sebagai jalan menuju maksiat. Ikhlaslah dalam beribadah kepada-Nya. setidaknya Anda sudah memiliki nilai kebaikan ketika menjalankan perintah-Nya. 

Dan barangkali Dia menetapkan Anda untuk bermaksiat, namun itu adalah jalan Anda menuju ke hadirat-Nya. Coba saksikan di lingkungan sekitar Anda, berapa banyak orang-orang yang dahulunya tukang maksiat, sekarang malah lebih taat dan shaleh, serta tidak mau melakukan perbuatan maksiat lagi! Ia menyesali semua perbiuatan jahat yang pernah dilakukannya di masa lalu. Itulah yang membuatnya tersungkur di hadapan-Nya dan menangisi kehinaannya. 

Maksiat yang dilakukannya berbuah hidayah, dan bisa jadi itulah yang akan mengantarkannya menuju kematian dalam keadaan Husnul Khatimah. Dan berapa banyak orang-orang yang menjalani hidupnya dalam ketaatan semenjak kecilnya, namun ketika maut hampir menghampiri, ia berubah total, sehingga perpisahannya dengan dunia ini dilaluinya dengan Suul Khatimah. 

Kita berlindung kepada Allah Swt segala keburukan. Mudah-mudahan kita dianugerahkannya kebaikan di dalam setiap ketetapan-Nya

Tidak Memahami Hikmah Allah Swt

Tidak Memahami Hikmah Allah Swt


Hikmah Kesembilan Puluh Lima

إِنَّمَا يُؤْلِمُكَ الْمَنْعُ لِعَدَمِ فَهْمِكَ عَنِ اللهِ فِيْهِ
“Engkau merasa tersakiti ketika tidak diberikan nikmat oleh Allah Swt, maka itu karena Engkau tidak memahami rahasia-Nya di balik itu.” 

(Ibn Athaillah al-Sakandari)
[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Salah satu fithrah manusia adalah suka berkeluh-kesah ketika ditimpa suatu musibah. Ketika salah seorang saudaranya atau keluarganya meninggal, maka dia akan menangis dan bersedih. Ketika rumahnya terbakar dan hartanya hilang, maka dia akan menangis. Jikalau dalam batas-batas tertentu, menangis itu bukanlah suatu masalah. Namun jikalau berlebihan, maka disitulah letak masalahnya. 
Orang yang Arif tidak akan larut dalam kesedihan atas apapun bencana yang menimpanya. Baginya, segala yang ditetapkan oleh Allah Swt adalah kebaikan. Hanya saja, kadang-kadang ia tidak bisa memahami hikmah dan rahasia yang ada di baliknya. 
Ingatlah, hanya orang jahillah yang merasa tersiksa dengan bencana yang diturunkan-Nya. Ada satu point yang perlu Anda ingat dalam hal apapun: Ada hikmah di balik setiap ketetapan-Nya