Jenis Penjagaan Allah Swt

Jenis Penjagaan Allah Swt


Hikmah Keseratus Tiga Puluh Lima

السَّتْرُ عَلَى قِسْمَيْنِ: سِتْرٌ عَنِ الْمَعْصِيَةِ وَسِتْرٌ فِيْهَا. فَالْعَامَّةُ يَطْلُبُوْنَ مِنَ اللهِ تَعَالَى السَّتْرُ فِيْهَا خَشْيَةَ سُقُوْطِ مَرْتَبَتِهِمْ عِنْدَ الْخَلْقِ, وَالْخَاصَّةُ يَطْلُبُوْنَ مِنَ اللهِ السِّتْرُ عَنْهَا خَشْيَةَ سُقُوْطِهِمْ مِنْ نَظْرِ الْمَلِكِ الْحَقِّ

“Tutup Allah Swt itu ada dua: Tutup yang menghalangi dari maksiat, dan tutup ketika melakukan maksiat. Orang-orang awam memohon kepada-Nya untuk dilindungi dari maksiat, karena takut kedudukannya jatuh di hadapan manusia. Sedangkan orang-orang khusus memohon kepada-Nya untuk dilindungi dari maksiat, karena takut jatuh kedudukannya di hadapan-Nya.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Jikalau Anda ingin mengetahui bagaimana penjagaan Allah Swt terhadap para hamba-Nya, maka secara umum terbagi dua: 

1-Penjagaan-Nya dari maksiat. 

Dia menjaga para hamba-Nya agar tidak terjerumus ke dalam maksiat. Misalnya, Anda sedang lapar berat, namun belum sampai pada tingkatan darurat. Ketika Anda sedang jalan-jalan, Anda melihat sebakul nasi lengkap dengan lauk-pauknya. Jikalau Anda mengambilnya, maka Anda mencuri, karena itu hak orang lain, bukan milik Anda. Jikalau tidak diambil, maka perut Anda akan terus keroncong. 

Pertanyaannya, bagaimanakah cara Allah Swt menjaga hamba-Nya dalam keadaan seperti ini?

Bisa jadi Dia mengilhamkan ke dalam hatinya agar mengingat dosa perbuatan maksiat yang akan dilakukannya. Panasnya api neraka lebih dahsyat dari rasa lapar yang sedang di rasakannya pada saat ini. Atau bisa juga Dia menghadirkan pemiliknya, kemudian menawarinya ikut makan bersamanya, atau memberikan makanan itu kepadanya. Pastinya, Dia akan memberikan jalan kepadanya untuk bebas dari maksiat dan tidak masuk dalam lingkarannya. 

2-Penjagaan-Nya ketika bermaksiat

Ketika Anda bermaksiat, maka Dia menjaga Anda dan tidak menyebarkan Aib Anda di hadapan khayalak ramai. Dalam kehidupan sehari-hari, berapa banyak maksiat yang Anda lakukan, terutama secara sembunyi-sembunyi. Tidak ada yang mengetahuinya, kecuali Dia dan Anda. 

Bahkan, maksiat yang Anda lakukan itu, jikalau disebarkan, maka Anda akan merasa malu sekali untuk berjalan atau tampil di muka umum. 

Akan tetapi, kasih sayang-Nya selalu dicurahkan kepada para hamba-Nya. Dia menutupinya dan tidak menyebarkannya kepada orang lain. Kehormatan Anda terjaga, dan Anda tidak kehilangan harga diri. 

Masalahnya, kadang-kadang kita tidak mensyukuri nikmat besar yang diberikan-Nya ini. Ketika ditutupi-Nya, maka kita melakukannya lagi dan lagi. Seolah-olah kita tidak pernah jera bermaksiat kepada-Nya. Marilah bertaubat dengan sebenar-benarnya dan menjauhi semua larangan-Nya. 

Itulah dua jenis penjagaan yang diberikan-Nya kepada para hamba-Nya. Secara umum, ada perbedaan di kalangan orang awam dan orang khusus dalam menyikapinya. Jikalau orang awam, maka ia meminta kepada-Nya agar dilindungi dari maksiat, agar nama baiknya tidak tercoreng di hadapan khalayak dan tidak malu berhadapan dengan mereka. Sedangkan orang khusus, maka ia meminta kepada-Nya agar dilindungi dari maksiat, agar kedudukannya tidak jatuh di hadapan-Nya. Alangkah jauhnya perbedaan kedua kelompok ini.  

Kapan Kelembutan Allah Swt Dibutuhkan?

Kapan Kelembutan Allah Swt Dibutuhkan?


Hikmah Keseratus Tiga Puluh Empat

أَنْتَ إِلَى حِلْمِهِ إِذَا أَطَعْتَهُ أَحْوَجُ مِنْكَ إِلَى حِلْمِهِ إِذَا عَصَيْتَهُ

“Engkau lebih membutuhkan kelembutan Allah Swt ketika engkau mentaati-Nya daripada ketika engkau memaksiati-Nya.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Hak mentaati Allah Swt itu sangat besar. Jikalau bukan karena belas kasihan-Nya, maka Anda tidak akan mampu menjalankan-Nya. Coba Anda bayangkan, Anda adalah makhluk lemah yang berasal dari tanah dan air mani yang hina, kemudian Anda menghampiri Zat yang Maha Agung lagi Mulia, apakah Anda akan mampu melakukannya?

Tidak. Anda sama sekali tidak akan mampu menjalankan semua ketaatan yang diperintahkan-Nya kepada Anda. Kasih sayang-Nya lah yang membuat Anda kuat dan layak mendapatkan rahmat-Nya. 

Ini bukan berarti Anda harus berdiam diri saja dan tidak beribadah sedikitpun. Bukan begitu maksudnya. Anda harus tetap menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, karena itu adalah jalan utama untuk mendapatkan rahmat-Nya. Jikalau Anda berhasil mendapatkan-Nya, maka itu adalah nikmat paling besar yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun yang ada di dunia ini. 

Jikalau Anda hanya membanggakan ketaatan Anda, maka berapakah kadarnya yang bisa Anda banggakan. Apakah bisa menutupi maksiat dan kelalaian yang Anda lakukan selama ini?!

Tidak. Hanya rahmat-Nya lah yang membuat mampu berada di atas jalur ketaatan kepada-Nya.  

Penyebab Amalan Anda Diterima

Penyebab Amalan Anda Diterima


Hikmah Keseratus Tiga Puluh Tiga

لَوْ لَا جَمِيْلُ سِتْرِهِ, لَمْ يَكُنْ عَمَلٌ أَهْلًا لِلْقَبُوْلِ

“Jikalau bukan karena keindahan tutup Allah Swt, maka tidak akan ada amalan yang layak diterima.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Jikalau Anda merasa bahwa semua amalan yang Anda lakukan layak diterima karena kesucian diri Anda dari aib dan kesalahan, maka Anda salah kaprah. Ketahuilah, bahwa amalan Anda layak diterima oleh Allah Swt, karena Dia menutupi aib Anda. 

Janganlah Anda pernah merasa lebih suci dan bersih dari orang lain. Jangan pernah merasa Anda tidak berdosa. Jangan pernah merasa Anda lebih shaleh. Bisa jadi orang yang Anda anggap remeh, lebih baik dari Anda di hadapan-Nya. Dan bisa jadi Anda sendiri lebih buruk di hadapan-Nya; walaupun Anda sudah merasa hebat. 

Apakah Anda tidak menyadari, berapa banyak aib dan kesalahan yang Anda lakukan dalam setiap detik kehidupan Anda? Jikalau seandainya kesalahan itu berbau, maka tidak akan ada yang berani mendekati Anda karena baunya yang luar biasa busuk. Santai sajalah dan jangan merasa lebih baik dari orang lain. Biarkanlah Dia yang menilai, karena Dialah Zat yang Maha Menguasai segala sesuatu. 

Semua amalan yang Anda dikerjakan layak diterima-Nya, karena rahmat-Nya semata-mata. Jikalau hanya mengandalkan diri Anda sendiri, maka tidak akan satu amalanpun yang layak diterima. Semuanya busuk, dan tempat terbaiknya adalah tong sampah. 

Rendahkanlah diri Anda. Tawadhullah kepada Allah Swt dan para hamba-Nya.  

Mencapai Allah Swt

Mencapai Allah Swt


Hikmah Keseratus Tiga Puluh Dua

لَوْ أَنَّكَ لَا تَصِلُ إِلَيْهِ إِلَّا بَعْدَ فَنَاءِ مَسَاوِيْكَ وَمَحْوِ دَعَاوِيْكَ, لَمْ تَصِلْ إِلَيْهِ أَبَدًا. وَلَكِنْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يُوَصِّلَكَ إِلَيْهِ, غَطَّى وَصْفَكَ بِوَصْفِهِ وَنَعْتَكَ بِنَعْتِهِ, فَوَصَّلَكَ إِلَيْهِ بِمَا مِنْهُ لَا بِمَا مِنْكَ إِلَيْهِ

“Jikalau engkau meyakini bahwa engkau tidak akan sampai kepada Allah Swt kecuali setelah lenyapnya keburukan-keburukanmu dan terhapusnya persangkaan-persangkaanmu, maka engkau tidak sampai kepada-Nya selama-lamanya. Akan tetapi jikalau Dia ingin menyampaikanmu kepada-Nya, maka Dia akan menutupi sifatmu dengan sifat-Nya, dan watakmu dengan watak-Nya. Kemudian Dia akan menyampaikanmu kepada-Nya dengan apa yang berasal dari-Nya, bukan dengan apa yang engkau persembahkan untuk-Nya.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Jikalau Anda menyangka, bahwa Anda tidak akan pernah mencapai Marifat, kecuali setelahnya lenyapnya segala keburukan yang ada di dalam diri Anda, baik lahir maupun batin, atau setelah terhapusnya segala persangkaan buruk yang diucapkan lisan Anda, maka ketahuilah bahwa Anda tidak akan pernah mencapai Marifat-Nya. Tidak sekarang, dan tidak juga esok hari, bahkan tidak untuk selama-lamanya. 

Apa yang Anda banggakan dari kebaikan Anda? Apakah Anda menyangka, bahwa semua kebaikan dan ibadah yang Anda lakukan akan mampu mengantar Anda menuju Marifat-Nya? Tidak, sekali lagi tidak. Walaupun Anda mempersembahkan seluruh hidup Anda untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka itu tidak akan menjamin Anda sedikitpun bisa meraihnya. 

Ketahuilah, bahwa rahmat-Nya lah yang akan mengantarkan Anda menuju Marifat-Nya, bukan selainnya. Jikalau Dia menginginkan Anda sampai kepada-Nya, maka Anda akan sampai; walaupun amalan Anda masih sedikit dan kecil dalam pandangan Anda. 

Jikalau Anda adalah orang yang masuk dalam kategori pilihan-Nya, maka Dia akan menyampaikan Anda kepada-Nya dengan cara-Nya sendiri, yaitu dengan menutupi sifat Anda yang hina dengan sifat-Nya yang mulia, dan watak Anda yang rendah dengan watak-Nya yang agung. Pada saat itu, Anda akan mendapatkan kebahagiaan luar biasa. Anda menjadi bagian dari para hamba-Nya yang dekat kepada-Nya. 

Jikalau Anda berkata, maka kata-kata yang Anda keluarkan adalah mutiara yang berada di bawah aturan-Nya. Jikalau Anda berbuat dan bertindak, maka tidak keluar dari jalur yang tentukan-Nya. 

Point penting yang perlu Anda ingat. Anda tidak akan pernah sampai kepada-Nya dengan amalan yang Anda kerjakan. Tidak, dan tidak akan pernah selama-lamanya. Anda hanya akan sampai kepada-Nya dengan rahmat-Nya.  

Cepatnya Pengabulan Doa

Cepatnya Pengabulan Doa


Hikmah Keseratus Tiga Puluh Satu

مَا طُلِبَ لَكَ شَيْءٌ مِثْلُ الْاِضْطِرَارِ, وَلَا أَسْرَعَ بِالْمَوَاهِبِ إِلَيْكَ مِثْلُ الذِّلَّةِ وَالْاِفْتِقَارِ

“Tidak ada sesuatu yang bisa membuat permintaanmu terkabulkan layaknya keadaan darurat, dan tidak ada sesuatu yang membuatmu mendapatkan pemberian lebih cepat layaknya rasa hina dan rasa butuh.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]

 

Jikalau Anda menginginkan permintaan Anda dikabulkan oleh Allah Swt, maka salah satu point yang perlu Anda ingat adalah Anda sangat membutuhkan-Nya. Tampakkanlah kepada-Nya bahwa Anda membutuhkan-Nya. Anda hanyalah hamba yang lemah dan fakir, yang tidak memiliki apapun. 


Cobalah Anda perhatikan kisah-kisah kehidupan sehari-hari yang beredar luas di kalangan masyarakat. Kapanlah seorang manusia merasa dekat kepada-Nya? Jawabannya adalah ketika membutuhkan. Ketika Anda lapar dan tidak pernah mencicipi makanan selama beberapa hari, maka kepada siapakah Anda mengadu di setiap desah nafas Anda. Bukankah kepada-Nya?! Ketika Anda sakit keras dan di ujung kematian, bukankah Anda memohon kepada-Nya?!


Yah, kebutuhan Anda yang luar bisa kepada-Nya adalah jalan pengabulan doa Anda. Pada saat itu Anda benar-benar hina dan rendah di hadapan-Nya. Tidak ada tempat yang bisa Anda jadikan sandaran kecuali diri-Nya. Dan tidak ada tempat yang bisa Anda jadikan tempat mengadu kecuali kepada-Nya. Di saat itulah Dia akan menunjukan kuasa-Nya kepada Anda.  

Adab Baik Bersama Allah Swt

Adab Baik Bersama Allah Swt


Hikmah Keseratus Tiga Puluh

مَا الشَّأْنُ وُجُوْدُ الطَّلَبِ, وَإِنَّمَا الشَّأْنُ أَنْ تُرْزَقَ حُسْنَ الْأَدَبِ

“Yang penting bukanlah sekedar meminta, akan tetapi yang paling penting adalah engkau dikaruniai adab yang baik.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Ibadah memang penting, dan lebih penting lagi adalah adab bersama Allah Swt. Jikalau Anda beribadah tanpa ada adabnya sama sekali, maka nilai yang Anda dapatkan adalah nol besar. Anda mungkin terbebas dari kewajiban yang dibebankan-Nya, akan tetapi Anda tidak berhak mendapatkan pahala, bahkan bisa jadi amalan yang Anda lakukan sia-sia belaka. 


Jagalah adab bersama-Nya dalam hal dan perbuatan apapun yang Anda lakukan. Bukan cuma lahirnya, akan tetapi juga batinnya. Jikalau Anda beribadah, maka jangan hanya melakukannya di hadapan orang banyak; sedangkan jikalau sendirian Anda tidak melakukannya. Jikalau bersedekah, maka lakukanlah secara sembunyi dan secara terang-terangan. 


Mungkin kebanyakan di antara kita, lebih bisa menampakkan keshalehan di hadapan orang banyak, namun ketika sendirian justru yang terjadi sebaliknya. Jikalau shalat di hadapan orang banyak, mungkin kita mampu mengerjakan shalat sunnah dengan jangka waktu yang panjang dan jumlah rakaat yang banyak. Akan tetapi ketika sendirian, maka jumlah rakaatnya sedikit dan waktunya pun sempit. Ini memang hal yang lumrah, karena iman terus mengalami fluktuasi: naik dan turun. Namun sebagai hamba-Nya, kita harus tetap berusaha mempertahankannya berada di puncak, baik ketika sendirian maupun di hadapan khalayak. 


Marilah kita selalu menjaga adab yang baik bersama-Nya, karena itulah ibadah hakiki.  

Memimpikan Hal Luar Biasa

Memimpikan Hal Luar Biasa


Hikmah Keseratus Dua Puluh Sembilan

كَيْفَ تُخْرَقُ لَكَ الْعَوَائِدُ وَأَنْتَ لَمْ تَخْرَقْ مِنْ نَفْسِكَ الْعَوَائِدُ

“Bagaimana mungkin engkau akan mendapatkan hal-hal yang luar biasa; sementara engkau tidak melepaskan kebiasan-kebiasaan buruk dari dirimu.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Anda mungkin ingin mendapatkan hal-hal luar biasa, yang kita kenal dengan nama karamah, layaknya para wali. Anda mungkin berharap bisa menembus api, atau terbang di udara, atau berjalan di atas air, atau hal-hal menakjubkan lainnya. 


Ingatlah, Anda tidak akan pernah bisa mendapatkannya selama Anda belum meninggalkan nafsu syahwat Anda dan mengerahkan segenap usaha Anda untuk Allah Swt semata. Jikalau Anda beribadah, maka janganlah menyusupinya dengan keinginan-keinginan duniawi. Ikhlaslah, dan janganlah riya. Jikalau Anda menunaikan haji, maka janganlah sekedar ingin dipuji saja, atau dihormati di tengah masyarakat. Jikalau Anda mengerjakan shalat, maka jangan semata-mata karena ingin dianggap shaleh.


Tidak, sekali lagi tidak. Tinggalkan semua hasrat-hasrat kotor Anda yang dibisikkan setan. Jikalau Anda menurutinya, maka selama-lamanya akan berada di jurang kebobrokan dan kehinaan. Anda hanya akan menjadi hamba-Nya yang biasa saja, dan tidak memiliki kedudukan istimewa di hadapan-Nya. 


Dambakanlah hal-hal yang luar biasa, dan tinggalkanlah hal-hal yang membuat Anda binasa.  

Mengklaim Memiliki Sifat Allah Swt

Mengklaim Memiliki Sifat Allah Swt


Hikmah Keseratus Dua Puluh Delapan

مَنَعَكَ أَنْ تَدَّعِي مَا لَيْسَ لَكَ مِمَّا لَيْسَ لِلْمَخْلُوْقِيْنَ, أَفَتُبِيْحُ أَنْ تَدَّعِي وَصْفَهُ وَهُوَ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ

“Allah Swt melarangmu untuk menklaim sesuatu yang bukan milikmu. Apakah engkau boleh mengklaim sifat-Nya, padahal Dia adalah Tuhan semesta alam.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Apakah Anda pernah mencoba menklaim memiliki barang orang lain? Apakah yang terjadi? Bukankah mereka akan marah?! Allah Swt melarang Anda mengklaim sesuatu yang bukan milik Anda, baik harta, istri, anak-anak dan sebagainya. Coba saja Anda bayangkan, bagaimana jikalau Anda menklaim istri teman Anda adalah istri Anda. Bukankah Anda ia akan menghajar Anda habis-habisan?!


Sekarang, marilah kita analogikan dengan seseorang yang mengklaim memiliki sifat-sifat yang khusus hanya dimiliki oleh Allah Swt. 


Misalnya, seorang laki-laki mengklaim bahwa bahwa ia bisa menciptakan makhluk hidup layaknya manusia. Tentu ini melanggar salah satu sifat-Nya, yaitu menciptakan. Tentu Dia akan murka kepada Anda. Sama halnya dengan Firaun yang menklaim bahwa dirinya adalah Tuhan. 


Ini adalah bentuk perampasan hak-Nya.  

Rububiyyah dan Ubudiyyah

Rububiyyah dan Ubudiyyah


Hikmah Keseratus Dua Puluh Tujuh

كُنْ بِأَوْصَافِ رُبُوْبِيَّتِهِ مُتَعَلِّقًا وَبِأَوْصَافِ عُبُوْدِيَّتِكَ مُتَحَقِّقًا

“Bergantunglah dengan sifat-sifat Rububiyyah Allah Swt, dan wujudkanlah sifat-sifat Ubudiyyahmu.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Sebagaimana Anda ketahui, bahwa Allah Swt memiliki sifat-sifat mulia yang sangat banyak sekali. Masing-masing nama-Nya memiliki sifat sendiri, ditambah dengan sifat lainnya yang tidak ada penamaannya. Sebagai hamba-Nya, Anda harus memberikan hak setiap sifat-Nya itu. 

Misalnya, jikalau Anda melihat seseorang meninggalkan perintah-Nya dan melanggar larangan-Nya, atau melanggar sesuatu yang berkaitan dengan kehormatan-Nya, maka marahlah karena diri-Nya. Bukanlah salah satu sifat-Nya adalah murka kepada sesuatu yang dibenci-Nya. 

Jikalau Anda melihat seorang miskin yang sedang meminta-minta dan kelaparan, maka berikanlah sebahagian rezki-Nya yang dititipkan kepada Anda. Bukankah salah satu sifat-Nya adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang?! Jikalau Anda melihat seseorang yang shaleh dan taat menjalankan perintah-Nya, maka cintailah dirinya. Bukankah salah satu sifat-Nya adalah mencintai para hamba-Nya yang shaleh?!

Yah, berikan hak setiap sifat-Nya, dan janganlah Anda melalaikannya begitu saja. Dan ingatlah, ketika Anda melakukannya, maka niatkanlah untuk ibadah dan menunjukkan pengabdian Anda kepada-Nya. Insya Allah, Anda akan mendapatkan kedudukan khusus di sisi-Nya.  

Kuasa Allah Swt Dalam Kebaikan dan Keburukan

Kuasa Allah Swt Dalam Kebaikan dan Keburukan


Hikmah Keseratus Dua Puluh Enam

لَا نِهَايَةَ لِمَذَامِّكَ إِنْ أَرْجَعَكَ إِلَيْكَ, وَلَا تَفْرُغُ مَدَائِحُكَ إِنْ أَظْهَرَ جُوْدَهُ عَلَيْكَ

“Tidak  terhingga celaan bagimu jikalau Allah Swt mengembalikanmu pada dirimu. Dan tidak akan kosong pujian bagimu jikalau Dia menampakkan kemuliaan-Nya kepadamu.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Jikalau semua celaan ditujukan kepada Anda, maka tidak akan ada habisnya. Anda berasal dari tanah dan air mani yang hina-dina, kemudian Anda dikembalikan lagi menjadi tanah. Cobalah Anda perhatikan isi perut Anda, adakah kebaikan di dalamnya dan apakah isinya? Semuanya hanyalah kotoran. Jikalau Anda mau menghitungnya satu persatu, maka Anda tidak akan mampu melakukannya sampai kematian menghampiri Anda. Jadi, janganlah pernah membanggakan apapun yang Anda lakukan dan apapun yang Anda miliki. Prinsipnya, Anda hanyalah hamba yang hina dan kecil di hadapan-Nya. 

Kemudian cobalah Anda perhatikan lagi, bagaimana Dia memuliakan Anda; padahal Anda memiliki jutaan cela dan hina. Dia menjadikan Anda sebagai khalifah-Nya di muka bumi dan mengurus alam semesta yang memberikan berbagai kenikmatan kepada Anda. Semua itu menunjukkan kepada Anda, bahwa hanya Dialah yang Maha Kuasa dan layak menyombongkan diri. Anda tidak memiliki hak sama sekali.  

Allah Swt Memperlihatkan Karunia-Nya

Allah Swt Memperlihatkan Karunia-Nya


Hikmah Keseratus Dua Puluh Lima

إِذَا أَرَادَ أَنْ يُظْهِرَ فَضْلَهُ عَلَيْكَ, خَلَقَ فَنَسَبَ إِلَيْكَ

“Jikalau Allah Swt ingin memperlihatlan karunia-Nya kepadamu, maka Dia akan menciptakan (amalan), kemudian menyematkannya kepadamu.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Janganlah Anda pernah membanggakan amalan-amalan yang Anda kerjakan; apalagi merasa paling bertakwa dan paling selamat. Sebesar apapun amalan yang Anda lakukan, maka itu tidak akan mampu menyelamatkan Anda dari azab-Nya dan mengantarkan Anda menuju surga-Nya. Hanya rahmat-Nya semata-mata yang mampu menyelamatkan Anda. Bagi-Nya, semua itu tidak sebanding dengan selembar sayap nyamuk. 

Ketaatan yang Anda rasakan pada saat sekarang ini adalah nikmat-Nya yang paling besar dan berharga buat Anda. Jikalau Dia tidak menginginkan Anda taat, maka Andapun sama sekali tidak akan tergerak menjalankannya. 

Oleh karena itu, syukurilah anugerah ini, yaitu ketika Dia memberikan Anda taufik buat beribadah, dan menyematkan Anda sebagai bagian dari hamba-hambaNya yang mau menyerahkan diri kepada-Nya. 

Janganlah Anda meremehkan orang lain yang berada di sekitar Anda, yang belum mau atau belum sempat menjalankan ketaatan. Serulah mereka terus-menerus, dan jangan menghakimi. Kuncinya hanya satu, jikalau Dia menginginkannya taat menjalankan perintah-Nya, maka ia akan sendirinya akan berubah dan menjadi hamba-Nya yang shaleh. 

Allah Swt yang Akan Membalas

Allah Swt yang Akan Membalas


Hikmah Keseratus Dua Puluh Empat

لَا تَطْلُبْ عِوَضًا عَلَى عَمَلٍ لَسْتَ لَهُ فَاعِلًا, يَكْفِي مِنَ الْجَزَاءِ لَكَ عَلَى الْعَمَلِ أَنْ كَانَ لَهُ قَابِلًا

“Janganlah menuntut balasan terhadap suatu amalan yang engkau tidak mengerjakannya. Cukuplah balasan bagiku untuk suatu amalan, jikalau Allah Swt menerimanya.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Janganlah Anda menuntut balasan terhadap amalan yang tidak Anda kerjakan. Jikalau Anda menjawab, bahwa Anda telah mengerjakan ini dan ini, apakah Anda sudah boleh menuntut balasan dari Allah Swt?

Tidak, sama sekali Tidak. Anda tidak boleh menuntut balasan-Nya atas amalan yang Anda kerjakan. Walaupun Anda bergerak dan beramal, akan tetapi siapakah memberikan kemampuan Anda untuk mengerjakannya?! Siapa pula Anda, sehingga Anda sombong dan membanggakan amalan yang Anda kerjakan?! Ingatlah, bahwa amalan yang Anda kerjakan sama sekali tidak akan mampu menyelamatkan Anda; walaupun Anda beribadah seumur hidup Anda. Karena yang mampu menyelamatkan Anda adalah rahmat-Nya. Hanya saja, amalan itu adalah jalan untuk mendapatkan-Nya. 

Jikalau amalan yang Anda kerjakan diterima-Nya, maka itu cukup bagi Anda sebagai balasan. Amalan yang Anda kerjakan itu sama sekali tidak sebanding di hadapan-Nya dengan sehelai sayap nyamuk. Sangat kecil dan hina sekali. Oleh karena itu, janganlah Anda pernah membanggakannya. Penerimaan-Nya adalah anugerah besar buat Anda.  

Meminta Balasan Amalan

Meminta Balasan Amalan


Hikmah Keseratus Dua Puluh Tiga

مَتَى طَلَبْتَ عِوَضًا عَلَى عَمَلٍ طُوْلِبْتَ بِوُجُوْدِ الصِّدْقِ فِيْهِ, وَيَكْفِي الْمُرِيْبُ وُجْدَانُ السَّلَامَةِ

“Ketika engkau meminta balasan suatu amalan, engkau dituntut tulus mengerjakannya. Bagi orang yang ragu-ragu, cukuplah baginya keselamatan.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Ketika Anda mengerjakan suatu amal ibadah, kemudian Anda minta balasannya kepada Allah Swt, maka lihatlah terlebih dahulu amalan yang Anda kerjakan itu: Apakah ikhlas atau tidak? Jikalau ikhlas, maka Anda berhak mendapatkan apa yang Anda tuntut. Jikalau tidak, maka itu adalah sebuah kesia-siaan. 

Kenyataannya, amalan yang Anda lakukan itu sama sekali tidak ikhlas. Ketika Anda mengharapkan balasan dari amalan yang Anda kerjakan, itu adalah sebuah sinyalemen bahwa amalan Anda telah disusupi oleh unsur-unsur duniawi atau meteri, sehingga nilai keikhlasannya berkurang, bahkan lenyap sama sekali. 

Bagi orang yang masih ragu-ragu mengenai keikhlasan amalannya, maka baginya yang penting adalah keselamatan. Selama tidak abadi di neraka, maka sudah cukup menenangkan hatinya. Dalam fikirannya, amal ibadah yang telah dikerjakannya, layak untuk diminta balasannya. Ia tidak sadar, bahwa itu adalah salah satu bentuk kekurang ajarannya kepada Allah Swt.  

Allah Swt Maha Mengetahui Tentang Anda

Allah Swt Maha Mengetahui Tentang Anda


Hikmah Keseratus Dua Puluh Dua

عَلِمَ وُجُوْدَ الضَّعْفِ مِنْكَ فَقَلِّلْ أَعْدَادَهَا, وَعَلِمَ احْتِيَاجَكَ إِلَى فَضْلِهِ فَكَثَّرَ أَمْدَادَهَا

“Allah Swt mengetahui kelemahan yang ada di dalam dirimu, sehingga Dia meminimalkan bilangannya, dan Dia mengetahui kebutuhanmu akan karunia-Nya, sehingga Dia memperbanyak pahala-Nya.”


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari)]


Allah Swt Maha Mengetahui, bahwa Anda itu lemah dan tidak mampu mengerjakan shalat dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu, Dia menetapkan jumlahnya bagi umat Islam ini sebanyak lima kali sehari-semalam: Subuh, Zuhur, Ashar, Maghrib dan Isya. 

Jikalau dihitung dan diperhatikan sekilas, jumlah sebesar itu tidak akan mampu mengantarkan Anda mendapatkan rahmat-Nya dan karunia-Nya yang Maha Agung. Oleh karena itu juga, Dia memberikan Anda kesempatan untuk memperbanyak pundi-pundi pahala Anda dengan ibadah-ibadah sunnah, seperti shalat sunnah witir, shalat sunnah Tahayyatul Mesjid, shalat sunnah Tahajjud dan sebagainya. 

Semua itu tidak membutuhkan waktu yang banyak untuk mengerjakannya. 

Artinya, Anda sebagai umat Muhammad Saw dimuliakan-Nya dengan limpahan pahala-Nya; walaupun beban kewajiban yang dipikulkan di pundak Anda tidak terlalu banyak dan tidak terlalu berat.  

Peranan Shalat

Peranan Shalat


Hikmah Keseratus Dua Puluh Satu

الصَّلَاةُ مَحَلُّ الْمُنَاجَاةِ وَمَعْدِنُ الْمُصَافَاةِ, تَتَّسِعُ فِيْهَا مَيَادِيْنُ الْأَسْرَارِ وَتَشْرِقُ فِيْهَا شَوَارِقُ الْأَنْوَارِ. 

“Shalat adalah tempat bermunajat dan lahan membersihkan diri. Di dalamnya ada medan rahasia yang luas dan kilauan cahaya yang bersinar terang.”


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari)]


Shalat yang Anda kerjakan lima kali sehari-semalam adalah tempat bermunajat seorang hamba kepada Allah Swt. Itu adalah masa ketika ia menghabiskan waktunya berkhalwat bersama kekasihnya, mengadukan segala hajatnya dan menyampaikan segala keluh-kesahnya. 

Shalat juga merupakan lahan seorang hamba untuk membersihkan hatinya dari semua bentuk dosa dan maksiat yang akan mengotori hatinya, membuatnya terhijab dan semakin jauh dari hidayah-Nya. Jikalau mata buta, itu adalah sebuah musibah. Namun jikalau mati yang buta, maka musibahnya lebih besar lagi. 

Ketika Anda mengerjakannya, maka Anda sedang membaca dan mengkaji kitab segala rahasia yang ada di alam semesta ini, baik di langit maupun di bumi. Bukankah Anda mengenal Malaikat, Jin dan sejenisnya dari Al-Quran? Bukankah Anda dapat mengetahui beragai jenis ilmu pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui manusia dari Al-Quran?  Bukanlah Anda mengetahui hidayah, taufik, kelapangan jiwa dan sebagainya dari Al-Quran? Yah, Al-Quran adalah medan segala rahasia. Jikalau Anda mampu mengkajinya dan mendalami, maka Anda akan mengetahui rahasia-rahasia itu.

Pancaran cahaya Allah Swt ada di dalam shalat yang Anda kerjakan. Semakin Anda rajin mengerjakannya, maka semakin besar harapan Anda mendapatkan cahaya-Nya. Jikalau Anda sudah mendapatkan-Nya, maka segala rasa duniawi yang masih tersimpan di dalam diri Anda akan lenyap sedikit demi sedikit, sehingga Anda benar-benar merasakan kelezatan ibadah bersama-Nya.   

Faedah Shalat

Faedah Shalat


Hikmah Keseratus Dua puluh

الصَّلَاةُ طُهْرَةٌ لِلْقُلُوْبِ مِنْ أَدْنَاسِ الذُّنُوْبِ وَاسْتِفْتَاحٌ لِبَابِ الْغُيُوْبِ

“Shalat adalah pembersih hati dari kotoran-kotoran dosa dan pembuka pintu keghaiban.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Shalat yang dikerjakan sepenuh hati, memenuhi semua rukunnya dan syaratnya, maka ia mampu membersihkan hati dari dosa-dosa yang menyelimutinya. Jikalau hati Anda kotor, maka ia akan terhijab dari Allah Swt, sehingga kehidupannya akan kelam dan tidak mampu menangkap sinyal-sinyal Ilahy yang pantulkan kepadanya. 

Sebaliknya, jikalau hati Anda bersih dan suci, maka ia akan mendapatkan cahaya-Nya, sehingga mampu menangkap rahasia-rahasia dan hakikat di balik sesuatu. Cobalah Anda perhatikan orang-orang yang hatinya bersih dan dekat dengan-Nya, maka Anda akan mendapatinya penuh wibawa, simpati dan dihormati. Semua itu tidak lain adalah efek cahaya-Nya yang memancar di mukanya dan budi pekertinya

Allah Swt Mengetahui Karakter Anda

Allah Swt Mengetahui Karakter Anda


Hikmah Keseratus Sembilan Belas

لَمَّا عَلِمَ الْحَقُّ مِنْكَ وُجُوْدُ الْمَلَلِ, لَوَّنَ لَكَ الطَّاعَاتِ. وَعَلِمَ مَا فِيْكَ مِنْ وُجُوْدِ الشَّرَهِ, فَحَجَرَهَا عَلَيْكَ فِى بَعْضِ الْأَوْقَاتِ, لِيَكُوْنَ هَمُّكَ إِقَامَةُ الصَّلَاةِ لَاوُجُوْدُ الصَّلاَةِ. فَمَا كُلُّ مُصَلٍّ مُقِيْمٌ.

“Taktala Allah Swt mengetahui ada rasa jenuh di dalam dirimu, maka Dia membuat aneka ragam jenis ketaatan. Dia mengetahui rasa rakus yang ada di dalam dirimu, sehingga Dia membatasinya dalam waktu-waktu tertentu saja, agar orientasimu adalah mendirikan, bukan sekedar mengerjakan shalat semata. Tidak setiap orang yang mengerjakan shalat itu mendirikannya.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Dalam diri manusia ada rasa jenuh dan bosan melakukan pekerjaan atau aktifitas yang itu-itu saja. Allah Swt Maha Mengetahui apa yang dibutuhkan oleh para hamba-Nya, karena Dia sendirilah yang menciptakannya dan menetapkan segala takdirnya. Dia mengetahui hakikat segala sesuatu, dan tidak ada yang luput dari pandangan-Nya. 

Agar rasa bosan tidak menghinggapi para hamba-Nya ketika menjalankan ketaatan, maka Dia tidak hanya mewajibkan satu ibadah tertentu saja kepada mereka, akan tetapi Dia menetapkannya beraneka ragam. Ada shalat, ada puasa, ada haji, ada zakat dan sebagainya. Ada ibadah badan, ada ibadah hati, ada ibadah perbuatan dan ada ibadah perkataan. Jikalau Anda telah jenuh menjalankan salah satunya, maka beralihlah menjalankan ibadah lainnya. Selama ibadah itu hukumnya tidak wajib, dan masih dalam tataran sunnah, maka Anda tidak masalah meninggalkannya sekali-kali. 

Selain itu, Dia mengetahui adanya rasa tamak beribadah di dalam diri Anda. Jikalau, misalnya, Anda sudah kecanduan mengerjakan shalat, maka Anda akan terus-menerus menghabiskan waktu di dalamnya. Efeknya, Anda akan melalaikan tanggung jawab menghidupi keluarga, anak dan istri. Anda juga akan melalaikan hubungan dengan masyarakat dan tugas sebagai seorang warga negara. 

Oleh karena itu, Dia menentukan waktu-waktunya, agar Anda tidak terus-menerus larut dalam ibadah tertentu kepada-Nya. Misalnya, Anda diperintahkan mengerjakan shalat Subuh ketika fajar terbit. Artinya, setelah itu Anda diperintahkan untuk mengais rezki dan berusaha di bumi-Nya. Anda diperintahkan menunaikan shalat Zuhur pada waktu matahari sudah tergelincir. Artinya, Anda diperintahkan beristirahat sejenak pada waktu itu dan kembali mengerjakannya setelah itu. Begitulah seterusnya. 

Pertanyaannya sekarang, kenapa ibadah tertentu di tentukan waktunya? Kenapa tidak sesuai keinginan pelakunya saja? Jawabannya mudah. Ketika Anda mengerjakan shalat, misalnya, maka yang dituntut dari Anda bukanlah sekedar mengerjakannya saja, tetapi mendirikannya. Alangkah jauhnya perbedaan di antara keduanya. 

Jikalau mendirikan shalat, maka Anda mengerjakannaya dengan segala rukunnya, syaratnya dan kekhusyuan. Sedangkan mengerjakan shalat, maka Anda mengerjakannya semata-mata untuk melepaskan kewajiban. Tidak ada yang Anda dapatkan. Tidak pahala, dan tidak pula dosa. 

Intinya, akselerasi ibadah itu bertujuan membuat Anda rileks menjalankan Ubudiyyah kepada-Nya.

Hasrat Ingin Melihat Allah Swt

Hasrat Ingin Melihat Allah Swt


Hikmah Keseratus Delapan Belas

عَلِمَ مِنْكَ أَنَّكَ لَا تَصْبِرُ عَنْهُ فَأَشْهَدَكَ مَا بَرَزَ مِنْهُ

“Allah Swt mengetahui, bahwa engkau tidak mampu bersabar berpisah dengan-Nya. Oleh karena itu, Dia memperlihatkanmu apa yang bersumber dari-Nya.”


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]

 

Allah Swt mengetahui, bahwa Anda tidak mampu lama-lama berpisah dengan-Nya dan ingin segera bertemu dengan-Nya seraya menyaksikan wajah-Nya. itu adalah hal lumrah, dan memang rasa itu hanya dimiliki oleh orang-orang beriman yang cahaya-Nya bertahta di dalam hatinya. 

Di balik kerinduan Anda itu, Anda tetap tidak akan bisa menyaksikan-Nya di dunia ini karena sifatnya fana dan akan segera mengalami kehancuran pada waktunya. Untuk memuaskan dahaga Anda, maka Dia memerintahkan Anda menyaksikan tanda-tanda dan bukti-bukti kebesaran-Nya di alam semesta ini. Renungilah, maka Anda akan merasa seolah-oleh melihat-Nya. 

Bersabarlah, Anda akan mendapatkan nikmat paling besar itu di Akhirat kelak

Melihat Ciptaan Allah Swt di Dunia

Melihat Ciptaan Allah Swt di Dunia


Hikmah Keseratus Tujuh Belas

أَمَرَكَ فِي هَذِهِ الدَّارِ بِالنَّظَرِ فِي مُكَوَّنَاتِهِ, وَسَيَكْشِفُ لَكَ فِي تِلْكَ الدَّارِ عَنْ كَمَالِ ذَاتِهِ

“Allah Swt memerintahkanmu di negeri ini untuk melihat makhluk-Nya, dan engkau akan menemukan kesempurnaan Zat-Nya di negeri ini.”


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]

 

Jikalau Anda adalah salah seorang hamba Allah Swt yang merindukan pertemuan dengan-Nya dan ingin berada di hadapan-Nya, maka lihatlah alam semesta yang terbentang luas ini, dan saksikan juga bagaimana perjalanan hidup makhluk-Nya. Di dalamnya, Anda akan mendapatkan berbagai tanda-tanda dan ayat-ayat yang menunjukkan ke-Maha Kuasaan-Nya dan ke-Maha Agungan-Nya. 

Cobalah Anda perhatikan pemandangan indah yang berada di sekitar Anda. Layaknya lukisan indah yang bernilai harta tinggi. Jikalau dijual, tentu tidak akan ada yang mampu membelilnya, karena nilainya sangat mahal sekali. Lihat juga bagaimana alam semesta ini berjalan sesuai dengan kodratnya. Tidak melenceng dan keluar dari jalurkanya. Jikalau itu terjadi, maka itulah akhir kehidupan manusia. 

Kenapa Anda diperintahkan-Nya untuk melihat makhluk-Nya, agar Anda bisa melihat-Nya? Jawabannya tidaklah terlalu sulit dan tidak panjang, karena Dia tidak akan mungkin menampakkan dirinya di dunia yang fana ini. Dia hanya bisa dilihat di Akhirat kelak, yang merupakan negeri keabadian. 

Anda tentu pernah mendengar kisah Bani Israel yang meminta kepada Nabi Musa Alahissalam agar diperlihatkan Tuhannya. Ketika Dia menampakkan dirinya, maka gunung meletus, sehingga mereka semuanya pingsan. 

Apa yang ada di dunia ini adalah pancaran sifat-Nya yang Maha Agung. Ketika Anda melihat alam yang indah ini, tentu Anda semakin yakin bahwa Dia Maha Indah. Ketika Anda menyaksikan kekuasaan-Nya yang mampu menghancurkan hamba-Nya dalam sejenak, atau menyembuhkan hamba-Nya yang tidak mungkin sembuh lagi menurut ilmu kesehatan, tentu Anda akan semakin meyakini ke-Maha Kuasaan-Nya. 

Dia adalah Zat yang Maha Sempurna. Tiada cela dalam ciptaan-Nya.  

Lihatlah Allah Swt, Maka Anda Akan Tenang

Lihatlah Allah Swt, Maka Anda Akan Tenang


Hikmah Keseratus Enam Belas

إِنَّمَا يَسْتَوْحِشُ الْعُبَّادُ وَالزُّهَّادُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ لِغَيْبَتِهِمْ عَنِ اللهِ فِي كُلِّ شَيْءٍ. فَلَوْ شَهِدُوْهُ فِي كُلِّ شَيْءٍ, لَمْ يَسْتَوْحِشُوْا مِنْ شَيْءٍ

“Para Ahli Ibadah dan para Zahid merasa risau dengan segala sesuatu, karena mereka tidak melihat Allah Swt dalam segala sesuatu. Jikalau mereka menyaksikan-Nya, maka mereka tidak akan merisaukan apapun.” 


(Ibn Athaillah al-Sakandari)

[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]


Para Ahli Ibadah adalah orang-orang yang mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah Swt. Tidak ada sedikitpun moment, kecuali ia mengisinya dengan ketaatan dan ibadah. Sedangkan para Zahid adalah orang-orang yang meninggalkan dunia untuk mendapatkan keridhoan-Nya dan cinta-Nya. Di antara mereka ada yang orang kaya, hanya saja harta itu berada di tangannya, bukan di hatinya, sehingga ia bebas dan tidak dikendalikan hawa nafsu. 

Kedua kelompok ini adalah orang-orang yang dekat kepada Allah Swt. Jikalau mereka masih merasa risau, itu terjadi karena mereka belum menyaksikan sifat-sifatNya di dalam segala sesuatu. Ketika, misalnya, ia tertimpa musibah, maka hendaklah ia mengingat bahwa Dia adalah Zat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyaang, yang tidak akan menguji hamba-Nya di atas kemampuannya. Jikalau ia kehilangan harta, maka hendaklah ia segera menyadari bahwa Dia adalah Zat yang Maha Kaya. Harta yang hilang bisa diganti-Nya dalam sekejap mata. 

Jikalau ia mampu menyaksikan sifat-Nya dalam segala sesuatu yang ada di dunia ini, maka ia tidak akan pernah merasa sedih. Hatinya akan selalu dipenuhi ketentraman dan kebahagiaan. Ia akan sadar, bahwa semua yang ditentukan-Nya adalah kebaikan bagi-Nya; hanya saja kadang-kadang ia tidak mampu mencernanya. 

Jikalau Anda beribadah, maka beribadahlah dengan Ihsan. Bahkan dalam segala sesuatupun, Anda harus Ihsan. Artinya, jikalau Anda tidak mampu melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia melihat Anda dan menyaksikan gerak-gerik Anda.

Dia itu ghaib, akan tetapi ADA, dan lebih dekat dari urat nadi Anda